Dinginya Hari Penuh Darah

1.8K 160 0
                                    

Walaupun matahari masih tinggi di langit, awan kelabu dengan senantiasa bermuara di sepanjang cakrawala lepas. Menutupi langit biru dengan ketebalan awalnya yang mengerikan, menghalangi cahaya matahari walau masih ada sinar yang cukup untuk menerangi daratan di bawahnya. Awan-awan kelabu bergulung bersama deru angin kencang yang saling bertabrakan, sesekali terdengar suara gemuruh dan kilatan cahaya yang menyebar di antara awan.

Tidak ada hujan, namun udara tersangat sangat lembab dan dingin. Hutan yang telah rata oleh tanah bekas Wilayah Terlarang berada tampak menjadi pemandangan yang mengerikan dibawah cucana yang tak bersahabatan. Pemandangan yang berbeda terlihat di sekitar dinding tinggi Kastil Putih, berasal dari tenda-tenda pengungsi yang didirikan tepat di sekitar dinding. Kastil Putih sudah penuh sejak perang terakhir kali oleh orang-orang yang terluka, para kesatria yang bersiap tidak bisa diganggu oleh kehadiran pada pengungsi yang berlalu lalang.

Lentera-lentera di pasangkan ke tiap tenda guna menambah penerangan di tengah cuaca yang buruk, sekali para kesatria akan hilir-mudik memeriksa orang-orang yang mengungsi. Di tengah deru angin yang kencang para pengungsi juga berlalu-lalang membantu orang-orang yang terluka di Kastil Putih, menyiapkan makanan dan segala keperluan yang bisa mereka bantu.

"waspada! Bangsa Kegelapan telah melintasi gerbang! Ada beberapa dari mereka yang berhasil kabur ke dalam wilayah!" seru-seruan para ksatria menguara di sepanjang Kastil Putih, orang-orang biasa yang juga dapat mendengarnya menjadi panik. Tapi itu tidak bisa dihindari, bukannya untuk menakuti penduduk yang mengungsi, namun untuk membuat mereka bersiaga akan serangan yang mungkin akan datang.

Naga melintas di atas kepala, membuat deru angin yang semakin kencang. Orang-orang berlarian kembali ke dalam tenda mereka, membawa anak-anak mereka untuk berlindung di dalam kastil.

"ini gawat." Bisik Arista. Gadis itu menampik jubahnya, mencoba untuk menjadi sedikit hangat. Orang-orang berlari di sekitarnya tanpa mempedulikan apapun, dia memandangi para penjaga yang kalang-kabut mengurus pengungsi yang mulai panik. Arista berputar, ia berada di barisan terluar tenda pengungsian, menatap garis padang rumput yang terentang di hadapannya. "Valery tetap perhatikan ilusi perbatasan mu, beritahu jika ada yang melewatinya."

Valery yang tepat berada di samping Arista menoleh cepat, mengangguk dengan wajah tegang. "tentu saja, kita tidak boleh membiarkan mereka lewat."

Arista menatap gadis itu beberapa saat, kemudian tersenyum kecil. Dia jauh lebih dekat dengan Valery daripada wizard lainnya, selama di tinggal di Kastil hanya Valery yang bisa ditemui—sebelumnya juga ada Melly—yang tidak ikut serta dalam pertarungan sebenarnya. Walaupun begitu mereka tetap berjuang keras, Arista sangat senang dapat bertemu dengan gadis-gadis yang lebih muda darinya itu.

"kau melakukannya dengan sangat baik." Puji Arista.

Valery menoleh canggung, tersenyum tipis ketika dia kembali menatap sekelilingnya. Pada garis gulungan aneh yang sesekali terlihat di depan mana. Tempat dia meletakkan ilusinya yang membuat orang-orang memasuki tempat itu terjebak, jika dilihat dari sisi yang lain, mereka hanya melihat Hutan Berkabut saja. Kastil Putih dan tenda-tenda para pengungsi tersembunyi dengan baik.

Dia sudah melatih kemampuannya sejak ditugaskan membuat ilusi di sekitar Wilayah Terlarang, walau baru pertama kali menciptakan ilusi berjangka besar dia terus berusaha untuk menguatkan kemampuannya.

"aku sering menjadi beban teman-teman ku, bahkan karena kelalaian ku mereka sampai kehilangan nyawa." Ujar Valery, tanpa sadar mencengkram lengannya dengan kuat. Arista menatap gadis itu. "tapi sekarang tidak lagi! aku tidak akan merepotkan yang lain, aku akan membantu mereka dari belakang! Mereka bisa mengandalkan ku!"

Arista tersenyum, menepuk pundak Valery. "ya, kita semua mengandalkan mu, Valery. Aku sangat bangga pada mu!"

Gadis berkuncir dua itu tersenyum haru, mengangguk. "terimakasih—"

WIZARD (Broken Butterfly) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang