Unik kesehatan anehnya penuh hari ini, bilik-bilik yang dibatasi tirai sebagian besar setengah disibakkan dan memperlihatkan para murid yang terbaring diatas ranjang kayu sederhana dengan balutan perban dan adonan aneh yang menutupi beberapa bagian tubuh mereka. Para perawat yang berlalu-lalang di ruangan besar itu menyambut dengan wajah datar, salah seorang perawat mengantarkan ke bilik yang kosong, meminta kami untuk menunggu selagi dia mengambil beberapa alat dan bahan.
Egi membaringkan ku dengan lembut diatas tempat tidur yang agak keras itu, ternyata sama saja dengan yang ada di asrama. Lelaki itu duduk di bangku kecil samping tempat tidur, senyum tersungging di wajahnya tak luntur, beberapa kali perawat yang lewat di luar bilik akan disapahnya dengan ramah.
Aku menarik tubuh untuk duduk, sambil meringis memperhatikan pergelangan kaki ku yang membiru. "terimakasih," kata ku akhirnya, walau bukan keinginan ku untuk dibawa kesini, aku harus tetap berterima kasih atas tawarannya. "telah membawa ku ke sini."
Mata hitam bara lelaki itu menatapku beberapa saat, kegembiraan berkelebat di matanya. "tidak masalah, sudah tugas laki-laki melindungi perempuan."
Aku tersenyum kaku, tidak! Aku tidak mungkin bisa akrab dengan orang seperti ini. Akhirnya aku mendiamkannya, merunduk memandangi tangan diatas pangkuan, untung saja Egi tidak mencoba membuat percakapan selagi kami menunggu perawat kembali. Setelah cukup lama akhirnya perawat itu kembali, entah apa yang membuatnya begitu lama. Egi berdiri dari bangku saat perawat itu duduk dan memeriksa kaki ku, dia mengambil mangkuk berisi adonan mirip krim berwarna keabu-abunya dan mengoleskannya di sekitar pergelangan kaki.
Rasa panas menjelajar cepat di memar membuat ku nyaris menghentakkan kaki. Perawat itu mengambil beberapa helai daun layu dan meletakkannya di atas salep. Selesai dengan ku, perawat itu berbalik menatap Egi yang berdiri di ujung tempat tidur.
"apa kau juga terluka?" tanya perawat itu.
Egi menggeleng cepat. "aku cukup kuat untuk kembali sehat setelah melawan naga!"
Sial. Dia pasti senang dengan pencapaiannya hari ini.
"jadi kalian bukan dari kelas Alkimia?"
Aku melirik Egi yang sama melirik ku juga. "bukan." Kata kami serempak.
Perawat itu menghela nafas panjang dan berdiri sambil membereskan peralatannya. "sepertinya kelas Flora dan Fauna juga mengalami masalah, ya?"
"tidak, ini kesalahan normal." Kata Egi. "kami menjalani tes kecil, mencari kristal dan menghadapi Hewan Gaib!"
Perawat itu mendesah, wajahnya tampak lelah. "mereka masih saja melakukan sesuatu yang berbahaya."
"apa yang terjadi di kelas Alkimia?" aku menyadari kami belum masuk ke kelas itu sejak awal, nama kelas yang asing.
"hanya beberapa ledakan kecil." kata perawat itu dan melangkah keluar bilik.
Setelah dia pergi aku menoleh ke arah Egi, memasang tatapan tajam. "kau boleh pergi."
Dia menatapku dengan kedipan bingung, apakah dia sepolos itu? "kau mengusirku?"
Aku meringis. "bukan." Aku tidak ingin menjadi kasar, sepertinya mulai sekarang aku harus lebih banyak bersabar. "kau seharusnya mengikuti kelas selanjutnya."
"mungkin akan ditunda , pasti ada yang terluka dari kelas ku juga." katanya dengan santai dan nyaris duduk kembali di bangkunya saat seseorang tiba-tiba masuk ke bilik kami.
Laki-laki berwajah bulat itu terengah-engah, saat melihat ku dia membuang mukanya yang memerah sambil menggumamkan kata maaf. Aku mengabaikannya dengan memejamkan mata sambil bersandar di kepala tempat tidur, ku dengar percakapan Egi dan pemuda baru itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WIZARD (Broken Butterfly) END
FantasyYang bersinar di malam hari hanyalah kunang-kunang, namun yang ku lihat malam itu adalah sesuatu yang lain. bukannya makhluk kecil seperti titik cahaya layaknya bintang di langit, mahluk itu serupa kupu-kupu, yang mengeluarkan cahaya. Awalnya ku pik...