06. Kacau Balau

2.6K 501 83
                                        

"Kamu bisa berhenti gak?"



Gadis mungil itu terkejut. Ia terdiam, perlahan menolehkan kepala. Menatap Jeka merasa tertohok terluka. Terkejut saat ucapannya dipotong begitu saja dengan nada ketus dan dingin.

"Jangan ngomongin Ghea terus, berisik," kata Jeka tajam menusuk.

Yera mengerjap, agak mundur menguasai diri.

"Ah, iya.... maaf," Yera berhenti begitu saja. "Maaf kalau gue berisik..... bikin lo pusing," katanya agak terbata. Tak mampu melanjutkan kata.

Yera mengepalkan tangan, mendengus kecil menguatkan hati. Ia membalikkan tubuh, beranjak pergi dari sana dengan Jeka yang membeku tersadar apa yang ia lakukan.

Gadis itu menggigit bibir, membiarkan air mata menetes membasahi pipi bulat miliknya. Yera berdiri di depan halte, menunggu taksi.

Yera mengusap pipinya yang basah, membuang muka dengan hati yang patah.

Tak memperdulikan Jeka yang terus meneriakinya berusaha mengejar walaupun Yera segera masuk ke dalam taksi yang berhenti di depannya setelah cewek itu melambaikan tangan.





**




"Ck, lo tuh gak tau, Yo. Dia beneran ngebentak gue," kata Yera menekan setiap kata.

Cewek itu mengambil napas dalam, memperbaiki posisi duduk, memeluk bantal gulingnya kemudian merengek kecil pada Yohan.

"Ya lo bikin salah kali. Elo ngapain bikin kak Jeka marah?" tanya Yohan dari ujung sana.

Yera menahan diri agar tak mengumpat. "Gue cuman cerita tentang Ghea! Lah lo tau, kan? Kalau gue emang gacor dan suka cerita apapun ke dia. Ck, gue salah apa sih anjing," racaunya sebal.

Yohan menjauhkan hape dari terlinga, mengelus dada sabar saat suara Yera nyaring terdengar.

"Berarti kak Jeka gak suka lo cerita tentang orang lain. Lu bacot sih."

"Yohan kamu seperti guguk," kata Yera pedas, "nggak tau ah. Dia yang salah, dia yang harus minta maaf!"

Yohan mendelik sempurna, "elu juga salah goblo. Emang lu nggak tau kak Jeka habis dimarahin sama coach? Dia lagi banyak pikiran kali," sahut Yohan mengingat tadi sore coach memarahi Jeka di lapangan.

"Gitu?" Yera mengerling polos.

Yohan menghela napas, kali ini tak bisa menyembunyikan kekesalannya pada teman dekatnya.

"Serah lu aja nyet, mendingan gua ngapelin mpok Yeyen aja lah," pamit Yohan meracau asal sebelum mematikan sambungan teleponnya.

Yera memajukan bibir, makin mau nangis karena Yohan bener-bener ngeselin.



Tapi cewek ini lebih bingung daripada kesel. Habisnya..... Jeka gak pernah marah kayak tadi. Dia nggak tahu harus apa.















Yera: Ghea lo tau gak cara bikin cowok nggak ngambek? :((((((






**





"Lo beneran mau ngikutin rencana itu?" tanya Sera memastikan saat di seret pergi oleh Yera menuju atap sekolah.

Cewek jangkung itu mendecak melihat Jojo dan Hendery sudah ada di sana. Ia berjalan menghampiri keduanya dengan malas.

"Kenapa gue ikut ribet? Padahal gue jomblo, dan gak berguna," sindir Sera sarkas, melirik Yera yang seakan tuli tak mendengar.

Yera fokus menghias buket makanan dan minuman kesukaan Jeka yang dominan diisi susu pisang.

"Apalagi ya?" kata Yera diam sesaat, menjentikkan jari berpikir lagi.

Hendery membasahi bibir, menatap ke arah Yera yang berbinar menatap buket tadi. "Emang harus banget pake ginian? Minta maaf aja cukup kali, lebay amat," kata Hendery berkomentar pedas.

Yera membalas tatapan Hendery tajam, "ck, lo tuh jomblo. Nggak tau apa-apa, be quiet!"

Pintu atap terbuka, Ghea berjalan mendekati mereka dengan langkah yang anggun.

"Eh, Sera, Jojo. Kalian di panggil sama Bu Resni!"

Sera dan Jojo berpandangan, lalu mengerutkan kening. "Hah? Lo bikin salah apa, Jo?" tanya Sera mengerjap polos.

Jojo diam sejenak, "LAH ANYING KITA BELUM NGERJAIN TUGAS SEJARAH!"

Sera menepuk kening, kemudian meringis dan berlari menuruni tangga, menjauhi atap sekolah bersama Jojo.

"Eh, Ghea, ntar istirahat kedua suruh kak Jeka ke sini ya! Gue mau siapin dulu hadiahnya," kata Yera riang dan ceria.

Hendery memainkan lidah di dalam bibir, menatap Yera dan Ghea bergantian dengan tatapan penuh selidik.



Ghea mengangguk kecil, "iya! Nanti gue panggilin."



**




"Goblo lu anjir, bukan gitu caranya!" kata Yera meloncat dan menabok keras kepala Hendery.

Hendery merintih, "terus gimana, ha? Lo aja yang bikin!" sahut Hendery ngambek.

Pemuda tampan itu berdiri, berjalan mendekati tembok pembatas, menatap pemandangan sekolahnya dari atas. Ia menghembuskan napas panjang, menikmati angin yang menerpa rambut hitamnya.

Yera memajukan bibir, jadi ikut mendekat dan berdiri disamping Hendery merasa bersalah tadi menaboknya kencang.

"Hen, maaf dong," kata Yera menarik ujung lengan seragam pendek Hendery.

Hendery melirik sebentar, berdehem pelan. "Gapapa kok, gue cuman pengen liat pemandangan aja," sahutnya santai.

"Ck, lo lagi banyak pikiran ya? Kenapa? Gebetan lo udah punya pacar?"

Hendery mengangguk sebagai jawaban, "iya dia udah punya pacar.... Tapi sekarang dia lagi berantem sama pacarnya."

"Lah lo malah suka sama pacar orang! Gas aja lah lagi berantem, kan? Siapa tau putus HAHAHAHAHAHA JAHAT BANGET GUE," kata Yera menertawai diri sendiri.

Hendery membasahi bibir, memegang kedua bahu Yera menyuruh menghadapnya. Cowok itu menunduk sedikit, membuat tubuhnya jadi sepantar.

Di posisi ini Yera dapat jelas melihat mata Hendery yang berbinar. Gadis berambut sebahu itu meneguk ludah, gugup sendiri mendapat tatapan itu.

Yera melihat tangan Hendery yang masih memegang kedua bahunya dengan lembut.






Jeka berdiri diambang pintu dengan tangan yang mengepal dan rahang yang mengeras. Egonya jelas tersinggung.


"Yera, lo ngapain?"





**

(a/n):

karena aku lagi marah jadi aku update.

BTW LO PADA MINTA GUA SLEPET YA ANJIR KURANG PANJANG GIMANA UDAH 800 WORDS GAUSAH NGADI-NGADI LO



Dua ArahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang