Chapter 11 Ragu dalam Rasa

3.4K 227 2
                                    

Gue nyaman,

Tapi gue gak tau apakah ini rasa cinta

atau rasa sayang sebagai sahabat

CADETA

Candra dan Desika, kini berada di dalam kamar Clarista. Niat mereka adalah menjenguk gadis itu karena sudah tiga hari Clarista harus beristirahat dirumah akibat demamnya.

"Adit sama Yudis mau kesinih tu !" kata Desika, yang masih asik berbincang dengan teman-temannya di grup chating.

"Biarin aja, sekalian kita buat tugas bareng." Clarista, sedang menyalin catatan Desika. Gadis itu tidak ingin ketinggalan materi sedikitpun selama dirinya istirahat di rumah.

Ketganya kini sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Candra, yang asik dengan game di ponselnya sementara Clarista dan Desika sibuk membicarakan bagaimana awal hubungan Aurio dan Windy.

"Gemes banget gue sama mereka berdua yaampun !" pekik Desika, sambil menangkup pipinya sendiri. Sementara Candra, yang melihat kelakuan para sahabatnya itu hanya menghela napas kasar.

Adit dan Yudis, kini sudah duduk disebelah Candra. Mereka berdua juga mendengarkan gosip terpanas dari kedua sahabat mereka itu. Bahkan, tak jarang kedua lelaki itu berteriak heboh disaat Clarista sedang bercerita.

"Gue gak bisa ni buat tugas sekarang, nyokap gue udah buru-buru pengen di anter nyalon ini !" kata Yudis, sambil menujukkan pesan mamanya kepada para sahabatnya.

"Lo mending nyokap, ini nenek gue minta dianter ke tempat yoga. Udah tua, kagak inget umur emang nenek gue," kata Adit, sambil mengemasi barang-barangnya.

"Dit, gue nebeng ya udah sore ini takutnya mama nyariin.," pinta Desika kepada Adit, sementara lelaki itu hanya mengacungkan jempolnya saja bertanda gadis itu boleh menumpang kepadanya.

"Lo gak balik Can ?" tanya Clarista kepada Candra, yang masih asik dengan novel yang lelaki itu ambil dari rak buku Clarista.

"Ntar aja, di rumah gue sepi gak ada orang," ucap lelaki itu sambil melanjutkan bacaannya.

"Yaudah kalau gitu kita balik ya, bye guys !" pamit Desika dan mendorong tubuh Adit dan Yudis agar keluar dari kamar Clarista.

"Lucu banget sih mereka," gumam Clarista dan merebahkan tubuhnya di sebelah Candra, karena lelaki itu telah memonopoli kasurnya sejak kedatangannya bersama Desika.

"Seriusan lo gak pulang Can ? Gue gak apa-apa kok bentar lagi bang Rio juga bakalan balik."

Karena jengah, Candra menurunkan novelnya dan menghadap ke arah Clarista. Untuk sesaat keduanya terpaku menatap satu sama lain. Ntah mengapa atmosfer di kamar Clarista menjadi canggung, Candra menoleh ke arah lain dan kembali membaca novelnya.

"Udah gue bilang di rumah gue sepi. Nanggung juga sama ini cerita udah mau kelar gue bacanya." Clarista, hanya menjawabnya dengan gumaman kecil. Jantungnya berdetak sangat cepat ketika matanya bertemu tatap dengan mata milik Candra.

"Gimana hati lo udah sembuh, dari Tista ?" tanya Candra, sambil sedikit melirik ke arah Clarista.

"Dia bahkan gak nyakitin hati gue sama sekali. Buat apa hati gue harus sembuh dari orang yang gak pantes sama sekali ?" tanya Clarista yang mengundang senyum Candra.

"Good itu baru Clarista yang gue kenal. Tapi, kalau semisalnya gue ajak lo PDKT mau gak ?" tanya Candra, yang kini kembali menatap Clarista intens.

Sementara gadis itu hanya bergeming menatap, Candra. Lagi-lagi gadis itu terjerat akan manik hitam jelaga milik Candra. Jika ditanya apakah Clarista memiliki rasa kepada Candra ? Maka dengan cepat gadis itu akan menjawab iya. Namun, ragu yang kini gadis itu rasakan apakah dirinya benar-benar jatuh cinta atau hanya sekedar rasa sayang sebagai teman.

"Gak dijawab juga gak apa-apa. Gue ngerti kok pasti lo kaget dengerinnya,"

"Mau tau satu fakta gak ? Sebenernya gue udah suka sama lo semenjak MPLS, cuma gue gak mau bikin lo ilfeel sama gue," kata Candra, sambil tersenyum manis dengan eyesmile miliknya.

"Bikin gue yakin Can, sama perasaan gue." Tatapan gadis itu tidak bisa lepas dari mata Candra, sementara laki-laki itu kembali tersenyum dan mengusap pelan kepala Clarista.

"Apapun asalkan itu demi lo, Ta." Clarista, tersenyum dan mengangguk. Mencoba yakin untuk melabuhkan hatinya untuk Candra. Karena gadis itu ingin mendapatkan cinta yang seutuhnya bukan hanya untuk transit sesaat dan meinggalkan duka untuk gadis itu.

Aurio dan Windy yang ingin membawakan makanan untuk Clarista hanya tersenyum melihat pemandangan yang ada di depannya. Windy menarik pelan lengan kekasihnya untuk memberikan waktu untuk kedua adiknya.

"Kasi mereka waktu Yo, buat yakin dengan perasaan mereka masing-masing." Mereka berdua pergi meinggalkan kamar Clarista dengan pelan.

-CADETA-

Clarista, kini duduk disebelah Candra. Pagi tadi lelaki itu sudah berdiri di depan halaman rumah gadis pujaan hatinya. Mulai saat ini, Candra akan menunjukkan keseriusannya dengan Clarista dan menjaga gadis itu dari orang-orang yang ingin menyakitinya.

"Desika, tumben gak bareng," kata Clarista memecah keheningan.

"Dia bareng Adit, katanya mulai sekarang Adit bakalan anter jemput tu bocah mumpung searah katanya."

Clarista mengangguk mengerti, pandangannya beralih menatap jalanan melalui jendela di sebelahnya. Keduanya telah sampai di parkiran, bertepatan juga dengan Loly yang baru keluar dari mobilnya.

"Gue denger, Abang lo sama si Windy udah jadian ? Beneran ?" tanya Loly, sambil memasukkan kuci mobilnya ke dalam tas punggungnya.

"Kepo banget lo jadi orang ! Jadian apa kagak suka-suka mereka lah !" kata Clarista, sambil menarik tangan Candra meninggalkan Loly.

"Cih, gue bikin lo semua menderita," desis Loly sambil menatap benci Clarista. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CADETA [S E L E S A I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang