Ghea, cewek cantik dengan rambut panjang bergelombang itu memeluk kotak makan. Berjalan tenang menuju rooftop, menaiki anak tangga.
Cewek jangkung itu berdiri di depan pintu, menarik napas panjang. Lalu membuka pintu sambil tersenyum ceria, menghampiri pemuda tampan yang berdiri sendirian di tembok pembatas.
Jeka membalikkan badan, membalas senyuman Ghea sambil melambaikan tangan. Mata Jeka yang menyipit dan gigi kelinci yang terlihat saat ia tersenyum membuat Ghea selalu terpaja.
Ah, Jeka ini memang sesuatu ya.
Senyumnya saja sudah membuat cewek itu terpikat. Seakan terhipnotis dan rela melakukan apa saja.
"Heh, kenapa ngelamun?" tegur Jeka melambaikan tangan di depan wajah Ghea.
Ghea mengerjap-ngerjap kecil, "ha? Nggak, hehe, aku cuman kepikiran tugas aja kok," kata cewek itu mengelak.
"Cih, nggak ngerjain ya?" tanya Jeka menuduh, "gapapa deh, nikmatin aja. Kalau Yera anaknya ambisius, nilai turun satu aja dah nangis kenceng," katanya tanpa sadar bercerita dengan senyuman di bibirnya.
"Ya emang sih, dia kan mau ambil beasiswa ke luar negeri. Jadi sakit pun tetep absen," kata Jeka menghela napas.
Ghea jadi tersenyum kecil. Senyuman pahit yang tak pernah Jeka tahu. Cewek itu menunduk, memainkan jari-jarinya sambil menggigit bibir.
Dia hampir lupa.
Perannya memang sebagai pengganti. Bukan pemeran utama yang selalu disorot.
Ghea dengan jelas tau itu. Tapi kenapa hatinya selalu merintih kesakitan, seolah tak akan terbiasa dengan semua luka ini.
"He, kesambet loh entar," kata Jeka menjentikkan jari.
Ghea membuyarkan lamunannya, terkekeh kecil. "Hn? Maaf, aku lagi banyak tugas jadi pikiran nih," sahutnya agak kikuo.
Cewek itu menyodorkan kotak makan, "nih. Aku ke kelas ya, bentar lagi bel," pamitnya sambil berbalik arah, berjalan membuka pintu dan memunggungi Jeka.
Ghea berhenti sejenak, menyeka air mata. Lalu kembali berjalan menuruni anak tangga.
***
Ghea duduk di kursi depan UKS, memegangi ujung jaket abu yang dipakainya. Cewek itu mendengus kecil, malu sendiri kenapa harus menangis.
"Ngapain disini? Gak masuk kelas lo?"
Suara itu membuat Ghea jadi mendongkak, menatap Yera yang membawa setumpuk buku di tangannya.
Cewek yang lebih mungil darinya itu tersenyum kecil, "cepet ke kelas. Sebentar lagi bel."
Ghea jadi berdiri mendekat, mengambil alih beberapa buku dari tangan Yera membuat gadis cantik itu mengangkat alis dan berterimakasih.
Keduanya berjalan menaiki anak tangga, menuju koridor kelas 11 dengan Yera yang berjalan memimpin.
"Napa lo? Habis nangis ya?" tanya Yera bergumam pelan.
Ghea tersentak setengah mati, "hn? Emang keliatan ya?" kata cewek itu jadi agak kikuk. "Tadi kelilipan doang si," gumamnya mencicit.
"Ohhh, gue kira lo berantem sama pacar lo tuh," balas Yera sambil berbelok, berjalan di koridor.
Ghea berhenti berjalan, memandangi Yera yang menyapa ramah orang-orang di kodidor dengan senyuman manisnya.
"Yer, kapan upload foto baru? Gue nungguin," kata seorang gadis yang berdiri di depan pintu terlihat merenggut.
Yera tertawa keras, "besok. Jangan lupa di tonton ya!" sahutnya berusaha ramah.
"Lo makin hari makin cakep aja ya, rasanya pengen iri dan dengki," kata salah satu temannya nyaring.
"HAHAHAHAHA, bohong banget dah lo. Eh tapi gue emang cakep sih," balas Yera menggibaskan rambut dengan satu tangan.
"Cuih, pengen gua hujat tapi kenyataan. Jadi kesel," gerutu cewek itu memajukan bibir.
"Gue duluan ya! Dadah," pamit Yera melambaikan tangan.
Cewek mungil itu diam sejenak, jadi membalikkan tubuh menghadap Ghea sepenuhnya.
"Ngapain lo? Ayo," ajak Yera menggerakan dagu.
Ghea mengerjap-ngerjap kecil, tersadar dari lamunan samarnya. Ia memainkan lidah di dalam bibir. Seakan ditampar kenyataan.
Benar.
Sampai kapanpun Yera adalah pemeran utama dalam cerita ini.
Dan ia, Ghea, hanya pemeran pengganti saat pemeran utama tak ada.
***
"Heh, mau kemana?" tanya Hendery saat melihat Yera beranjak dari kursi miliknya.
Yera menoleh, "keluar. Napa? Lo mau ikut?" kata Yera merapihkan seragam putih abunya sambil berjalan menjauhi kelas.
Hendery terdiam, memandangi punggung Yera yang semakin menjauh. Cowok itu membasahi bibir bawah, langsung tersentak kecil dan menegakkan tubuh.
"AYAM AYAM!" Yohan terkejut, memegangi dadanya dengan lebay.
Yohan melirik tajam Hendery, "APA SIH SETAN? NGAGETIN AJA LO!" balasnya langsung sewot.
Hendery memasukkan tangan ke dalam saku, berjalan keluar kelas dan menuju ke ujung koridor.
Langkahnya berhenti, memandangi Yera yang duduk menyandar di pojok tembok pembatas, melamun samar.
"Napa lo?" kata Hendery menyenggol kaki Yera.
Yera tersentak kaget, jadi tersenyum miris sambil menatap Hendery dengan tatapan kosong.
Gadis itu merenggut, membuat pipinya terlihat semakin bulat, "Der.... gue harus apa?"
Hendery terdiam.
"Hn?"
"Gue nggak sanggup lepasin kak Jeka. Apa gue harus dia kesempatan kedua? Dia pasti berubah, kan, Der?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Arah
Fiksi RemajaSemua warga di sekolah tau kalau hubungan Yera sama Jeka itu definisi relationship goals. Mereka taunya kalau Yera itu adalah orang paling berharga buat Jeka. Yera itu cewek satu-satunya. Itu sih yang mereka tau. ©️ 2017, written by ssy-pie.