Chapter 6 Bolos

4.6K 229 7
                                    

Ketika hati ini sudah merasa nyaman oleh kehadiran mu,

maka tak kan ada yang mampu menggantikan

posisimu di dalam hatiku.

CADETA


NB : Please guys mohon bantuannya jika masih terdapat salah dalam penulisan bisa di komen. Happy Reading ~



Pagi ini Clarista, sudah siap dengan seragam sekolahnya. Setelah lima hari gadis itu tidak diizinkan untuk sekolah. Clarista, menunggu Candra yang tengah dalam perjalanan menjemputnya bersama Desika.

Aurio, sudah berangkat, karena mulai lelaki itu berjanji menjemput Windy dan berangkat bersama. Mobil hitam yang sangat Clarista kenal memasuki pekarangan rumahnya, bersama dengan teriakan sahabatnya yang sangat menggelegar.

"CLARISTA BERANGKAT YUK !"

Desika, berteriak dari kursi penumpang bagian belakang. Sementara Candra, merenggut kesal karena merasa dirinya sebagai supir pribadi sahabatnya ini.

"Pagi guys," sapa Clarista dan duduk disamping kursi pengemudi.

"Di belakang aja Ta, biarin Candra di depan sendiri biar berasa jadi Kang Taksi !" kata Desika, sambil cekikikan.

"Mana ada Kang Taksi setampan gue," cibir Candra, sementara Clarista hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah para sahabatnya.

"Gue di depan aja Des, kasian Kang Taksi tampan kita," kata Clarista dengan nada menggoda, membuat Candra semakin merenggut lucu.

-CADETA-

Jam istirahat, dimanfaatkan oleh lima serangkai untuk makan di kantin sekolah. Disaat Desika dan Yudis akan memesan, tiba-tiba saja ada gebrakan meja yang membuat semua orang di kantin terkejut.

"GUE GAK NYANGKA LO DALANG DARI SEMUA INI, WINDY !"

"UDAH GUE BILANG YO, BUKAN GUE !"

"TERUS, APA MAKSUD CHAT DARI LOLY ?"

"Gue gak mungkin mau nyelakain Clarista. Kenapa lo gak percaya sama gue ?" lirih Windy.

"Lo gak boleh nuduh Windy kayak gitu Yo, bukti itu gak kuat," kata Gilang.

"Chat itu udah jadi bukti kalau Windy, dalang dari semua ini," kata Tista, membuat suasana semakin meradang.

"Gue gak nyangka lo bisa kayak gini. Segitu frustasinya kah lo gak bisa dapertin Aurio, sampai lo nyakitin adiknya ?" kata Tista, lagi.

Semua orang yang berada dikatin berbisik sambil memandang rendah Windy. Sementara gadis itu hanya bisa menggeleng lemah, ini semua bukan ulahnya.

Clarista, yang mulai mengerti titik permasalahannya mendekati meja Aurio dan teman-temannya.

"Bukan gue Yo, bukan gue !" pekik Windy, frustasi.

"Mau ngelak lo ? Gara-gara ular lo adik gue masuk rumah sakit. Gara-gara lo adik gue celaka Windy !" maki Aurio.

"Gue percaya Kak Windy bukan pelakunya," kata Clarista, menyela keributan yang disebabkan Abangnya.

CADETA [S E L E S A I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang