Misunderstand

9.1K 546 68
                                    

aku mau bilang makasih ya buat kalian yang udah /masih/mau ngevoteee cerita ini bahkan komen juga. Dukungan kalian jadi motivasi buat akuu😄😄😄 thankyouu all, ich liebe dich😘

Dan satu lagi yang terakhir. Buat kalian yang mau sharing purpose atau mau nanya apapun kalian bisa lewat kontak yang ada di bio aku ya.
Kalau lewat branda atau inbox aku ga bisa bales😧 maaf banget bukan sombong atau apapun itu beneran deh gada niatan buat ga bales chat kalian. Mendingan lewat akun sosmed pribadi aku aja ya. Cek bio okeeyy👌

Maaf ya kalau ceritanya gini-gini terus. Tapi semua aku lakuin buat ceritanya semakin kalian sukaiin lagi😄😄
Yawdah langsung aja yaaa.......

Budayakan vote terlebih dahulu😄😄
Cekidot...

Budayakan votee.
Biasakan koment.
1 vote dan comen kalian berharga banget bagi aku.












































19.00 wib.

Vivi membuatkan sebuah teh hangat untuk rava, pria itu tengah menunggunya di ruang tengah sembari asik memainkan ponselnya.

Hujan tak kunjung mereda, malah terlihat semakin membesar. Membuat vivi harus menahan rava untuk tidak pulang terlebih dahulu.

" Haaaciim" vivi memalingkan wajahnya saat idungnya terasa gatal dan akhirnya ia mendadak terserang flu karena terkena hujan tadi.

Nampan yang berisikan teh hangat untuknya dan rava ia letakkan di atas meja.
" kamu sakit?" Rava menautkan kedua alisnya dan menatap vivi tajam.

Vivi menggeleng pelan " ngga ko. Cuma bersin biasa aja, diminum dulu biar kamu aga enakan"

Rava menghela nafas panjangnya. Menatap vivi yang sudah duduk di sampingnya.

" eh tante" tatapan rava beralih menatap nancy yang baru saja memasuki ruang tengah dengan menggunakan baju tidurnya.

Nancy menoleh dan tersenyum " udah di sini aja dulu. Hujannya juga masih deres, nanti kalau di paksain malah sakit"

" tau tuh mah di bilangin dari tadi pengennya pulang terus" vivi mencibir pelan.

Nancy tersenyum mendengar cibiran pelan putrinya, melangkah mendekat dan duduk di samping putrinya.
" anggep rumah sendiri aja rava"

" iyah tante" rava tersenyum malu karena nancy yang terlihat begitu peduli terhadapnya.

" jangan ingat-ingat tante yang dulu. Maafin tante ya karna pernah marahin kamu rava" ucap Nancy meminta maaf akan kesalahannya terhadap rava beberapa bulan yang lalu.

Tatapan rava beralih menatap vivi, gadisnya tengah menatapnya dan tersenyum. Vivi tau rava merasa canggung untuk membahas kembali masalah yang sudah lampau dan tak ingin ia ingat lagi sebenarnya.

" gpp ko tan, lagian juga engga rava masukin ke hati. Gausah di inget lagi tan, rava udah ga inget lagian juga " rava tersenyum manis dan menatap Nancy dengan hangat. Memang sepenuh nya rava telah memaafkan semua kesalahan nancy yang dulu, yang pernah membentak rava dan memarahinya.

Nancy menghela nafasnya, mengusap pelan punggung tangan vivi " tante titip vivi ya va. Karena kamu pria yang pertama kali vivi bawa ke sini dan tau masalah tante sama om. Tante menyesal, bener-bener menyesal akan sikap tante yang dulu. Tante merasa tente begitu keji dan jahat kepada vivi, padahal vivi putri tante satu-satunya. Seharusnya tante menyayangi dirinya sama seperti ibu kandung semestinya"

PURPOSE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang