Tiga

4.7K 609 10
                                    

Jangan lupa vote + comments!

Duduk bersebelahan dengan Sarah membuat Raja kesal bukan main. Ia yakin, tahun ini akan menjadi tahun paling menyebalkan dan penuh perjuangan bagi seorang Raja.

"Sarah! Raja! Apa yang kalian lakukan?" suara itu membuat Raja menoleh dan menemukan wali kelasnya yang sudah berdiri menjulang di hadapannya.

Raja meringis lalu segera bangkit, "Tuh Bu, marahin Sarah. Bukan saya."

Lia menghela napas, "Balik ke tempatmu."

Raja pun kembali duduk di sebelah Sarah dan melirik Sarah tak suka. Sudah mendoronya, lalu tiba-tiba bertanya dan memegang lengannya seolah-olah mereka sudah kenal dekat. Setelah itu, gadis itu hanya mengucapkan kata maaf tanpa membantunya. Menyebalkan bukan?

"Khususnya untuk Sarah dan Raja. Kalian memang murid paling berprestasi di angkatan kita. Tapi bukan berarti kalian bisa bertingkah seenaknya dan semau kalian. Saya tidak mau kalian terus bertengkar seperti yang sering dilaporkan wali kelas kalian saat kelas sepuluh," jelas Lia dengan mata tajam.

Gue lagi, gue lagi.
Sarah lagi, Sarah lagi.

"Maaf, Bu," ujar Sarah meringis, "maaf," lanjutnya menoleh ke arah Raja.

Namun hanya sesaat, gadis itu kembali membuang wajahnya seolah tak mau melihat Raja. Lelaki itu pun tak mengerti kenapa.

"Sekarang kita akan mulai membagi perangkat kelas....."

Raja mengantuk, sungguh. Lelaki itu paling benci mendengar ceramah dari guru. Lelaki itu bahkan tak mendengarkan apa yang dikatakan dan apa yang sedang dibahas.

Hingga akhirnya, Raja kembali fokus saat Lia menyebutkan namanya.

"Raja sebagai ketua kelas. Jonathan sebagai wakil ketua kelas. Sarah sebagai sekretaris. Kayla sebagai wakil sekretaris. Bendahara adalah Hana dan Jordi," jelas Lia membuat Raja melotot.

"Kok saya jadi ketua kelas, Bu?" tanyanya terkejut.

"Terus kok sekretarisnya Sarah? Saya nggak mau," lanjut Raja tak terima.

"Kamu kemana aja, Raja? Ini semua kesepakatan teman-temanmu. Sedangkan daritadi kamu tidak memberi pendapat atau masukkan apapun," ujar Lia.

"Kamu juga, Sarah," lanjut Lia. Matanya menajam.

Sarah mengerjap lalu berkata dengan polos, "Saya pasrah, Bu."

"Sar, hidup tuh nggak boleh pasrah. Kalo lo mau dibunuh, lo pasrah aja gitu?! Lo harusnya nentang dong," Raja berusaha menghasut Sarah agar Sarah tidak jadi sekretaris dan dirinya tidak menjadi ketua kelas.

Sarah menatap Raja tak percaya, "2 sama 34, gedean mana?"

"34 lah."

"2 suara lawan 34 suara nggak akan menang," ujar Sarah santai, "Bu, saya izin ke toilet."

Lalu gadis itu meninggalkan Raja yang melotot tak percaya. Bisa-bisanya Sarah meninggalkan dirinya di saat ia membutuhkan seseorang untuk menemaninya melawan ketidak adilan.

"Bu, saya juga mau ke toilet," ujar Raja mengangkat tangannya.

"Ngapain kamu ke toilet? Ngikutin Sarah?" tanya Lia.

"Engga lah, Bu."

Raja pun keluar dari kelas tanpa persetujuan wali kelasnya.

"Emang ya, jadi anak pinter susah," gumam Raja berjalan menuju toilet.

***

Suasana kantin sudah sepi mengingat sudah jamnya untuk pulang. Hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang membeli makanan. Namun, Raja dan kedua temannya masih berada di kantin untuk makan sebelum mereka pulang.

"Lo duduk sama Sarah?" Gama dan Rico tertawa kencang. Tangan Rico memukul meja kantin melampiaskan tawanya.

"Udah gue bilang, lo takdir selalu deket-deket sama dia," ujar Gama yang mulai kalem.

Raja mendelik tak suka. Raja yakin, ini adalah sebuah kutukkan. Kutukkan yang paling mengejamkan.

"Lagi diomongin, eh orangnya dateng," celetuk Rico menunjuk Sarah yang berjalan memasuki kantin bersama seorang lelaki yang Raja yakini tidak bersekolah di sini.

Lelaki itu dan Sarah tertawa membuat Raja mengernyit tak suka. Memangnya lelaki itu siapa hingga bisa tertawa bersama Sarah. Perasaan tak suka semakin muncul hingga tangan Gama memukul pelan kepalanya.

"Apaan sih?"

"Mata lo tuh mau copot gara-gara melotot ngeliat mereka," jawab Gama menunjuk Sarah dengan dagunya.

"Emang gue melotot?" tanya Raja bingung.

"Sar!" Rico memanggil Sarah. Tangannya melambai menyuruh Sarah ke arahnya.

"Kenapa, Ric?" Sarah bertanya sesampainya di dekat Rico.

"Makin cantik aja, Sar," goda Rico.

Sarah tertawa geli, "Modus dasar."

"Lo sering makan manisan ya, Sar?" tanya Raja polos.

Sarah menoleh kaku, "Hah?"

"Habisnya lo sok manis sih," jawab Raja polos. Lelaki itu bangkit berdiri lau mendekati Sarah, "gue saranin jangan sering makan manisan ya, Sarah."

"Lo itu nggak manis, jadi nggak usah sok dimanisin deh," lanjut Raja ketus lalu meninggalkan Sarah yang mengerjap bingung.

Bukannya Raja tega, hanya saja Raja tidak suka melihat Sarah digoda dengan Rico. Dan Raja ingin sekali menarik Sarah untuk pergi dari kedua sahabatnya dan satu lelaki yang Raja tak kenal.

Raja pun tak tau mengapa ia tak suka melihat Sarah yang tersenyum kepada orang lain.

CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang