Chapter 18 So Far Away

3.1K 210 0
                                    

Mimpi, biarkan ini menjadi mimpi yang akan selalu kalian kenang.

Jangan lupakan aku, dan jangan lupakan semua tentang kita.

Jangan lupakan cinta, keringat, dan airmata yang sudah kita lewati bersama.

CADETA

Aurio, kini tengah sibuk mengpaskan buah apel untu Clarista. Setelah kepergian Candra, gadis itu kembali terjaga dalam tidurnya. Katanya gadis itu bermimpi buruk dan ingin menghabiska waktu bersama Aurio dan Windy.

"Bang, Kak..... aku mau minta tolong boleh gak ?"

"Minta tolong apa ?" tanya Aurio.

"Bawa kertas sama pulpen gak, Bang ?" tanya Clarista, kepada kakaknya itu.

"Bawa, emangnya mau ngapain sih, Ta ?" Windy merasa bingung, dengan permitaan aneh Clarista.

"Tolong tulisin semua yang aku bilang, Bang..... tangan aku udah gak bisa buat digerakin lagi.

"Tulisin surat aku buat Candra ya, Bang. Tapi dikasinya nanti aja kalau waktunya udah tepat."

Air mata Aurio, tidak bisa dibendung lagi. Selama ini hanya dirinya yang menjadi sosok paling kuat diantara semua orang dan mendengar permintaan adiknya sekarang, membuat Aurio benar-benar takut untuk kehilangan Clarista.

Clarista tersenyum, gadis itu memejamkan matanya sambil mengatakan hal apa saja yang harus Aurio tulis. Satu hal yang kini mereka sadari, bahwa Clarista telah menyerah akan hidupnya.

-CADETA-

"Kalian nginep disini kan ? Ajak Ayah sama Bunda juga ya, Bang." Pinta Clarista, yang langsung dituruti oleh sepasang kekasih itu.

"Win, hubungin Ayah sama Bunda ya suruh ke sini, gue mau ke luar dulu nyari makan," kata Aurio dan melangkahkan kakinya keluar kamar Clarista.

"Kak Windy, duduk di sini deh !" Pinta Clarista, agar Windy duduk di kursi dekat dengan ranjangnya.

"Kenapa, Ta ?"

"Kakak sebenerya gue ada satu perusahaan properti milik gue sendir. Ayah, bunda, sama bang Rio gak tau kalau gue udah bangun bisnis sendiri.

"Gue serahin ke lo ya kak.... ttolong kembangin lagi usaha yang gue bangun dari nol itu" Pinta Clarista, dengan raut wajah tenangnya.

"Emang kamu kenapa ? Kita bisa kembangin perusahaa itu bareng... Ta," ucap Windy, yang sedang susah payah menahan air mata agar tidak jatuh.

"Gue udah gak kuat Kak, rasanya sakit banget..... relain gue ya Kak dan jagain Ayah,Bunda, Bang Rio buat gue." Mata Clarista, mulai berkaca-kaca apakah ini akhir dari kisahnya, pergi bersama rasa beban untuk meninggalkan semua orang yang ia cintai ?

"Lo gak boleh kayak gitu, Ta. Lo gak kasian sama kita semua ? Sama Candra juga lo gak kasihan ?"

"Gue kasihan dan juga gak mau ninggalin kalian semua. Tapi udah gak kuat lagi Kak...... gue capek," ucap gadis itu sambil menangis.

"Maaf karena kakak egois, Ta.... maaf udah buat lo bertahan lama dengan sakit yang lo rasain, kalau emang ini yang lo mau..... Kakak cuma bisa ikhlas.

"Lo jangan mikirin yang macam-macam ya.... sekarang lo harus istirahat," kata Windy, sambil mengusap jejak airmata dipipi Clarista.

Gadis itu mengelus kepala Clarista sayang. Hari-hari Windy mulai berwarna, ketika gadis itu bertemu dengan Clarista yang selalu manja kepadanya. Bahkan Windy bisa merasakan bagaimana rasanya, memiliki saudara yang selama ini selalu gadis itu impikan.

CADETA [S E L E S A I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang