Chapter 19 Last Goodbye

3.1K 203 0
                                    

Kenangan tentangmu sangat berharga, dan semua kenangan itu tak akan pernahku hapus.

Percayalah jika meninggalkan lebih sakit dari pada ditinggalkan.

Clarista Leona Abraham

Aurio dan Kevin, berjalan begitu tergesa-gesa disaat mereka mendapatkan kabar dari Windy bahwa kondisi Clarista memburuk. Begitu juga dengan Candra dan Keizya, kakak beradik itu tengah gusar selama perjalanan menuju rumah sakit.

"Bang.... gak ada jalan lain ya ?" tanya Keizya yang tak sabar.

"Gak ada Key, tapi tenang aja.... habis lampu merah ini kita belok kanan, rumah sakitnya udah deket kok," kata Candra yang berusaha tenang.

"Semoga aja.... Kak Ita gak apa-apa." Keizya, selalu memanjatkan doa selama perjalanan mereka menuju rumah sakit.

"Iya." Hanya itu yang dapat Candra katakan. Disaat mereka sudah sampai, Candra dan Keizya segera memasuki rumah sakit dan menuju tempat dimana Clarista tengah dirawat.

"Gimana keadaan Ita, Bunda ?" tanya Candra, kepada Angel.

"Belum tau Can.... dokternya belum keluar," ucap Rio, karena Angel masih menangis dalam pelukan Windy. Keizya yang tidak tahan melihat Angel menangis menghampiri wanita itu.

"Bunda jangan nangis ya.... Kak Ita pasti bisa kok, kan Kak Ita kuat." Hiburnya, agar bunda dari pacar kakaknya itu tidak menangis.

"Iya sayang.... Bunda juga yakin kayak gitu kok," ucap Angel dan memeluk Keizya.

Semua orang menunggu Clarista, harap-harap cemas mereka sangat berharap agar gadis itu baik-baik saja sekarang. Dokter yang menangani Clarista keluarlah dari ruangan gadis itu.

"Pasien ingin berbicara dengan kalian semua." Dokter memberikan ruang pada keluarga dan teman-teman gadis itu untuk melihat keadaan Clarista. Namun dokter yang sudah menjadi dokter penanggung jawab gadis itu tidak meinggalkan ruangan tersebut sama sekali.

"Ayah... Bunda," lirih gadis itu matanya sudah berkaca-kaca melihat kedatangan semua oarang yang sangat ia sayangi.

"Iya, kenapa sayang ?" tanya ayahnya.

"Ayah, Bunda..... makasih ya udah jadi orang tua yang terbaik untuk Ita, maaf...... Ita belum bisa membanggakan Ayah dan Bunda," ucapnya dengan air mata yang jatuh di pipinya yang tirus.

"Inget Ita terus ya.... jangan pernah lupain Ita. Ayah juga harus janji jagain Bunda, jangan sampek Bunda sedih saat Ita pergi."

"Bunda juga selalu ada buat ayah ya.... jagain Ayah, Bang Rio dan Kak Windy."

"Kak Windy, makasih ya udah jadi kakak ipar yang baik. Gue selalu berdoa semoga langgeng terus sama Bang Rio...

"Jagain terus Bang Rio ya, jagain juga perusahaan Ita... semoga bisa bermanfaat buat Kakak kelak." Windy, sudah menangis dalam dekapan Aurio. Apakah ini yang dinamakan salam perpisahan ? Kenapa terasa sangat menyakitkan ?

"Bang Rio..... selalu jaga Kak Windy jangan sampai dia sedih, sayangi Kak Windy seperi Kak Windy yang menyayangi Abang.... dan kalok kalian punya anak perempuan harus pakek nama aku ya !" Clarista, memaksakan senyum konyolnya untuk mengurangi rasa sedih yang kini mereka semua rasakan.

"Desika.... makasih udah jadi sahabat gue yang paling baik, gue titip Candra. Gue harap.... kalian berdua bisa berdampingan, gue gak rela Candra dimiliki orang lain kecuali lo. Please don't forget everything about me dan biarkan CADETA ini menjadi kenangan kita bertiga. Jangan lupa ceritain kisah kita ke anak-anak kalian kelak."

CADETA [S E L E S A I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang