08. Patah Hati

2.7K 506 135
                                    

"Der, lo mau ke kantin gak?" kata Yera menyenggol kaki Hendery yang duduk disampingnya.

Hendery menoleh, lalu mengangguk kecil dan berdiri keluar dari bersama Yera. Pemuda itu memasukan kedua tangan ke dalam saku, berjalan tenang tak banyak bicara.

"Lo kenapa dah? Lagi sedih ya? Lesu banget dari tadi pagi, semangat dong," kata Yera riang berusaha menyemangati.

Mendengar suara ceria itu Hendery melirik sesaat, "udah baikan ya lo?" tanya cowok itu mengalihkan pembicaraan.

Yera memegang kedua pipi dengan centil, merasakan pipinya merona. Lalu senyum-senyum sendiri mengingat Jeka ke rumahnya sambil membawa pizza, berbaikan begitu saja.

"Selamat ya," sindir Hendery sinis, tak peduli banyak. Ia kembali menatap koridor yang ramai karena sekarang jam istirahat.

"Dih, untung gue lagi baik, jadi gue nggak bakalan deh ngomelin lo," sahut Yera tak mau melunturkan senyuman, menatap jari-jarinya dengan centil lagi.

Langkah kaki Yera terasa begitu ringan dan ceria, membuat Hendery jadi diam-diam tersenyum hangat.

"Eh, elo suka telponan sama Yohan?" tanya cewek mungil itu sambil berbelok menuju kantin.

Hendery mendelik, "dih, najis."

Yera membalas tatapan Hendery terkejut. "Loh kenapa? Gue kira cowok emang suka telponan sama temen cowoknya," katanya tersentak.

"Yer, cowok tuh suka males telponan. Ya kecuali sama gebetan sendiri. Rata-rata cowok tuh malas ngomong, apalagi cuman berdua sesama cowok," sahut Hendery menjelaskan sambil bergedik ngeri.

Yera mengerjap kecil, "cowok 'kan beda-beda. Lu orangnya emang males kali," balas Yera berusaha membela diri.

"Ck, emang kenapa sih?"

"Semalam kak Jeka terus ada di sambungan yang lain. Waktu gue tanya telponan sama siapa, dia jawab kak Jeffri. Terus udah itu dia ke rumah gue bawain pizza, baikan deh," kata cewek cantik itu riang, tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

Hendery menatap itu merasa miris, tak mau menghadapkan Yera pada realita menyakitkan.

Sebab Hendery tau.... kenapa cowok itu tiba-tiba datang ke rumah dengan perlakuan manis. Semua jelas tertebak dengan mudah.



Hanya saja..... Yera menutup mata.




**


Dengan satu tas plastik ukuran sedang, Yera berjalan riang memasuki kelas sambil mengambil langkah besar, duduk di kursi miliknya paling depan.

Cewek cantik itu bersenandung riang, mengeluarkan beberapa chiki dan sekotak susu rasa cokelat. Garis wajahnya berbinar jelas, membuat siapapun tak mau menganggu Yera yang jelas-jelas sedang bahagia.

"Yer, Yer, dibeliin pizza doang lu bahagia kayak menang kupon umroh," kata Sera menyindir nyaring sambil menghapus papan tulis.

Yera mengunyah roti cokelatnya, "apaan sih lu sirik aja, nggak pernah dibawain pizza ke rumah ya?" balas Yera tak mau kalah.

Cewek berambut sebahu itu membalikkan badan, menatap Ghea yang menempelkan pipi di meja dengan earphone yang menggantung di telinganya.

"Ghe, lo mau?" tanya Yera sembari menyodorkan sebungkus roti baru ke hadapan Ghea.

Melihat roti itu, Ghea menegakkan tubuh, menatap Yera sambil tersenyum kecil. Ia menggeleng tak mau, "gak usah, Yer. Gue nggak laper," kata Ghea beralasan.

Yera memajukan bibir, baru sadar kalau seharian ini Ghea tak mengeluarkan sepatah katapun. Cuman duduk di kursi sambil mendengarkan lagu lewat earphone, seakan tak mau diganggu.

"Lo..... lagi banyak pikiran ya?" kata Yera menatap Ghea dengan raut wajah cemas, terlihat peduli.

Ghea diam sejenak, membasahi bibir bawahnya. "Hm, gue lagi break sama pacar gue."

"LOH?!!!!"

Pekikan itu membuat anak-anak di kelas jadi menoleh, termasuk Hendery yang sedang tidur tenang di mejanya ikut mendongkak.

"Sssttt, lo jangan teriak-teriak," kata Ghea lesu membuat Yera meringis kecil.

"Sorry," sahut cewek itu tak merasa tak enak. "Hn, lo gapapa?" tanya Yera menatap tepat mata teduh milik Ghea.

Ghea membalas tatapan itu, mencari kebohongan lewat mata berbinar Yera. Tapi.... yang ia temukan hanyalah ketulusan.

Menyadari itu Ghea meneguk ludah, semakin merasa bersalah.

"Lo kenapa gak nanya apa alasan gue break sama dia?"

Yera mengangkat alis, tak menyangka mendapat pertanyaan itu. "Ah.... gue gak mau lo nginget kenangan itu, nanti lo makin sedih...."

"Tapi lo juga bakal sedih kalau denger alasannya."


Hn?


Yera tersentak kecil, menatap Ghea sambil mengerjap-ngerjap. "Maksud lo kenapa gue yang sedih?"

"Ah.... lo kan orangnya baik, gampang empati, Yer. Lo selalu ikut bahagia, sedih, ataupun marah," kata Ghea menjelaskan.

Hendery menoleh, memandangi Ghea lurus.





"Karena Yera baik, lo jangan macem-macem sama dia."

Dua ArahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang