Selama beberapa bulan kemudian kehidupan asrama ini menjadi sedikit lebih baik, pelajaran di akademi mulai membosankan. Sepertinya aku memang selalu tidak bisa bertahan lama dengan hubungan mana pun, untung saja kelas-kelas Mantra, Elemental dan Pisikis yang lebih ke praktik membuat suasana kegiatan akademi tidak menjadi lebih membosankan. Kemudian setelah beberapa lama sepertinya Dea—selaku Kepala Sekolah—ingin melihat sejauh mana perkembangan kekuatan siswanya, karenanya dia membuat sebuah tes.
Di dalam tes itu terdapat peraturan yang mana harus dilakukan dalam sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang, dalam tes ini tidak hanya di nilai seberapa baik pengendalian kekuatan kami namun juga bagaimana kami bekerja sama, menyusun rencana, dan membuat keputusan. Menurut penangkapan otak ku, kami lebih di suruh untuk memanfaatkan satu sama lain. Pembagian kelompok telah di tentukan oleh para Master, tidak semua orang akan mendapatkan rekan yang mungkin mereka kenali—seperti satu kelas—dan mereka yang mendapatkan rekan tak di kenal menjadi tantangan tersendiri. Jadi kami hanya bisa mencari jalan jika salah satu di antara kami memiliki kekuatan Penyerang dan Bertahan.
Dan entah ini sebuah karunia atau pertanda buruk, ucapan Pangeran Api itu terwujud!! Saat pengumuman di bacakan oleh Master Margial, ketika nama ku menjadi giliran di panggil dan patner ku, kehebohan menggelegar seperti gunung merapi meletus.
Kesialan apa yang datang pada ku bertubi-tubi begini? Laki-laki yang selalu tebar pesona dengan senyuman dan keramahannya itu akan semakin membuat ku dalam posisi serba salah. Bukannya aku tidak ingin berkerja sama dengan lawan jenis, tetapi patner ku bukanlah orang sembarangan.
Kami diberikan waktu satu bulan untuk berlatih sebelum ujian. Pelatihan itu dimulai sehari setelah pembagian tim, pelajaran lain di undur agar para murid dapat fokus dengan pelatihan mereka. Entah beruntung atau tidak, satu sisi aku bersyukur bisa keluar dari ruang kelas dan tumpukan buku yang tidak ada habisnya, namun di sisi lain, artinya aku harus berhadapan dengan sosok yang membuat diri ku seperti mafia yang di takuti sekaligus di benci banyak orang.
Aku memang belum mengenal Egi lama—kami bahkan hanya sesekali bertemu ketika kelas kami bergabung atau pun diluarnya, di kantin dan entah ketika tidak sengaja bertemu di koridor akademi—tapi aku segera sadar jika Egi bukanlah siswa biasa. seharusnya aku sudah sadar sejak awal, anak-anak yang di rekrut oleh akademi memiliki latar belakang yang berbeda-beda dan mungkin saja ada seseorang yang tidak bisa di hindari oleh mata publik.
Siapa pun dirinya yang sebenarnya, di sini, di posisi ini, aku lah korbannya. Namun karena ada orang yang tahu siapa laki-laki itu sebenarnya, membuat ku menjadi dalam posisi pelakunya.
"Sudah ku bilang, kita bakal menjadi partner." Seruannya penuh kemenangan ketika kami bertemu di kantin setelah pembagian patner.
Ku tahan desahan yang hendak meluncur bebas dan meliriknya dengan tatapan datar. Kenapa kami bisa bersama? Apakah dia main sogok dengan guru? Mencurigakan, semua tetang dirinya mencurigakan!
Tawa tertahan terdengar dari arah Alva yang menyemburkan makanannya, duduk di sampingnya Ryoko membuang muka sambil mengigit bibir. Egi berlalu dari sisi meja makan kami, di iringi dengan orang-orang yang menyapanya. Aku tidak masalah harus berkerjasama dengannya, sebenarnya. Jika saja orang-orang yang mengenal pemuda itu tidak sibuk dalam hal ini, seperti sekarang! Setelah bersikap ramah pada Egi yang melewati mereka, tatapan-tatapan tajam mereka segera terarah pada ku. Seolah aku telah menodai sebuah karya indah kesukaan mereka.
Master Odelina Detta selaku pengajar kelas Elemental dan Master Jamariel Ludwig selaku pengajar kelas Pisikis, menjadi pembimbing para murid dalam pelatihan. Walaupun begitu yang mereka ajarkan hanya agar kami dapat bekerja sama dan menciptakan kerukunan, sayangnya pemikirannya terlalu mudah untuk di jadikan kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WIZARD (Broken Butterfly) END
FantasiYang bersinar di malam hari hanyalah kunang-kunang, namun yang ku lihat malam itu adalah sesuatu yang lain. bukannya makhluk kecil seperti titik cahaya layaknya bintang di langit, mahluk itu serupa kupu-kupu, yang mengeluarkan cahaya. Awalnya ku pik...