Merah Diatas Putih

2.6K 235 3
                                    

Brukk!!

Pukulan itu telak mendarat di wajah seorang pria berbalut armor sehitam arang, tidak mempermasalahkan pukulan dari sosok anak muda di hadapannya. Dia tersenyum tenang seperti biasa.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan!?" Teriak pria muda di hadapannya dengan wajah memerah.

Kesatria hitam itu hanya menyeringai dan menjawab dengan tidak kepedulian yang kentara. "Aku hanya ingin melihat, orang seperti apa yang membuatmu memihak kegelapan untuknya."

"Kau melanggar perjanjian!!!" tudingnya dengan kemurkaan.

"Tapi aku tidak sampai membunuhnya, kan?"

"Kau!!!" tidak memperdulikan perbedaan ukuran tubuh mereka juga kekuatan masing-masing, lelaki muda itu menarik jubah yang tersemat di punggung lelaki berarmor dan menatapnya tajam. "Aku tidak akan memaafkanmu jika kau melakukannya lagi."

Suhu di sana seketika memanas, api biru berkobar menyelimuti tubuh lelaki muda tersebut. Segera saja lelaki beramor di hadapannya mundur mengambil jarak. "sudah lah, Egi." Katanya sembari memperbaiki jubahnya. "rencana masih berada di jalannya."

Api biru yang menyelimuti tubuh pria muda itu—Egi—seketika padam dan suhu di sekitar kembali ke menjadi normal. Pemuda itu mendengus, melipat tangan di depan dada sembari menatap tajam pria di hadapannya.

"Gadis api yang menyerang ku saat itu." katanya tenang, menyeringai saat melihat reaksi Egi yang menegang. "Ia memiliki kekuatan yang hebat, ada sesuatu di dalam dirinya yang bersembunyi."

Egi membelalakkan mata tak percaya, wajahnya memucat dan dia menatap lelaki itu dengan hati-hati. "Apa maksud mu?"

"Kemungkinan besar, ia adalah reinkarnasi dewi Verall." Lelaki itu mengidikan pundaknya tetapi kemenangan terlihat jelas di iris kelamnya. "Alasannya karena ia pengguna api hitam. Dalam sejarah, hanya ada satu orang di Underworld yang memilikinya dan dia telah lama mati di tangan Dewi Verall, dewi itu pun yang menyerap kekuatannya."

"Jadi kau harus mengawasi gadis itu." tambahnya. "Jika benar ia dewi Verall, tangkap dan bawa dia pada ku."

"Itu—itu tidak mungkin." Suara Egi serak, tatapan matanya tidak fokus.

Lelaki berarmor itu mendesah. "ini sesuai perjanjian."

Iris kelam Egi menyala menjadi merah. "dalam perjanjiannya kalian tidak akan menyentuh milikku!"

"sayangnya dia juga adalah tujuan dari perjanjian ini." lelaki itu tersenyum tenang, mengidikkan pundak. "nah keputusan ada ditanganmu. jika kau melanggar, tahu sendiri akibatnya."

Egi mencengkram genggaman tangannya dengan erat, mata merahnya berkilat. "aku tidak akan menyerahkannya, apa pun yang akan terjadi."

Lelaki berarmor itu sesaat terkejut, lalu kemudian tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang runcing. Dia tertawa, serak dan keras, sama sekali tidak terdengar seperti tawa manusia. "kau benar-benar seorang kesatria!" seru lelaki berarmor itu. "ksatria yang melindungi Tuan Putrinya, hingga rela mengorbankan teman-teman dan orang yang seharusnya diprioritaskan."

"prioritas adalah pilihan ku." jawab Egi serak, matanya tak gentar dari lelaki itu.

Lelaki berarmor itu masih tersenyum. "kalau begitu, tidak masalah jika aku melukai salah satu dari mereka?" lelaki itu semakin menyeringai, Egi mengerutkan keningnya. "kau sengaja, bukan? Membiarkan seseorang mengikutimu."

Tiba-tiba wajah Egi memucat. "semua orang sedang ada di dalam Kastil, mereka tidak mungkin keluar dari dinding. Mereka tidak tahu caranya!"

"kecuali memang ada yang sudah mengawasimu dari awal." Lelaki itu berputar, Egi hendak menerjangnya karena panik. Namun tiba-tiba lelaki berarmor itu sudah di belakangnya, dengan seseorang menggerang di dalam genggaman tangannya yang terangkat.

WIZARD (Broken Butterfly) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang