07. Berada Di Panggilan Lain

2.6K 508 98
                                    

Yohan duduk dipojok dekat tembok, merunduk memainkan hape yang sedang dicharger. Sementara Hendery menatap ke arah jendela, melihat anak-anak basket dan cheers yang latihan di lapangan.

Fyi, kelas mereka ada di lantai dua dekat lapangan. Jadi mereka bisa melihat jelas lapangan dari jendela kelas.

Sera dan Jojo duduk bersampingan, memandangi Yera yang uring-uringan tak mau diam sambil meracau dengan suara aneh.

"Misi! Gue mau rolling depan!" racau Yera berdiri sudah ancang-ancang mau rolling depan merasa gusar tak karuan.

Sera dan Jojo segera menarik Yera agar duduk kembali di lantai dengan panik.

Sera, kapten cheers itu menyentil jidat Yera, "lo pake rok goblo!" kata Sera mengingatkan, berbisik nyaring.

"AAAAAH KOK KAK JEKA BISA KE ATAP PAS ADEGAN AMBIGU SIH???!!" teriak Yera gemas sendiri mengingat kala itu seakan adegan di dalam drama Korea yang selalu ia tonton.

Jojo menghela napas, "ck, lagian kak Jeka ngambekan banget kayak anak perawan," kata Jojo jadi sebal sendiri diangguki Sera.

Yohan diam sesaat, masih berpikir mengenai kejadian tadi. "Yang gue pertanyakan kenapa kak Jeka bisa ke atap?" tanya cowok bergigi kelinci itu penasaran.

Yera menoleh, baru tersadar. Gadis itu menyenderkan punggung ke tembok, jadi merenung berpikir keras.

"Lah iya, kok dia tau gue ada di atap?"

"Ya mungkin kebetulan aja kali mau ke sana?" sahut Jojo berusaha berpikiran positif.

"Atau dia tau rencana kita kali," kata Yohan menimpali.

Sera menjentikkan jari, memasang wajah serius. "Nggak, nggak mungkin dia tau rencana kita. Dia tau darimana coba?"

Cowok jangkung yang memakai hoodie hitam itu melengos malas, meraih tasnya dan kantong berisi sepatu futsal yang disimpan di atas meja.

"Lo mau kemana?" tanya Yera mengernyit melihat Hendery sudah berjalan keluar.




Hendery yang masih diambang pintu kelas itu berhenti, membalikkan tubuh ssebelum benar-benar pergi dari sana, "males, di sini orang bodoh semua."





"SIALAN YA LO BADRUL!!!!"




**





Ghea menggigiti kuku jari dengan gelisah, menatap layar hape menunggu balasan datang.

Gavin: masih marahan


Mata Ghea berbinar melihat notif dari pacarnya itu masuk. Lalu mengetikkan balasan dengan cepat.


Ghea: loh kenapa?

Ghea: padahal aku suruh kakak ke atap biar masalahnya selesai

Gavin: Yera yang suruh?

Ghea: iya dia suruh aku buat manggil kakak ke atap

Gavin: biar bisa liat dia sama Dery?

Ghea: kok Dery?

Gavin: dia lagi tatap-tatapan sama Hendery waktu di atap

Ghea: kenapa bisa?

Ghea: sengaja kali?

Gavin: mana aku tau

Gavin: gak usah dibahas

Gavin: bikin bete

Ghea: hm aku ngerti

Ghea: pasti kamu kesel liat mereka

Gavin: iya

Ghea: terus sekarang kamu mau gimana?

Gavin: gimana apa?

Ghea: ya hubungannya sama Yera lah

Gavin: gak tau aku pusing

Ghea: mau aku telepon gak?




**




Yera merengek panjang, memeluk bantal gulingnya dengan frustrasi sendiri. Ia mengecek hape, menunggu notif masuk dari pacarnya yang belum ada juga sampai sekarang.

"Heh, kok gue lagi sih yang salah?! Elo yang bentak gue!! Kenapa gue yang minta maaf mukidin?!" kata Yera sewot berteriak pada ponsel.

Yera mendecak sebal, kembali uring-uringan. "Lagian lo ngambekan banget sih kayak cewek PMS aja. Sekarang titut lo bisa ngeluarin darah ya?!"

"Hm, benar Yera. Ngapain gue minta maaf sama dia. Gue udah berusaha ya buat minta maaf. Dan gue 'kan nggak ada apa-apa sama Dery. Salah sendiri dia gak mau dengerin penjelasan gue, tiba-tiba marah gak mau ngomong, hiiii amit-amit tuh orang kerasukan apa sih mendadak begini bikin panas dingin aja. Selingkuh ya lo?!"

Yera diam termenung, refleks menepuk mulutnya sendiri dengan kencang. "Lo tuh Yer, Yer. Yakali kak Jeka selingkuh, dia tuh makhluk paling soft oke, jadi gak usah mikir macam-macam," racaunya pada diri sendiri.

Ibu jarinya bergerak menuju log panggilan. Memencet kontak Jeka, menghubungi cowok itu.



'......... nomor yang anda tuju sedang berada dipanggilan lain.'



Eh?

Dua ArahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang