Izuki menggeliat malas. Tanda pause tertulis besar-besar di layar televisinya sementara konsol game tergeletak di paha berbalut celana pendek hitam. Si mata elang melirik jam, lalu melirik rak bukunya, dan akhirnya kembali menatap permainan yang terhenti di tengah jalan.
Ruangannya senyap. Tak ada suara. Hanya suara detik jam yang melintasi putaran 360 derajat.
Belajar gak, ya?
Entah sudah berapa kali Izuki bergelut dengan pikirannya sendiri tentang sederet kalimat yang terdiri dari tiga kata dan dua belas huruf diatas.
Maksud Izuki, ayolah, ini hari Minggu man. Orang kurang kerjaan mana yang akan belajar di hari Minggu yang tenang. Ketika langit cerah dan berawan maka pilihan yang pantas adalah bermalas-malasan sambil melanjutkan game yang belum kau tamatkan. Ditambah segelas es limun lengkap sudah hari yang sempurna.
Harusnya begitu. Lain cerita kalau hari Senin esok adalah hari dimana Izuki harus berperang demi nilainya. Matematika di hari pertama harusnya cukup untuk membakar tekad belajarnya.
Kalau Uni Soviet dan Amerika Serikat yang sama-sama kuat saja bertempur dengan persiapan lengkap, kenapa Izuki dengan santainya menghadapi Matematika yang kelewat kuat itu dengan persiapan yang sangat minim?
Udah tau goblok bukannya belajar.
'Udah jam tiga, gua kudu udahan main...' Izuki berbisik pada dirinya selagi menekan opsi next stage.
.
Jam sebelas malam, Izuki tertidur di meja belajarnya. Tiga dari lima belas soal berhasil dia kerjakan--entah yang dikerjakannya benar atau salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Besok Senin [✓]
FanfictionTentang mereka dan semangat 'mau-gak mau'-nya untuk menghadapi ujian akhir tahun. "Kita bakal ngelakuin apa aja buat dapet nilai bagus! Iya nggak bro?" "Gak. Lebay lo." "..." || abal || receh || humor gagal bertebaran || no pair || setting suka suka...