study tour (2) (EDITED)

1.5K 53 1
                                    

Hari sudah menunjukkan pukul 20.20 WIB, anak-anak mulai memasuki bus-nya masing-masing, termasuk Billa.

Kopernya pun sudah ia masukkan ke dalam bagasi bus bersama koper milik Sisil. Di dalam koper hanya baju-bajunya saja. Sementara ransel kecil yang ia bawa ke dalam bus berisi, charger, power bank, dan earphone.

Ia memasuki bus lewat pintu belakang, mencari tempat duduknya. Ia memeriksa setiap nomor yang tertempel di bangku.

Akhirnya, bangku yang ia cari ketemu. Billa langsung mendudukkan dirinya di bangku itu, Sisil masih berdiri di dekatnya. Billa sedikit bingung melihat Sisil yang tidak ikut duduk, "Sil, kenapa?"

"Lo yakin mau duduk di sini?" Tanya Sisil, cemas.

Billa mengangguk, ia menatap Sisil heran. "Yakin kok, emangnya kenapa?"

Sisil tak menjawab pertanyaan Billa. Matanya memandang bangku sebelah kiri persis di sampingnya. Lalu tatapannya berpindah maju ke arah bangku yang di depannya. Di sana, ada Cindy dan Raffa yang duduk bersama. Billa tidak mengetahui jika mereka satu bus, begitupun dengan Sisil.

Emangnya boleh ya duduk sama cowok gitu? Enggak dimarahin guru pembimbing?

Billa masih memandang dua sejoli itu, menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Dengan cepat, ia alihkan tatapannya kepada Sisil, lalu tersenyum kecil. "Enggak pa-pa, kita di sini aja, ya. Kan tempatnya emang di sini."

Sisil mengangguk pasrah, ia mendudukkan diri di sebelah Billa. Sisil masih menatap Cindy dan Raffa.

Dasar cewek ular. Katanya dukung eh, tapi malah nikung. Batin Sisil.

Sisil masih saja menatap mereka. Billa menghela nafas. "Udah dong, Sil. Enggak usah diliatin terus, nanti geer."

Sisil menoleh, ia mengangguk lagi. Mereka tidak sadar bahwa dua bangku di depan mereka adalah Dicky dan Vino. Serta dua bangku dibelakang mereka adalah Sarah dan Syifa--teman sekamar Billa dan Sisil di villa.

Sisil memasang earphone-nya, begitupun dengan Billa. Tak ada percakapan yang berarti diantara keduanya hingga bus berjalan meninggalkan area sekolah.

**

Waktu sudah memasuki hampir tengah malam. Cindy sudah terlelap disebelahnya sambil menyenderkan kepalanya di bahu Raffa.

Raffa tidak bisa tidur. Ia malah mengamati Billa yang kepalanya menghadap jendela menikmati pemandangan malam sambil mendengarkan lagu-lagu kesukaannya.

Raffa tahu, jika di perjalanan seperti ini Billa tidak akan bisa tidur sampai pagi bahkan jika perjalanan membutuhkan waktu berhari-hari, Billa juga bisa tidak tidur sampai berhari-hari.

Sisil sudah terlelap disamping Billa. Sungguh, rasanya Raffa ingin bertukar tempat dengan Sisil. Ia ingin berada di samping Billa.

Ia menatap gadis itu miris. Dirinya begitu pengecut. Tak bisa mengatakan yang sebenarnya, bahwa ia sangat mencintai gadis itu, ingin memilikinya. Tapi ia tidak bisa mengatakannya. Hanya karena ia tidak ingin merusak persahabatan yang sudah dibangun 11 tahun lamanya.

Ia terus memandangi gadis itu hingga seseorang menutupi pandangannya. Vino orangnya.

Vino dan Dicky menghampiri Billa dan Sisil. Dicky membangunkan Sisil pelan, ia bermaksud agar Sisil pindah di depan bersamanya dan Vino bersama Billa.

Mereka berhasil membangunkan Sisil dan bertukar tempat. Vino mendudukkan diri di samping Billa. Billa tidak menyadari itu, ia masih asik menikmati pemandangan malam yang tersaji.

R&B [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang