closer (EDITED)

1.6K 52 4
                                    

Hari ini, hari ke-empat Billa UAS. Besok hari terakhir ia melaksanakan UAS. Sebenarnya ia senang, karena sedikit terbebas dari beban yang biasa menimpa anak sekolahan seperti dirinya. Tapi, ia juga merasa sedih. Waktu semakin dekat dengan keberangkatannya ke Inggris.

Setelah UAS nanti, papanya akan ke sekolah untuk mengurus kepindahan. Mungkin akan sedikit ribet, karena ia pindah bukan keluar kota melainkan ke luar negeri. Papa juga sudah mempersiapkan sekolah baru untuk dirinya di sana nanti.

Saat ini keadaan kelas sepi, karena anak-anak berada di kantin. Yang di kelas hanyalah beberapa anak saja, yang rajin membaca pelajaran untuk ujian selanjutnya. Billa tidak membaca atau mempelajari ujian selanjutnya yaitu matematika. Ia malah membaca novel yang baru dibelikan oleh Ald, sang kakak.

Ia ingin mempelajari matematika lagi, tapi novelnya saat ini lebih menarik. Lagipula, semalam ia sudah belajar mati-matian untuk hari ini. Ia membaca kata demi kata yang tertera di novel, membayangkan bagaimana lika-liku cinta yang dialami sang tokoh utama.

Ah, andai gue yang jadi tokohnya, pasti happy ending kisah cinta gue, batin Billa.

Ia menutup novelnya, ia jenuh. Ingin ke kantin, pasti ramai. Billa juga mager. Karena bosan, ia menatap kearah lapangan melalui jendela kelas. Pikirannya melayang jauh.

Pernyataan Vino beberapa hari lalu memang membuatnya kaget dan menjadi sedikit canggung. Tapi itu tidak membuat mereka saling berjauhan, mereka sudah berjanji tidak akan saling menjauhi. Ia juga tidak memberi tahu Sisil maupun Dicky tentang ini.

Ia memikirkan lagi tentang kepindahannya.

Nanti di kota mana ya? London kah? Atau kota lain?

Billa masih asik memandangi lapangan yang cukup ramai itu, ia tidak menyadari sedari tadi Sisil memanggilnya. Hingga ia merasa ada yang mencolek bahunya, ia baru menoleh.

"Lo tuh ya gue panggil dari tadi, tau," kata Sisil menatap Billa penuh selidik, apa yang membuat Billa tidak mendengar panggilannya? Padahal ia berbicara dengan volume yang cukup keras.

Billa cengengesan, "hehe maaf, gue enggak denger."

Billa menggeser tubuhnya dan membiarkan Sisil duduk di tempat duduknya. Sisil duduk, ia melihat sebuah novel di atas meja. "Novel baru?"

Billa mengangguk, "dibeliin abang kemarin."

"Ckck nih bocah pinter ya, mau ujian matematika malah baca novel." Katanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, Sisil menatap Billa heran.

"Hehe iya dong, kan gue emang pinter. Makasih lho ya pujiannya," jawabnya sambil tersenyum manis.

Sisil memutar mata malas, "lo jadi ikut study tour kan?"

Billa mengangguk sebagai jawaban.

"Wih, serius?! Terus lo berangkat ke Inggrisnya kapan?" Tanya Sisil lagi.

"Dua atau tiga hari setelah study tour," jawabnya santai.

Sisil melongo, dua atau tiga hari setelah study tour? Kenapa cepat sekali?!

"Kok cepet banget?!"

Billa mengangguk, "nanti lo bantuin gue prepare, ya."

Sisil hanya mengangguk sebagai jawaban, ia tidak tahu harus mengatakan apalagi jadi ia mengambil makanan yang ia beli tadi di kantin lalu memakannya. Pikirannya melayang-layang, kepindahan Billa begitu cepat. Sisil kira, Billa akan berangkat setelah new year, namun perkiraannya salah. Billa berangkat lebih cepat. Itu artinya, tidak banyak waktu yang ia punya bersama Billa. Dan Sisil telah membuat rencana untuk mereka berdua agar ada kenangan manis yang tercipta. Karena Sisil tidak tahu apakah Billa akan kembali ke Indonesia atau tidak.

****

"Halo bang?" Ucapnya saat mengangkat telepon dari Ald.

"Abang ada di depan sekolah."

"Oh, abang jemput Billa?"

"Ya iyalah Billa, masa mau jemput Keira di sini."

Billa terkekeh, pertanyaan bodoh, pikirnya begitu. Untuk apa ia bertanya jika jelas-jelas Ald ada di depan sekolah jika bukan untuk menjemputnya? Ia terkekeh lagi. Keira, sepupunya yang baru memasuki TK itu sangat menggemaskan. Ia sedih karena ia akan tidak bertemu Keira untuk waktu yang cukup lama.

Bakal kangen berat pasti sama Keira, batin Billa.

Billa melangkahkan kakinya cepat menuju gerbang sekolah. Ia tidak mau membuat Ald menunggu lama. Bahkan saat ini ia berlari.

Ia melihat mobil Ald terparkir tak jauh dari gerbang. Ia kembali berlari. Setelah sampai ia membuka pintu mobil dengan terburu-buru dan langsung masuk lalu menutupnya dengan keras.

"Ya enggak dibanting juga dong pintu mobilnya, Bill," kata Ald yang khawatir pada mobilnya.

Billa cengengesan, "hehe maaf bang, abis Billa buru-buru."

Ald mengernyit, memandang Billa penuh tanda tanya. "Buru-buru? Emangnya mau ngapain?"

"Mau makan! Hari ini kita makan, tapi sebelumnya ajak Keira! Dan ditraktir abang!" Jawab Billa penuh semangat.

"Ish dasar kamu tuh, ya!" Kata Ald. Ia gemas. Hingga saat ini tangannya berada di kedua pipi Billa yang tembam lalu mencubitnya pelan.

Billa memegang tangan Ald, berusaha melepaskan tangan itu dari kedua pipinya. "Ish abang lepasin!!"

"Enggak mau! Siapa suruh gemesin?"
"Abangggg," rengek Billa dengan jurus puppy eyes andalannya. Ald yang termakan oleh jurus itu jadi tidak tega, ia melepaskan tangannya dari kedua pipi Billa. Tangannya beralih pada rambut Billa lalu mengusapnya lembut lalu berkata, "jadi, kita mau makan dimana tuan putri?"

*****

Maaf aku promosi terus:(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf aku promosi terus:(

R&B [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang