/i/
Dilorong sepi nan sunyi
Aku menyendiri
Mengembara rindu yang bergejolak dalam hati
Akankah aku sanggup bertemu denganmu suatu saat nanti/ii/
Sudah ku pasangi beton-beton sebagai pelipur kalau nanti tumbang lagi/iii/
Namun apa dayaku pabila bilur itu masih mengalir di nadi?
Mengisi ruang sempit, mencekik, menjerit dalam sepi
Aku, hanya mampu menutup rindu itu, walau hanya hitungan hari
Sudah itu?
Jangan salahkan jika robek kembali/iv/
Entah bagaimana kau dengan mudahnya menggempur diriku
Luluh lantak diriku kini
Hanya berselimut rindu yang tersisa darimu/v/
Hujan sore itu kembali mencaciku
Mengingatkanku kembali pada dirimu
Memupuk rasa rindu yang teramat dalam
Dan entah sampai kapan rindu itu akan terus tumbuh/vi/
Hujan sore itu pula yang merundungku
Dengan pedihnya belenggu rindu
Dengan sakitnya cinta pilu
Dengan sesaknya senandung sendu/vii/
Saya suka, kamu juga. Hanya saja waktu yang salah.
Biarkan rindu menancap makin dalam
Agar luka makin tertanam hingga perlahan lekang/viii/
Lalu, selain waktu, apa rindu juga patut dipersalahkan?
Sementara kita semakin dalam tenggelam
Pada kenang, pada bayang yang selalu hadir pada malam panjang
Sementara semua itu membunuhku perlahan
Merusak setiap inci hati, seperti tertikam
Lalu tak ku temui lagi, kau...yang perlahan menghilang./ix/
Menghilang dalam ingatan maupun penglihatan.
Rindu mulai bermunculan dalam fikiran
Mengoyak hati dan perasaan yang kian mengembara terbakar api kerinduan/x/
Tapi ku tau kau kini dengannya
Senyummu yang lembut, hangat nya hmmm..
Sungguh ku Rindu akannya
Rindu ketika senyum itu di hadapkan padaku
Dan kini kau berikan padanya
Aku hanya bisa ikut tersenyum untukmu dan untuknya/xi/
Tapi ku tetap rindu, amat rindu
Karena rinduku adalah pelaku nyata mengenai rasaku padamu
Jangan salahkan siapapun,
terlebih lagi rindu
Ini hanyalah rasa ingin bertemu
Rasa yang menempatkanmu di balik hati yang kian membeku/xii/
Namun mohon kiranya jangan salahkan aku bila punya hasrat bertemu dengamu,
Coba ku tahan bertahun-tahun,
Namun ternyata beton-beton yang sengaja ku buat untuk menahan agar tidak lagi tumbang,
Gagal dibuat oleh pemilik hati sendiri,
Aku benci,
Mengapa perasaan selalu memintamu hadir dalam hati,
Dalam sepi/xiii/
Celah-celah hati yang kututup sekuat mungkin,
Agar tidak terbuka oleh dingin nya lisanmu,
Dan tajam nya tatapanmu, bagai runcing nya belati di tubuh serigala putih
Dingin, menggigil, bersama jiwa mu yang mati tragis./xiv/
Entah rangkaian kalimat ini kau pahami atau mungkin ikut mati sedang rasa ini abadi
Dan lagi, aku ingin menyerah pada cinta yang tak searah
Karena jelas adanya, aku payah/xv/
Tentang rindu, hujan dan kamu
Sebuah candu yang tak bisa kutinggalkan
Lagi- lagi rindu, hujan dan kamu
Yang selalu membawaku kedimensi lain tempatku berimaji/xvi/
Setiap saat hanya rindu yang menjadi temanku
Ntah sampai kapan rasa rindu itu terobati
Luka karna patah hati memang menyakitkan
Tapi luka karna dihianati rindu itu jauh lebih menyakitkan________________________________
Oleh :
Citra aprilia, Bisa, Puputt, Grace
Ikam, v-cyrrius, 9996, Satuhuruf
Agnes putri, Adit, Ayu p nabila
Trixie, Adinda fatimah, Dinda NF
Dea, Fitriani
KAMU SEDANG MEMBACA
Detak Detik Perasa
PuisiHanya aksara... Sebatas aksara yang akan abadi... Tanpa dia mengetahui... Bahwa tentangnya juga pernah tertulis dan akan abadi terbawa mati.