Chapter 5 Sahabat ?

5.5K 297 21
                                    

Mungkin bukan sesuatu yang buruk,

Kalau lo ada disekitar gue

CADETA



Pagi telah menyapa, dan kini Clarista sudah duduk bersandar di atas ranjangnya. Sesekali gadis itu meneliti kamar tempatnya dirawat.

CEKLEK

"Kamu udah bangun ?" tanya Bundanya, yang baru saja keluar dari kamar mandi. Gadis itu hanya mengangguk sebagai jawaban, Bunda gadis itu hanya menghela napas lega.

"Bunda, panggil dokter sebentar."

Sendiri, gadis itu kembali sendiri di dalam kamarnya. Sebenarnya bosan juga, karena biasanya jam segini pasti Clarista sudah berada di sekolah.

TOK TOK TOK

Ketukan pintu menginstruksikan gadis itu untuk menoleh. Kehadiran seorang lelaki membuatnya mengerutkan alis bingung.

"Lo udah enakan ?" tanya Candra.

"Gue ga apa kok," kata gadis sambil tersenyum lemah.

"Mau minum ?" tanya Candra, yang mendapat jawaban anggukan dari Clarista.

Ternyata di belakang Candra, ada teman-teman serta kakaknya dan gadis itu juga bisa meliaht Tista yang sedang natapnya lekat membuat janung Clarista sukses berdebar kencang.

"Lo bengong, masih pusing? Mau gue panggil dokter ?" tanya Candra cemas dan saat ini posisi mereka sangat dekat dan itu mampu membuat wajah Clarista merona sesaat

"Gak usah Can, udah Bunda yang panggil dokter."

"Kalian udah disini ? Mau sarapan bareng di kantin ?" tanya Bunda yang masuk bersama seorang Dokter yang kini tengah mengecek keadaan Clarista.

"Ada yang mau makan gak, gue laper ni?!" kata Aurio.

"Gue laper !" tata Tista dan Desika bersamaan. Sementara Windy hanya mengangguk saja.

"Kalau lo Can ?" tanya Desika.

"Gue gak laper, kalian aja yang makan kalau kita semua keluar yang jagain Ita siapa ?" tanya Candra, memandang semua orang yang ada disekitarnya.

" Iya juga sih, kamu pengen apa dek ?" Aurio menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dan beralih menanyakan Clarista.

"Aku pengen bubur sama teh anget dan ayam lalapan buat Candra," kata Clarista.

"Gue gak laper." Candra mendapat delikan lucu dari Clarista. Sementara laki-laki itu hanya mendengus geli.

"Udah beliin aja !" perintah Clarista.

Hanya tersisa mereka berdua dalam ruangan Clarista. Sebenarnya mereka sedikit merasa akward mengingat mereka tidak pernah akur selama ini.

"Lo ternak ular sekarng ?" tanya Candra mencairkan suasana. Sementara gadis yang mendapatkan pertanyaan nyeleneh itu hanya bergumam mencibir lelaki itu sebelum menjawab pertanyaannya.

"Kalau gue ternak ular gak mungkin gue digigit Pinter ! Gue gak tau kenapa itu ular kesasar ditas gue !" Clarista memijit pelan keningnya. Pening itu hal pertama yang gadis itu rasakan.

CADETA [S E L E S A I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang