04. Dua Arah

2.7K 514 126
                                    

Jeka hampir membanting setir mendengar Yera. Pemuda tampan dengan gigi kelinci itu menoleh terkejut, "Ra? Apasih?" pekiknya kaget.

Ghea juga hampir tersedak ludahnya sendiri, kemudian menggeleng cepat dengan panik.

"Nggak kok, Yer. Gue emang gak gampang deket," kata Ghea membela diri.

Yera diam, memandangi Jeka dan Ghea bergantian.

"HAHAHAHAHAHAHA SANTUY, yakali Ghea suka sama cowok modelan kayak kak Jeka. Lo mah cocoknya sama yang modelan kak Jeffri, ihhh ganteng bangetttt," kata Yera mendadak jadi fangirling.

Jeka refleks mendelik sempurna, jelas tersinggung. "Apa-apaan?!" sahut pemuda itu tak terima.

"Ck, apa sih? Emang iya kak Jeffri ganteng banget," balas Yera sewot.

Ghea berdehem kecil, "rumah kalian beda arah yaa?" tanya Ghea mengalihkan pembicaraan, juga menyadari bahwa ia semakin jauh dari rumahnya.

Yera mengangguk kecil, membenarkan itu. "Iya, kita emang beda arah. Elo sama kak Jeka searah," balasnya tenang.


"Ah... searah ya..." gumam Ghea menyeringai kecil.

Mobil Jeka menepi tepat di depan rumah Yera yang megah. Cowok itu turun, membukakan pintu untuk Yera.

Yera tersenyum lebar, "aku pulang duluan ya!" Yera melambaikan tangan pada Jeka, "hati-hati juga!"

Ia beralih menatap Ghea yang masih duduk di dalam mobil, "gue duluan. Byeeee."

Jeka mengusap puncak kepala Yera pelan, lalu menarik kedua ujung bibir dengan tatapan hangat.


"Aku pulang dulu."



**


Suasana di mobil begitu hening, hanya suara radio yang sengaja dinyalakan agar memecah keheningan. Jeka menghela nafas panjang, memegang setie dengan satu tangan.

Ghea, yang duduk disampingnya membasahi bibir. Menyadari bahwa Jeka sedang marah, terlihat dari rahangnya yang menegas dan tatapan tajam.

"Kak, maaf...." lirih Ghea mencicit kecil.

Jeka diam sesaat, membasahi bibir bawahnya. "Kamu maunya apa sih?" tanya Jeka berusaha tak meninggikan suara. "Kamu nekat banget sampai pindah ke sini."

Ghea menatap Jeka dengan tatapan terluka, "emang aku nggak boleh ya berbuat semau aku? Aku juga pengen deket sama kakak, aku juga pengen jadi prioritas," sahut Ghea dengan suara bergetar.

Ghea membuang muka saat merasakan matanya memanas. Jeka menarik nafas dalam, merasa bersalah melihat Ghea menangis kecil.


"Bukannya aku udah bilang dengan jelas.... kalau aku mau putus?"


Ghea menoleh sebentar, mengusap air mata yang membasahi pipinya. "Aku nggak mau! Semudah itu kakak bilang pengen putus?!"

"Tapi ujungnya, kita semua bakal terluka, Ghea. Lebih baik berhenti di sini sebelum Yera tau," kata Jeka cemas.

"Enggak mau. Aku tau aku nggak bisa ngalahin Yera...." Ghea diam sejenak, "tapi aku juga pengen egois, aku pengen bareng-bareng sama kakak."



"Janji sama aku kalau kamu nggak bakal bertingkah macem-macem yang bikin Yera curiga."


**




Malam itu Yera duduk di depan TV, menonton acara Tonight Show kesukaannya sambil memegang gelas berisi susu coklat hangat.

"WUAHAHAHAHAHAHAHAHAHA PARAH BANGET," kata Yera sudah meledakkan tawa sambil memukul bantal dengan bruntal.

Ia menyeruput gelasnya sebelum berusaha menguasai diri. Kemudian kembali menonton TV dengan terbahak-bahak.

Hapenya berdering.

Yera mengerutkan kening, bingung siapa yang mengiriminya pesan malam-malam begini.



Jeka: besok aku nggak jadi ke rumah



Hn?




Yera: hah?

Yera: emang kamu mau ke rumahku ya?


Tak butuh lama, balasan datang.



Jeka: maaf salkir

Jeka: tadinya mau kirim Somi

Read



Jeka: Yer?

Yera: eh iya

Yera: kenapa nggak jadi ke rumah adek kamu?

Jeka: males aja

Yera: ohhh emang kamu panggilannya aku kamu ya sama Somi?

Read

Dua ArahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang