Yera melengos keras, menabok lengan Hendery dengan sebal sambil menatap cowok tengil itu tajam.
Gadis yang hari ini menggunakan celana jeans hitam dan kaos polos ditambah cardigan itu menggeram kesal pada Hendery yang duduk santai sambil menyeruput minumannya.
"Der, sumpah, argh kenapa lo bodoh banget sih?!" gerutu Yera memekik tertahan.
Tadi Jeka pergi ke toilet sebentar sedangkan Ghea pergi ke minimarket untuk membeli beberapa keperluannya.
Hendery mengangkat satu alisnya, "kenapa? Ck emang salah kalau gue mau duduk dipinggir lo?" tanya cowok itu tak acuh.
Yera mendesah panjang, memijat peningnya sendiri mengingat kala tadi di dalam bioskop ia harus duduk diantara Hendery dan Jeka. Sementara Ghea duduk paling ujung disamping Jeka.
"Kan lo lagi blind date sama Ghea anjir!" umpat Yera tak bisa menahan diri. "Kalau Ghea nggak nyaman gimana, hah?"
"Baguslah. Biar gue nggak perlu jodohin lagi sama dia," balas Hendery dengan tenang sambil menggedikan bahu memasang wajah tak peduli.
Yera membasahi bibir bawah sejenak, sebelum mengumpat pada Hendery melalui matanya.
"Terus lo ngapain ikut hari ini kalau nggak mau blind date sama Ghea?" tanya Yera melengos keras.
Hendery diam. Membalas tatapan Yera tanpa ragu, menatap mata bulat coklat milik Yera yang teduh itu. Tanpa sadar ia terhanyut.
"Woi geblek! Malah ngelamun!"
Cowok yang mempunyai hidung bangir itu mengerjap-ngerjap, terkekeh pelan. Ia tersadar, kemudian menipiskan bibir. "Biar lo buka mata, Yer," kata Hendery dengan serius.
"Hn?" Yera tertegun.
"Buka mata, nggak usah tiduran mulu lo. Ya kali-kali jalan keluar rumah kek," kata Hendery tertawa kecil sambil membuang muka ke arah lain.
"Hilih," cibir Yera merasa kesal karena sudah menyimak dengan serius.
Yang tak lama kemudian Jeka datang menghampiri keduanya, dengan pakaian serba hitam itu semakin menambah ketampanannya. Apalagi jam tangan yang melingkar ditangan kirinya seakan memberikan efek lebih.
Yera mendecak kecil, merasa terpukau sendiri melihat penampilan pacarnya itu.
"Ganteng banget sih, kalau gini caranya sainganku makin banyak, kak," kata Yera mendengus sebal sambil menaruh garpu di piring pastanya.
Jeka tertawa renyah mendengar itu, "apa sih, Yera," balas cowok itu mengacak-ngacak rambut Yera.
"Eh, lu juga cantik, Yer. Saingan kak Jeka noh yang banyak," celetuk Hendery yang sudah menopang dagu diatas meja, dengan santai menyahut nyaring.
Yera mengatupkan mulut, menatap sinis ke arah Hendery secara terang-terangan. "Diem aja deh lo," sahut cewek itu tajam.
Sementara itu, Jeka melipatkan kedua tangan di depan dada dengan tenang. Menatap lurus Hendery, "kalau lo? Lo suka nggak?"
Hendery menunjuk dirinya sendiri, kemudian menatap Yera sambil tertawa kecil.
"Iya, gue suka."
***
Suara radio di dalam mobil memenuhi pendengaran Yera dan Jeka malam itu. Hening, tak ada pembicaraan di antara mereka.
Yera membuang muka, menatap jalanan lewat jendela mobil yang terbuka, membiarkan angin menerpa rambut hitamnya.
"Tutup, nanti masuk angin."
Suara serak basah itu membuat Yera menoleh, langsung menutup kaca mobil, menurut begitu saja. Yang kemudian jadi menghela napas pelan, menyandarkan punggungnya.
Jeka membasahi bibir bawah sesaat, "kalau Dery beneran suka sama kamu gimana?" tanya pemuda bergigi kelinci itu. "Ya bisa aja, kan. Tadi dia cuman bercanda padahal sebenernya nggak."
Hendery tertawa keras, menatap wajah tegang Yera dan Jeka. Lalu mendengus sebelum berusaha menguasai diri, "santuy lah, santuy."
"Siapa sih yang nggak suka sama Yera? Semuanya suka sama dia kali."
Yera melengos panjang, menatap Jeka merasa tersinggung. "Terus kenapa sih? Masalahnya apa... aku sukanya sama kamu. Kalau Dery suka sama aku terus aku harus gimana?" kata Yera langsung sewot.
"Aku harus selingkuh sama Dery gitu?"
Jeka menoleh terkejut, kembali menatap jalanan fokus menyetir mobil untuk mengantarkan Yera ke rumahnya.
"Apaan sih kok jadi selingkuh?" kata Jeka langsung sewot. Ia mendecak malas, "udahlah. Nggak usah debat terus, aku capek."
"Kamu kalau lagi bahas selingkuh suka sewot ya," gumam Yera mencicit kecil, hampir terdengar seperti bisikan.
Jeka mengerutkan kening, "kamu ngomong apa?"
"Nggak. Aku mau tidur juga, capek."
Yera membenarkan posisi duduk, mencari posisi nyaman. Gadis cantik itu memejamkan mata, berusaha meredam amarahnya agar tak meledak.
Tanpa Yera sadari, Jeka menatap gadis itu dengan mata yang meredup.
"Maaf, Yera. Kayaknya aku ngambil keputusan yang sama lagi."
**
(a/n):
double up?
eh tdnya gua mau tulis, 'masuk ke lubang yang sama.' tp kok ambigu anjir. I HATE MY MIND😭😭😭😭😭😭😭

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Arah
Teen FictionSemua warga di sekolah tau kalau hubungan Yera sama Jeka itu definisi relationship goals. Mereka taunya kalau Yera itu adalah orang paling berharga buat Jeka. Yera itu cewek satu-satunya. Itu sih yang mereka tau. ©️ 2017, written by ssy-pie.