Hentakkan kaki bergema bersama dengan munculnya dorongan kuat angin yang menghempaskan sang kesatria ke ujung anak tangga. Orang-orang lain melesat mengelilingi dinding es yang hampir hancur.
"Serahkan sisanya kepada kami," kata Ilyas dengan bersemangat, melirik kearah David yang sudah siap dengan segenggam biji besi. "kalian istirahat dahulu."
"ke sini!" teriak Dini memperingatkan Jordi, Sarah, Sirti, Zaki yang telah kewalahan. Membawa mereka menjauh dari pertarungan.
Aku, Egi, Dini, Ilyas , David, dan Jeriko. Menatap kesatria yang berusaha bangkit di ujung ruangan, dengan sigap dia telah mengangkat busurnya. Entah dari mana dia mendapatkannya, puluhan anak panah dipasangkan di busur raksasanya, udara bergetar di ikuti suara rintihan oleh tali busur yang rusak di bawah tekanan. Puluhan anak panah melesat mengikis udara menghujani sasaran.
Kami menghindar, di barisan belakang Dini menciptakan badai mengelilingi kelompok yang mundur, memantulkan anak panah itu ke arah berlawan. Walaupun kami berhasil menghindar, tidak menutupi beberapa anak panah tak terdeteksi yang berhasil menorehkan luka di tubuh. Untungnya kami tidak mendapatkan luka yang mengganggu. Aku tidak mengerti mengapa kesatria itu menghancurkan senjatanya sendiri, tapi kami tidak mensia-siakan kesempatan itu untuk menyerang balik.
Bum!! Bersamaan dengan suara itu, api merah muncul menyala mengerumuni busurnya yang rusak. Kesatria itu membuka helm bajanya dengan tangan kanan sementara busurnya yang terbakar berada di tangan kirinya. Suara dabuman kering saat helm itu menghantam lantai marmer yang tak lagi utuh. Wajahnya yang penuh oleh bekas-bekas luka yang tidak akan pernah hilang, matanya yang sipit dan hitam seperti alam mengintip saat menjelang senja. Suara bagaikan mesin kereta api tua meletup dari bibirnya yang kering.
"Aku tidak menyangka akan menggunakan flame bow kepada anak-anak seperti kalian, tapi demi menyelesaikan tugas yang diberikan Dea," sang kesatria mengangkat tinggi busurnya, api bergejolak membentuk sebuah anak panah dan menggantikan tali yang putus. "akan ku lakukan."
"teman-teman," suara Dini menyahut cepat dari belakang. "aku tidak yakin badai ku mampu menahan serangan kali ini."
Terdengar David berdecak. "besi ku mungkin akan meleleh."
"Dia tidak dapat menembak berkali-kali secara bersamaan, itu perkiraan ku." kata Ilyas memasang kuda-kuda dan melirik ke arah ku. "hentikan anak panahnya. Aku dan Dini akan menyerangnya terlebih dahulu, David lindungi barisan belakang, perkuat benteng besi mu. Jeriko dan Egi akan mengikuti ku!"
"eh? Apa?" seru Jeriko dengan wajah gelagapan, kulihat tubuhnya bergetar hebat. "aku—aku tidak bisa!"
"kau laki-laki! Berhenti gemetaran!" ketika Ilyas berlari maju, Egi menarik lengan Jeriko dan membawanya ikut serta.
Anak panah itu melesat, aku mencoba membekukan atau setidaknya memadamkan dan memperlambat laju anak panah itu. Namun seolah api itu berasal dari neraka, setiap kali udara dingin mengelilinginya akan segera menguap.
"api itu membakar dengan cepat." Geram ku.
Kemudian dengan cepat Ilyas dan Dini menyerang dari dua arah yang berbeda. Dini mendorong sang kesatria kembali menghantam dinding dan Ilyas segera membenam setengah tubuh ksatria tersebut ke dalam tanah. Aku tahu jika kesatria itu bukanlah orang sembarangan, walaupun Ilyas sudah membenam tubuhnya dia masih mampu bergerak, Jeriko berteriak histeris karena Egi melemparnya. Pemuda lembut itu segera mengangkat kedua tangannya, tubuh sang kesatria tiba-tiba diam membeku.
Tiba-tiba kobaran api menyapu mereka. Egi menarik kerah baju Jeriko sesegera mungkin ketika api itu nyaris menjilat mereka, di sisi lain Dini dan Ilyas tiba-tiba muncul di dekat sang kesatria. Mereka menggunakan kekuatan kombinasi mereka yang dapat mengikis permukaan objek seperti parutan, tapi dia adalah ksatria pilihan, Dini dan Ilyas terlempar jauh.Sosok sang kesatria telah kembali berdiri dengan puluhan anak panah dari api yang muncul dalam waktu singkat di sekitarnya. Anak panah pertama yang terpasang di busur melesat di ikuti dengan puluhan anak panah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
WIZARD (Broken Butterfly) END
FantasíaYang bersinar di malam hari hanyalah kunang-kunang, namun yang ku lihat malam itu adalah sesuatu yang lain. bukannya makhluk kecil seperti titik cahaya layaknya bintang di langit, mahluk itu serupa kupu-kupu, yang mengeluarkan cahaya. Awalnya ku pik...