Chapter 17 Miss You and Our First Kiss

3.4K 192 0
                                    

But i still want you,

Can you please stay with me ?

CADETA

Seminggu sudah, Clarista tertidur di ruang ICU. Entah apa yang sedang gadis itu lakukan didalam mimpinya, sehingga membuatnya enggan untuk membuka kembali matanya.

"Lo kok lama banget tidurnya ? Lo gak kasian sama gue ? Lo gak kangen sama kita semua ?" tanya Candra, sambil menggenggam tangan Clarista.

"Clarista.... gue mohon bangun jangan tinggalin gue." Tangis Candra, selalu pecah saat lelaki itu datang untuk menemani Clarista. Namun ada hal yang mampu menggetarkan hati Candra, karena tiba-tiba saja tangan Clarista mulai bergerak.

"DOKTER..... DOKTER !" teriak Candra dan datanglah dokter beserta perawat yang segera memeriksa keadaan, Clarista.

"Clarisat, kamu bisa dengar saya ?" tanya sang dokter, yang dijawab anggukan lemah oleh gadis itu.

"Selamat Clarista... kamu sudah bisa melewati masa koma," ucap dokter tersebut dan tersenyum ke arah Candra.

"Makasih ya dok," kata Candra dan lelaki itu mengubungi semua orang untuk memberikan kabar gembira, bahwa Clarista sudah sadar dari komanya.

"Can... gue haus," ucap Clarista dengan suara seraknya, dengan gerak cepat Candra mengambil air dan membantu Clarista untuk minum.

"Gue bersyukur banget lo sadar.... gue bersyukur masih bisa natap mata indah lo, Ta." Suara ribut, terdengar dari pintu masuk ruangan itu. Ternyata, teman-teman dan keluarga gadis itu sudah datang berbondong-bondong untk melihat kondisi Clarista.

"Akhirnya.. kamu sadar sayang." Intonasi penuh akan kelegaan terucap dari Kevin dan mencium kening putrinya itu.

"Bunda seneng kamu sadar... liat nih lak Windy sampek berantakan gini nungguin kamu sadar sayang."

"Abang kangen kamu, jangan gini dong ! Gak seru tau Ta..... kalok gak ada kamu," kata Aurio dan tiba-tiba pintu di buka dengan kencang membuat mereka tekejut.

"Itaaaa, akhirnya lo sadar juga !" teriak Desika, girang membuat mereka semua hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Des kontrol dong ! Ini rumah sakit bukan hutan," ucap Candra dan dibalas dengan tatapan sinis oleh, Desika.

"Nyambung aja lo cong !" kata Desika, dengan nada sinis dan tidak lupa gadis itu juga menginjak kaki Candra dengan keras.

"Kampret lo Des !"

"Bodo, wlee !" ucapnya, sambil memeletkan lidahnya.

"Udah-udah..... kebiasaan kalian gak ilang-ilang ya," kata Windy, menengahi pertengkaran antara Candra dan Desika, sementara mereka berdua hanya menyengir kaku.

-CADETA-

Kini Candra, sedang menyuapkan Clarista bubur. Lelaki itu merasa dejavu dengan apa yang kini tengah Ia lakukan.

"Can, lo inget gak waktu gue di gigit ular ? Lo juga ya yang nyuapin gue," ucap Clarista, sambil terkekeh sendiri.

"Dan sekarang, gue juga yang nyuapin lo dan akan selalu begitu."

"Semoga aja selalu seperti itu," gumam Clarista pelan.

"Apa ?" tanya Candra.

"Hah ? Engga kok."

"Jadi gimana ? Udah enakan ?" Candra, menatap teduh kearah Clarista. Ingin menyimpan memori wajah gadis itu di ingatannya.

"Udah sih, lebih mendingan dari kemarin lah." Clarista, mengelus lengan berotot Candra. Keadaannya tidaklah membaik, rasa sakit selalu menyertainya dalam setiap napas gadis itu.

CADETA [S E L E S A I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang