Chapter 8 Pendekatan Kembali

4K 226 2
                                    

Perasaan ini terlalu rumit

Jika kau menganggap ini adalah sebuah game maka,

disaat kau tersakiti anggam saja kau sudah kalah dalam

permaninan itu dan tidak bisa untuk continue

CADETA



Tista, kini tengah berjalan menuju perpustakaan. Naumun, lelaki itu tidak sengaja melihat Windy sedang duduk bersama Siska di bangku koridor sekolah. Sebenarnya ada rasa bersalah dalam hati lelaki itu, namun rasa itu segera Tista tepis.

Lelaki itu juga merasa bersalah dengan sahabatnya. Bilang saja Tista egois, namun semua orang bisa buta akan cinta dan begitupun yang kini lelaki itu rasakan.

"Lo ngapai liat kak Windy sampe segitunya ?" tanya Clarista, yang kebetulan lewat bersama Candra.

"Buat apa gue liatin dia," kata Tista dan meninggalkan Clarista yang memandang punggung lelaki itu sedih.

Banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini. Dan berubahnya sikap Tista membuat Clarista menjadi nsangat asing dengan lelaki itu. Candra, yang menyadari perubahan raut wajah Clarista hanya bisa tersenyum masam.

"Sampai kapan lo mau jadi patung disana ?" tanya Candra, yang mendapat delikan dari Clarista.

"Gue ngrasa ada yang aneh aja sama kak Tista," kata gadis itu.

"Kalau lo cuma penasaran mendingan lo diem aja Ta. Ibaratkan kalau lo lagi main game dan nyawa lo tinggal satu, terus karena penasaran akhirnya game over lo gak akan bisa continue lagi, tapi lo harus mulai semuanya dari awal."

Candra, meninggalkan Clarista yang tengah menatapnya bingung. Ada sedikit rasa cemburu dihati Candra saat melihat Clarista terlalu memikirkan Tista. Apakah perasaan Candra sudah terlalu jauh sehingga membuat lelaki itu cemburu.

"Candra marah ? Tapi kenapa ?" tanya Clarista pada dirinya sendiri.

-CADETA-

Pulang sekolah ini Aurio, mengajak Windy untuk pergi ke cafe langganan mereka. Dengan sedikit paksaan dari Siska akhirnya disinilah mereka dengan dua ice coffee yang sudah terhidang di depan mereka.

"Um, Win sebenernya gue mau bilang sesuatu sama lo. Selama ini sebenarnya gue suka sama lo tapi gue gak ngerti cara ngungkapinnya kayak gimana," kata Aurio, sambil tertunduk malu.

Sementara, Windy hanya menatap lelaki itu dengan pandangan yang tak terbaca. Gadis itu bingung senang karena Aurio juga menyukai diriya. Namun, kejadian kemarin membuatnya tidak ingin terburu-buru.

"Sorry Yo, lo pasti tau gue belum bisa nerima lo."

"Gue paham. Mulai sekarang gue akan berusaha keras biar bisa dapetin lagi hati lo Win." Windy, hanya mengangguk dan tersenyum. Tak ada salahnya kan memberikan Aurio kesempatan kedua ?

"Thanks ya Win, lo udah mau ngasi kesempatan sama gue," kata Aurio sambil menggenggam erat tangan Windy.

"Bang Rio sweet banget sih ! Gue jadi pengen," kata Desika. Kebetulan saat itu Clarista dan Desika sedang mampir untuk membeli Boba fresh milk di cafe yang sama.

"Jiwa jomblo gue bergetar ini," kata Clarista yang dibalas anggukan oleh Desika.

"Nasib jomblo gini amat yak !" sedih Desika.

"Eh...eh.... itu mereka mau cabut," kata Clarista heboh, saat melihat kakaknya yang sudah berdiri dari kursinya.

"Kita balik juga yuk udah sore ini," ajak Desika.

"Lo jadikan nginep dirumah gue ?"

"Jadi lah, mampir ke rumah gue dulu ya mau ambil baju sama buku."

-CADETA-

Aurio, kini sedang duduk di kasurnya. Memikirkan bagaimana cara membuat Windy luluh kepadanya dan menjalin hubungan yang serius dengan gadis itu. Sepertinya jika bertanya dengan sesama perempuan, Aurio bisa mendapatkan jalan keluarnya.

"BANG RIO !!" Teriakan lelaki itu dapatkan dari dua gadis yang kini menatapnya garang. Bagaimana tidak, lelaki itu membuka pintu kamar Clarista dengan kasar dan membuat dua gadis itu terkejut.

"Pas banget kalian berdua di sini," kata Aurio, tidak memperdulikan pekikan Clarista dan Desika.

"Ya jelas lah, ini kan kamar aku," kata Clarista kesal.

"Ya jelas lah, gue kan nginep disini," kata Desika, dengan nada yang sama.

"Serah kalian aja deh, Abang mau curhat ni dengerin ya !" titahnya dan dibalas dengan gumaman malas oleh mereka.

"Jadi gini, kalian taukan kalok Windy udah berubah banget sekarang sama Abang ?"

"Taulah satu sekolah juga pada gosipin itu tadi !" kata Desika, frontal.

"Abang, maunya memperbaiki hubungan Abang. Abang udah nembak Windy tadi tapi ditolak, caranya gimana ya biar Windy bisa luluh ?"

"Ya tunjukin lah keseriusan Abang, sama kak Windy. Kalau Cuma ngomong doang ya gak bakalan percaya mah kak Windy," kata Clarista sambil membaca novelnya.

"Lakuin hal kecil yang bisa buat kak Windy seneng. Menurut gue kak Windy bukan tipikal orang yang suka sama sesuatu yang berlebihan," kata Desika, sementara Aurio hanya mengangguk paham.

"Dan hal yang paling penting, buat moment yang gak akan pernah Abang lupain, sama kak Windy. Kenangan itu penting bang dalam sebuah hubungan," imbuh Clarista .

"Okay ! Abang mau praktekin itu mulai besok. Thanks ya adik-adikku sayang," ucap Aurio, sambil mengusak rambut Clarista dan Desika.

"Sebagai hadiah udah mau dengerin Abang curhat, cokleat yang Abang taruh di kulkas buat kalian semua," perkataan lelaki itu mampu membuat mata kedua gadis itu berbinar cerah.

""Tapi dimakannya besok ya ! Abang gak mau liat kalian berdua badannya makin melar gara-gara makan coklat malem-malem," kata Aurio dan berlari cepat meninggalkan kamar Clarista. Sepertinya wajah tampannya tidak akan selamat jika berada di dalam sana terlalu lama.

"BANG RIO, AWAS YA KITA GAk AKAN MAU BANTUIN BANG RIO PDKT SAMA KAK WINDY !" teriak kedua gadis itu. Sementara Aurio sudah tertawa puas di dalam kamarnya.

A/N : Haii guys pa kabar?
Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini :)

Psstttt jangan lupa kasi tau kalau masih ada yg typo ;)

Happy reading!

CADETA [S E L E S A I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang