ini apa? (EDITED)

1.6K 63 4
                                    


Sisil terkejut dan menampilkan muka dengan mulut membentuk huruf O serta mata yang melotot. Sementara Billa hanya tertawa melihat ekspresi Sisil. Padahal mereka saat ini berada di kantin dan Sisil belum merubah ekspresi wajahnya tersebut.

Sisil melirik Billa sebal karena menertawakannya. Cepat-cepat Billa berhenti dari tertawanya dan memasang ekspresi serius.

"Lo serius, mau pindah, Bill?" Tanya Sisil dengan serius.

Billa mengangguk dan tersenyum miris. Sebenarnya ia sedih karena harus berpisah dengan Sisil apalagi Raffa. Tapi, ini yang terbaik.

"Tapi,kenapa?"Tanya Sisil cemberut, kalau Billa pindah, Sisil sama siapa dong?

"Gue harus ikut Bang Ald, kalo gue ngga ikut ntar gue di sini sama siapa?" Balas Billa dengan raut wajah sedih.

"Iya juga sih.. " sahut Sisil, ia mencoba berargumen lagi. "Tapi kenapa harus ke Inggris coba pindahnya? Kalo masih daerah Jabar mah ya sok wae atuh lah. Lah Inggris kan so far away, Bill."

"So far, ya, kayak aku sama dia."

Sisil memutar bola matanya kesal, lagi serius Billa malah ngebahas yang enggak penting-penting amat.

Billa teringat, Sisil dan Dicky semakin hari semakin dekat. Billa jadi curiga, sepertinya mereka punya hubungan spesial.

"Oh, iya, lo sama Dicky gimana?" Tanya Billa penuh selidik pada Sisil.

Mendapat pertanyaan mengenai Dicky dari Billa membuat pipi Sisil memanas. Rona merah mengalir begitu cepat sampai di pipinya yang putih.

"Eh, kok lo blushing?  Wah ada apa nih? Cerita dong, Sisil," pinta Billa dengan mencolek pipi Sisil.

"Iya-iya, gue ceritain dengerin baik-baik." Jawab Sisil masih dengan pipi yang merona.

Billa mengangguk, siap mendengarkan cerita Sisil.

"Jadi gini, kemarin dia ngajak gue jalan, tapi enggak jauh sih ke taman deket komplek rumah. Terus dia nembak gue di sana."

"Eh serius?! " Billa terkejut, ia tidak menyangka.

"Serius gue,Bill."

"Terus lo terima?"

"Iya,gue terima," jawab Sisil malu-malu.

"Wah, pajak jadiannya enggak mau tau, Sil!" Ujar Billa semangat, ia bersyukur setidaknya Sisil tidak terjebak friendzone seperti dirinya.

"Iya-iya ini gue yang traktir deh."

" Asik! Makasih Sisil muah."

"Apa sih lo ew, sana. Jangan deket-deket." Sisil bergerak menjauhi Billa yang tampak aneh.

"Ah, bodo amat yang penting makanan ini dibayarin lo," jawab Billa senang.

Hening sesaat, mereka memakan baksonya dengan tenang. Mulut Sisil terbuka, "tapi, Bisa, lo kenapa sih pindahnya harus ke Inggris? Enggak bisa apa yang deketan dikit gitu? " tanya Sisil

"Abang gue dapet beasiswa  S2 di sana dan dia nerima beasiswa itu. Mau enggak mau gue harus ikut dia ke sana." Jawab Billa menjelaskan.

Sisil hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, tanda ia mengerti. Ekspresinya berubah menjadi sedih, "yah bakal sedih gue enggak ada lo, Bill."

"Enggak usah sedih, kan ada Dicky," sahut Billa dengan tatapan menggoda kepada Sisil serta alis yang dinaik-turunkan.

"Apa sih lo ih nyebelin," Sisil berujar dengan malu-malu.

Billa terkekeh, lalu mereka melanjutkan acara makan mereka.

👣👣👣

Setelah selesai makan, Sisil dan Billa berjalan kembali ke kelas. Mereka melewati papan mading, yang sekarang di tempel pengumuman baru.

Billa berhenti untuk melihat pengumuman baru. Ia membacanya dengan raut wajah serius.

Pengumuman itu ternyata adalah event sekolah, dalam rangka memperingati ulang tahun sekolah mereka yang ke-67. Acara itu diadakan pukul 19.30 WIB di sekolah. Acara itu diadakan hari Sabtu, minggu depan.

"Sil, kok acaranya malem sih? Kenapa enggak siang?" Tanya Billa heran. Alisnya terangkat satu dengan dahi yang mengerut.

Sisil mengangkat bahu tanda tidak tahu, "mana gue tau, tanya OSIS noh. Jangan tanya gue."

Billa tidak mempedulikan jawaban Sisil, ia malah bertanya hal yang lain. "Lo ikut enggak?"

"Ikut lah kan nanti bareng Dicky berangkatnya." Sahut Sisil sambil tersenyum

"Iyain aja yang udah punya pacar sih," balas Billa sambil memutar mata. "Gue enggak-"

Belum selesai melanjutkan perkataannya, seorang laki-laki memotong ucapan Billa dan menghampiri Billa dan Sisil.

Kalau diamati, sepertinya ia adik kelas. Karena Billa tidak pernah melihatnya dalam satu angkatan.

"Halo, kak," sapa laki-laki saat tiba di hadapan Billa dan Sisil.

"Siapa ya?" Tanya Billa, ia tidak mengenal laki-laki yang berada di hadapannya.

"Saya Aldi kak, kelas 10. Kakak itu Kak Billa kan?"

Billa dan Sisil mengangguk, mereka menunggu penjelasan adik kelas yang bernama Aldy ini.

"To the point aja ya, kak. Jadi, kak Billa disuruh Pak Dito tampil di acara sekolah bareng Kak Raffa." Jelas Aldy.

"Duet gitu maksudnya?"  Tanya Sisil, sementara Billa hanya diam.

"Iya kak, ini juga lagu yang bakal kalian bawain." Jawab Aldy sambil memberikan kertas yang berisi lirik lagu dan chord gitar.

"Ceweknya kenapa gue?" tanya Billa, bukannya Billa tidak mau berduet dengan Raffa. Hanya saja, ini terlalu berat. Ia takut tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis di depannya nanti.

"Saya juga enggak tau kak, saya cuma disuruh Pak Dito buat nyampein ini ke kakak."

Billa melihat kertas yang diberikan Aldi, menatapnya heran.

"Everything Has Changed?" Gumam Billa.

"Gimana Bill?" Tanya Sisil.

Billa menghela nafas, mau tak mau ia harus menyetujui ini. Ini ujian untuk hatinya.

"Ya udah deh gue mau, ini pake latihan juga Dy?" Billa bersuara setelah lama ia terdiam.

"Iya, kak. Latihannya bisa mulai hari ini, tapi kalo kakak enggak bisa hari ini besok juga boleh." Jelas Aldy lagi.

Billa mengangguk-angguk, "gue bisa klik hari ini."

"Oke, latihannya di ruang musik ya kak pulang sekolah. Nanti di sana ada panitia yang ngurusin bagian ini."

Billa mengangguk lagi. Pusing juga ternyata.

"Makasih ya, kak, saya balik ke kelas dulu. Kalo ada yang mau ditanyain bisa tanya ke anggota OSIS." Pamit Aldy pada kedua gadis ini.

"Iya, makasih juga, Dy."

Aldy mengangguk dan pergi meninggalkan Billa dan Sisil.

"Lo serius? " Tanya Sisil setelah Aldy pergi dari hadapan mereka.

"Iya."
"Don't worry, I'll be fine."

R&B [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang