Epilog.

6.6K 329 58
                                    

Hallooooo kalian semua yangg masih menunggu menanti dan bagkan mengharapkan cerita ini update😄😄😄 maaf ya aku aga ngaret😧😧 ngaret banget malah ya. Maafkan aku ya, bukannya sombong tapi sumpah deh ya aku sibuk, bukan so sibuk tapi beneran deh😂 semoga kalian mengerti okeyyyy😙😙😙😙

Makasih ya buat kalian yang terus stay bahkan suka sama cerita iniii yaampun terharu banget😧😧😧 makasih banget yang udah mau vote koment di cerita akuuuu semoga klian ga jenuh dan bosen yaa sama alurnya. Semoga kalian ttp stay dan suka sama ceritanya.

Satu lagii, buat yang nanyain bdp4 kemana. Aku beneran ga tau,- kayanya kehapus atau gimana yang jelas itu cerita langsung gaada, gila sedih banget sumpah. Cape ngetik tapi kehpus gitu aja😧😧😧 maafkan ya buat kalian yang menunggu bdp4 terpaksa cerita nya terhapus gitu aja😧😧😧 tpi nnti aku usahain buat bikin lagi ya. doakan saja semoga authornya tidak terserang penyakit malas😂😂😂 okeyy.

Yawdah langsung aja yuu cekidott...

Budayakan vote dan koment okeyy💜💛💚















06.50 wib.
Senin.

Ini lah hari pertama dimana sekolah SMA Harapan 1 melakukan Ujian Nasional. Vivi yang baru saja tiba di sekolah dengan raut wajah yang masih terpancar kesedihan akan kejadian semalam mulai memasuki area sekolah.

Matanya sangat sembab, bahkan ia sama sekali tidak belajar apapun untuk ujian hari ini. Setelah pulang di antarkan alvaro ia langsung mengunci dirinya, mematikan ponselnya dan menenggelamkan wajahnya untuk meredam kesedihannya itu. Semua jelas, hubungannya dengan Rava telah usai. Hatinya sedikit takut mendengar nama rava, ia hanya ingin menjauh dari rava. Cuma satu yang ia inginkan, ia hanya tidak ingin bertemu rava lagi.

" lo duduk di samping rava vi" ucap riri saat vivi baru saja tiba di kelasnya. Tempat duduk yang telah di atur oleh pihak sekolah membuat para siswa dan siswi sibuk mencari tempat duduk mereka masing masing.

Vivi menoleh dan menatap riri dengan kerutan di dahinya.
" rava?" Tanya Vivi tak percaya.

Riri mengangguk " iyah, sama rava. Kita duduknya di selang seling sama anak ipa. Biar gaada yang nyontek katanya si gitu, dan kebetulan lo duduk pas banget duduk di samping rava"

Vivi menggigit bibir bawahnya, riri belum tau akan hubungannya dengan rava yang sudah ia akhiri semalam. Begitu pun dengan alvaro, pria itu pun tidak tau sama sekali. Karena semalam alvaro tidak sempat untuk bertanya ini itu, ia enggan untuk bertanya karena vivi terlihat sangat buruk dan begitu sedih.

Tanpa berkata apa-apa, vivi melangkah menuju tempat duduknya yang terletak di bagian barisan belakang. Mengecek no pesertanya apakah benar ia duduk bersebelahan dengan rava?.

" sial!" Gumam vivi, memalingkan wajahnya dengan kesal saat melihat kursi di sampingnya yang di mana terdapat nomor peserta, nama perserta dan foto peserta yang jelas tertera yaitu Rava Tristianidas. Pria itu tak ada di tempat, you know lah rava ada dimana selain di lapangan. Pria itu pasti sedang berada di sana bersama gerombolannya.

" lo kenapa? Harusnya lo kan seneng duduk di samping rava" ucap riri dengan kerutan di dahinya.

Vivi mengempaskan bokongnya di tempat duduknya. Menyampirkan tasnya di punggung kursi.
" ri? Gue pengen pindah. Masa gue disini si?" Tanya Vivi terlihat memancarkan raut wajah ketidak sukaannya.

" vi? Kenapa? Rava kan paca--"

" dia bukan pacar gue lagi ri. Masa harus gue duduk di samping dia gini ?" Potong vivi dengan cepat, tak tahan lagi untuk mengungkapkan semuanya kepada riri.

PURPOSE (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang