pernyataan (EDITED)

1.6K 55 12
                                    

Kedua tangan itu saling menggenggam erat. Pemiliknya adalah Vino dan Billa. Vino masih betah menggenggam tangan Billa hingga ke parkiran sekolah. Ia baru melepasnya saat akan mengambil helm.

Billa mengambil jaket ditasnya lalu memakainya.

"Bill, ikut gue dulu bentar, mau enggak?" Tanya Vino.

Billa melihat Vino, lalu mengangguk. "Mau."

Vino tersenyum, ia naik ke atas motor lalu menyalakan mesinnya. Billa juga sudah selesai memakai jaketnya, ia segera naik dan motor itu bergerak menjauhi area sekolah.

****

Taman.

Vino membawa Billa ke taman dekat kota. Hari sudah mulai memasuki sore, wangi tanah yang basah masuk ke rongga hidung mereka. Tadi, setengah jam sebelum pulang, hujan sebentar, jadi tanahnya basah. Daun-daunnya pun mengeluarkan embun sore.

Billa nampak tersenyum senang membuat Vino lega karena ia tidak salah pilih taman. Billa menolehkan kepalanya ke Vino, "tamannya bagus, gue baru tau ada taman sebagus ini."

"Mangkanya kalo main jangan ke kedai eskrim terus, sekali-kali main ke taman," jawabnya tersenyum sambil mengacak rambut Billa pelan.

"Engga ada yg ngajak ke taman," jawab Billa cemberut sambil menatap Vino sedih. Ia sedang curhat saat ini.

Vino terkekeh, "kan ini udah gue ajak," ia tersenyum manis lalu menarik tangan Billa pelan untuk mengikutinya mencari tempat duduk yang pas.

"Lo mah bawa gue kesini bukan ngajak," gumam Billa cemberut. Ia pasrah tangannya ditarik pelan oleh Vino.

Ketemu.

Di sana, di bawah pohon yang rindang. Vino mendudukkan diri di sana dan Billa mengikuti Vino. Ia menatap lurus ke depan, Vino mengikuti arah pandangnya. Di sana terdapat anak-anak yang bermain dengan gembira, beberapa ada yang berlalu-lalang di depan mereka. Billa menatapnya dengan mata berbinar senang.

"Lo suka anak-anak ya?" Tanya Vino tanpa melihat kearah Billa dan masih menatap anak-anak di depannya.

Billa mengukir senyumnya, "iya, gue suka," ia masih setia menatap ke arah depan. "Enak ya jadi anak kecil."

Vino mengernyit lalu menatap Billa, "maksudnya?"

"Jadi anak kecil tuh enak. Mereka bisa ketawa lepas tanpa beban, senyum mereka bukan fake, mereka bebas main sama siapa aja belum nemuin fake friend," jawab Billa, matanya menerawang jauh.

"Mereka juga tumbuh Bill, lo juga dulu gitu. Suatu saat mereka bakal ngerasain fase kayak gitu," jawab Vino menatap Billa dalam.

Billa bungkam, ia tak tahu harus berbicara apa lagi.

"Bill.." panggil Vino pelan. Ini saatnya ia harus mengatakan yang sebenarnya.

Billa menengok, ia tidak mengatakan apa-apa. Sinar matanya meredup.

Vino menghela nafas, "gue.." Vino berhenti, lalu mengambil nafas panjang. "Suka sama lo, ah enggak. Gue sayang lo," katanya lalu menundukkan kepala. Tak berani menatap Billa.

Billa terkejut mendengar pengakuan Vino, tapi ia berusaha tenang. Dengan tenang ia bertanya, "sejak kapan?"

Vino tampak terkejut mendengar pertanyaan Billa, ia mengangkat kepalanya dan menatap Billa. Bahkan Billa masih tetap memandang lurus ke depan tak menatapnya. "Sejak kapan lo sayang gue?" Billa mengulangi pertanyaannya.

Vino menunduk lagi, "enggak tau sejak kapan. Pokoknya setiap lo nangis, hati gue sakit liatnya. Pas lo nangis gara-gara Raffa hati gue sakit Bill, gue pengen ngejaga lo, pengen ngelindungin lo." Vino menghela nafas panjang, lalu ia berkata lagi, "gue juga pengen buat lo move-on dari Raffa."

R&B [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang