Negeri di Penghujung Utara

1.6K 140 4
                                    

Beberapa saat yang lalu ...

Setelah penyerangan di Wilayah Terlarang terakhir kali, kemunculan para wizard yang terkutuk membawa pertanda buruk. Pira sudah menyadarinya, tidak hanya para wizard yang terjangkit kutukan juga bangsa kegelapan yang dikuasai Dea. Kutukan itu tidak hanya kekuatan yang dilimpahkan pada yang terkutuk, namun juga membuat yang terkutuk dapat dikendalikan penuh oleh yang mengutuknya. Dea menginginkan prajurit yang patuh sepenuhnya.

Bahkan dia tidak bisa mengambil ahli perintah para iblis selayaknya pemimpin kegelapan sejati, tidak seperti ketika dia berhadapan dengan iblis-iblis yang muncul di menara sebelumnya. para iblis itu tidak mau mendengarkannya, lebih tepatnya mereka tidak bisa mendengarkan apa pun selain perintah-perintah Dea.

Pintu gerbang utara terbuka lebar beberapa meter di hadapannya, sudah cukup lama sejak para wizard ia lenyapkan dan bangsa kegelapan beradu kekuatan dengan bangsa Wilayah Terang. Peperangan pecah seketika, di pihaknya terdapat Sarah, Alva, dan David yang ikut membantu sedangkan sisa teman-temannya yang lain berada di kastil. Seluruh wizard musuh baik yang terkutuk maupun yang tidak sudah berhasil di tangannya, tersisalah bangsa kegelapan yang berjumlah lebih dari ratusan orang yang menjadi pion Dea untuk melumpuhkan prajurit Wilayah Terang.

Tidak ada tanda-tanda keberadaan wanita itu. pira yakin wanita itu juga tidak ada digerbang lainnya, sudah dia duga pasti ada yang wanita itu rencanakan. Merencanakan peperangan di setiap gerbang hanya untuk mengalihkan perhatian semua orang.

Pira berbalik menatap sekelilingnya, di tengah pasukan Wilayah Gelap dan Wilayah Terang itu terdapat pasukan vampire yang dipanggil Alva. Gadis itu mengeluh kekurangan energy untuk memanggil prajuritnya dan membuat mereka abadi dalam pertarungan, walaupun begitu sepertinya Alva masih belum mau menyerah sekeras apapun keluhan yang disampaikannya. Alva mengurangi menggunakan kekuatan tombak pamungkasnya agar energinya tidak terkuras dengan cepat, gadis itu melayang di atas peperangan, memperhatikan pertarungan itu sesekali akan memanggil akar-akar mawarnya untuk menyerap energi musuh.

"Alva!" teriak Pira tepat ketika gadis bersayap kelelawar merah itu melintas di atasnya.

Alva merunduk, terbang menuju kearah Pira. Dia mendarat di atas batu besar tidak jauh darinya dengan gerakan mulus, sayapnya merenggang dan terlipat di punggungnya ketika dia berbalik. "ada apa? Kenapa kau hanya menonton saja sejak tadi?!"

"aku serahkan gerbang ini pada mu!" seru Pira tanpa pikir panjang.

Wajah Alva terbeliak. "apa kata mu?!"

Pira mendongak, memandangi gerbang Utara yang terbuka lebar menampakkan negeri kegelapan dibaliknya. "bangsa kegelapan dikendalikan oleh Dea, aku tidak bisa mengambil alih mereka! tapi aku yakin ada cara untuk mengembalikan mereka, aku akan pergi ke Kastil Kegelapan. Sesuatu disana mungkinlah yang menjadi pusat pengendalian kutukan itu!"

"kau serius?!" teriak Alva, sayapnya mengembang dan terlipat beberapa kali. "itu hanya dugaan mu! lagi pula tidak ada tanda-tanda Dea disini, dia pasti ada di kastil itu sekarang! Akan berbahaya jika kau pergi sendirian!"

"aku akan pergi sendiri, jauh lebih berbahaya jika ada yang ku ajak!" seru Pira, wajahnya berkerut. "bertahanlah selama mungkin! Setelah aku bisa melepaskan kutukannya, perang ini akan berakhir."

Pria melompat, tubuhnya dikelilingi cahaya ketika dia melesat ke udara. Sayap hitam terentang, wujudnya berubah dengan rambut hitam panjang bagai tirai langit. Gadis itu terbang sepanjang lautan peperangan, menembus gerbang yang terbuka, melewati tanah kematian yang dingin di bawahnya.

Dunia itu memanglah bagian dari kekejaman, sesuatu yang mengerikan dan dingin, dunia yang bahkan mengintimidasi sejak menginjakkan kaki pertama kali. Semuanya benar-benar memperlihatkan Wilayah Gelap, hanya saja tidak ada satupun tanda-tanda ada makhluk yang menghuninya—sebenarnya juga tampak tak pantas untuk dihuni—hanya tersisa alam yang menggelegar, perjalanan itu begitu mulus dan kosong hingga membuat Pira merasa curiga. Hingga dia sampai di kaki lereng bukit tajam tempat Kastil Kegelapan berdiri di puncaknya, tepat di pinggiran kawah. Jika berdiri di bawah sana, tampak tidak mungkin melaluinya hingga sampai ke puncak, terlalu terjal dan curam. Lereng berbatu, barisan pepohonan yang entah bagaimana dapat tubuh di sekitar lereng, berbatang dan berdaun hitam, tampak seperti lukisan hitam dan abu-abu. Memang ada jalan meliuk yang mengarah ke kastil itu, namun tampak tidak mungkin dilalui.

WIZARD (Broken Butterfly) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang