Jiwa Yang Terlelap

2.4K 222 0
                                    

Sosok itu hanya menoleh sekilas lalu kembali maju menyerang. ksatria kegelapan terus bermunculan walau tidak memiliki wujud sebenarnya namun jiwa-jiwa hitam di dalam armor itu dapat bergerak selayaknya makhluk hidup normal. Akan tetapi Egi pun menyerang mereka dengan kekuatan yang tak terkira, api-api putih itu sepertinya kelemahan terbesar dari makhluk kegelapan yang dapat membakar jiwa mereka hingga ke intinya.

Kami hanya bisa terdiam, menonton pemandangan itu dengan tabjub. Lama tak terlihat semenjak pengkhianatannya yang begitu memilukan, mengangkat pedang untuk Wilayah Gelap. Sekarang ia malah kembali ke sisi kami dengan gagah berani bersama kekuatannya yang jauh lebih hebat daripada sebelumnya, menyerang kelompok yang dahulu dia bela-belakan hingga meninggalkan teman-temannya.

Tidak lama untuk melumpuhkan ksatria kegelapan yang ada. Para iblis di atas sana masih tetap diam mengamati, kapan pun mereka akan menyerang kami telah bersiaga.

"Egi!" seru Alva, ia hendak mendatangi laki-laki itu namun Jordi segera menghalanginya.

"Kenapa wajah kalian seperti itu?" Tanya Egi santai, seolah tidak ada yang terjadi.

"Apa maksud semua ini?" seru Jordi.

Suhu di ruangan itu tiba-tiba mendingin, bunga-bunga es menjalar di sepanjang lantai marmer, bahkan saat menghembuskan nafas terlihat asap putih yang mengepul. Tatapan setajam ujung es yang membeku selama ratusan tahun melayang ke arah si lelaki berkekuatan api itu.

Egi menghela nafas panjang, jika kondisinya lebih baik mungkin dia bisa membuat pemuda itu semakin marah hingga membekukan seluruh Menara Lex Talionis. Tetapi dia tahu tidak ada yang ingin permainannya sekarang, karena itu ia menundukkan kepalanya.

"Maaf."

"Apa kata maaf bisa membayar semuanya?!" Geram Jordi, es runcing mulai bermunculan dari permukaan dinding. "Dasar penghianat!"

Egi terpejam, dua kata itu seolah adalah ujung pedang yang di tancapkan ke jantungnya. "Aku terpaksa!" Ia menatap kami dengan mata yang bergetar. "Jika tidak kalian akan mati."

"Apa maksudmu?" Tuding Ilyas, tanah bergetar.

Egi menghela nafas panjang. " aku yang terbangun pertama kali ketika kita tiba di Underworld, Sapta bangun setelah aku, dia pasti tahu." Sayangnya Sapta tidak berada di antara kami saat ini, jadi pengakuan itu tidak bisa dipercaya begitu saja.

Kegelapan menguara mengelilingi kepalaku, lagi-lagi perasaan aneh ini, kepala ku berdenyut pusing. Pandanganku mengabur, bayangan aneh melesat cepat. Aku melihat Egi yang telah berdiri dengan wajah mengeras, orang-orang yang tidak sadarkan diri, teman-temannya. Di hadapan pemuda itu, baru saja menghilang siluet bayangan hitam. kemudian Sapta terbangun, matanya menemukan Egi, dia mengernyit, tidak pernah tahu apa yang telah terjadi sebelum itu.

"sebenarnya Dea telah mengirimkan salah satu ksatria Wilayah Gelap untuk menghabisi kita setelah dia mengirim kita ke Underworld." Egi mengerutkan wajahnya. "tetapi dia punya rencana sendiri, dia membuat penawaran. Bekerja untuknya atau melaksanakan perintah Dea, tentu saja aku tidak punya banyak waktu untuk berfikir. Aku hanya memikirkan jawaban yang terbaik."

Semua orang terdiam mendengar penuturannya. Cukup lama suasana hening itu terjadi, hingga Jordi mendesah dan akhirnya membuka suara tapi masih dengan nada dinginnya.

"Sekarang. Kau dipihak siapa?"

Egi terdiam sejenak lalu mengangkat kepalanya menatap teman-temannya dengan serius. "Aku di pihak kalian."

"Baiklah, kami percaya." Ujar Jordi, berbalik menatap teman-temannya. "Namun, jika kau menghianati kami lagi. Maka kami tidak akan segan untuk membunuhmu."

WIZARD (Broken Butterfly) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang