Malam di dunia lain terasa jauh lebih menenangkan daripada ketika malam pertama di Wizard Academy. Udaranya sejuk, tidak seperti di dunia asal yang pastinya malam ini pasti akan membuat pantat membeku. Desa Mitells berdiri di tengah-tengah padang rumput yang tidak terlalu luas, malah terkesan sempit karena beberapa rumah warga harus di bangun dibawah pohon-pohon besar. mereka tidak ingin menebangnya karena bisa dijadikan tempat perlindungan, desa itu kecil dan tidak dibagi antara tempat mereka berjualan ataupun rumah-rumah. Semuanya seperti digabung dalam satu tempat.
Tidak ada ladang atau sawah seperti pedesaan kebanyakan, orang-orang di desa Mitells menanam sayuran atau tanaman yang dapat dimakan di sekitar pekarangan rumah mereka. penduduk Mitells juga berburu di sekitar hutan pulau melayang dan di darat. Desa ini juga merupakan persinggahan terakhir para penjelajah dan perdagangan batu berlian di dasar lembah. Orang-orang di desa ini tidak mempermasalahkan keberadaan orang asing seolah mereka sudah terbiasa menerima tamu dari dunia yang berbeda.
Atau, apakah mungkin karena Gerbang Timur? Teman-teman yang terjebak di dunia ini lebih dahulu menceritakan apa saja yang sudah mereka lalui, terlebih ternyata waktu yang berjalan di dunia ini berbeda dari dunia asal kami. Selama tiga hari kami di dunia sebelumnya untuk beristirahat dan sekitar tiga minggu mereka terjebak di sini, perbandingan yang cukup jauh. Desa Mitells adalah pemungkiman terakhir di wilayah Terang Timur. Pegunungan di ujung sana yang terlihat seperti membelah hutan adalah gerbang yang membatasi dengan Wilayah Gelap. Para penduduk desa memperingati kami untuk berhati-hati karena gerbang pembatas semakin kekurangan kekuatan setelah lewat ratusan tahun, para monster dapat menyusup dengan mudah. Tidak heran, beberapa dari kami yang melewati Moon Gate dan terlempar ke suatu tempat berhadapan dengan beberapa makhluk buas yang sepertinya berasal dari Wilayah Gelap.
Awalnya bibi Telsi meminta kami untuk tetap berada di kliniknya untuk memastikan keadaan kami lebih jauh, termasuk Jordi yang masih belum sadar hingga sekarang. Tapi setelah menyakinkannya jika aku, Dio, Jeriko, Zaki, Melly, dan David baik-baik saja, akhirnya dia menyerah dan membiarkan kami pergi. Namun Jordi tetap dalam pengawasan bibi Telsi, ditemani oleh Valery yang memaksa untuk tinggal. Gadis itu sepertinya tetap mengaguminya.
Rumah yang ditempati teman-teman yang terjebak di Underworld dibangun tidak terlalu masuk ke dalam hutan, bahkan klinik bibi Telsi yang berada di ujung desa masih bisa terlihat. Namun pohon-pohon tinggi menjulang itu membuat suasana di sekitar rumah jauh lebih gelap dan agak berbahaya. Hanya lampu dalam tabung yang didapatkan dari penduduk desa menerangi teras hingga ke sudut-sudut rumah sebagai penerangan di malam hari. Rumah yang dibangun dari kayu itu tampak nyaman dan lembut di tengah cahaya temaram lilin dan pepohonan, benar-benar mirip seperti rumah singgah. Ada empat kamar di sana yang tidak terlalu luas, karena jumlah kami yang semakin banyak, akhirnya diputuskan jika perempuan yang akan menggunakan kamar itu sedangkan laki-laki akan tidur di luar. semua orang mengerti, jadi tidak ada penolakan.
Sebelum kami pulang beberapa penduduk desa membawakan kami keranjang berisi roti hangat, potongan buah, dan mangkuk berisi rebusan sayuran dan semacam camilan serangga kering. Sapta yang menerima makanan itu dengan baik berterima kasih, sepertinya mereka sudah terbiasa mengkonsumsi makanan aneh dari dunia ini.
Di rumah kami langsung membicarakan apa yang terjadi di menara Lex Talionis dan bantuan Sora, termasuk informasi yang kami bawakan.
"jadi kita akan ke Kerajaan Pusat untuk melaporkan ini?" kata Sapta sembari memilah buku catatan yang kami bawa. "jika bos itu bekerja sama dengan penguasa Wilayah Terang, pastinya Raja Cahaya dari Kastil Putih. Atau penduduk di sini menyebutnya Kerajaan Pusat, karena sebelum terbentuknya Wilayah Gelap, hanya kerajaan itu yang berkuasa penuh atas semua wilayah Underworld."
Ternyata ada banyak hal yang baru kami ketahui. "kalau begitu di mana tempatnya?" tanya ku.
"soal tempat itu kau tanyakan saja ke Egi," lirik Ilyas ke arah Egi yang kebetulan berdiri sambil bersandar di sampingku, aku ikut meliriknya yang tidak sengaja menatap ku dengan alis bertaut, buru-buru mengalihkannya seolah dia tertangkap basah mencuri sesuatu. "ia suka berkeliling menggunakan Lixorve-nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
WIZARD (Broken Butterfly) END
FantasíaYang bersinar di malam hari hanyalah kunang-kunang, namun yang ku lihat malam itu adalah sesuatu yang lain. bukannya makhluk kecil seperti titik cahaya layaknya bintang di langit, mahluk itu serupa kupu-kupu, yang mengeluarkan cahaya. Awalnya ku pik...