Dua Puluh Empat

2.6K 283 9
                                    

Perlahan Sarah memutar kepalanya kembali menghadap Raja. Matanya menatap Raja kosong. Apa yang dipikirkan lelaki itu sehingga ia berkata seperti itu?

Kali ini, Sarah ingin sekali mempunyai kekuatan untuk membaca pikiran orang lain. Ah, tidak perlu orang lain, cukup membaca pikiran lelaki yang di hadapannya saja sudah cukup.

Kaki Sarah bergerak melangkah mendekati Raja. Gadis itu menatap Raja lekat mencoba mencari celah bahwa lelaki itu hanya membual. Tapi jika lelaki itu membual, darimana ia tau hal tentang kita?

"Kita?" tanya Sarah memastikan. Jari telunjuknga bergerak menunjuk dirinya dan Raja.

"Kita," jawab Raja mengangguk.

Ah, ingin sekali Sarah bisa membaca gerak-gerik tubuh orang. Ingin sekali Sarah membaca apakah itu anggukan ragu atau pasti.

Dan mengapa ia menjadi memiliki banyak keinginan jika di dekat Raja?

"Beneran?" tanya Sarah ragu. Ia memang ingin Raja kembali mengingat tentang mereka, hanya saja saat Raja mengungkapkan hal itu, semuanya terasa abu-abu.

"Ini yang lo mau daridulu 'kan?" tanya Raja.

Ekspresi lelaki itu tak dapat Sarah artikan. Ah bodoh sekali dirinya.

Tangan Sarah terangkat untuk menggaruk puncak kepalanya. Mengapa semua terasa begitu canggung?

"Lo nggak kangen gue?" tanya Raja berusaha terlihat tak canggung.

Kaki Sarah kembali berjalan pelan mendekati Raja. Tangannya terangkat menyentuh pipi Raja, tidak percaya bahwa harapan yang hampir pupus akhirnya terwujud.

Bahkan tertawa dan berteriak senang pun tak cukup mengungkapkan perasaannya. Hingga akhirnya air mata yang mengungkapkan segalanya.

"Aduh, gue cengeng banget ya," ujar Sarah lalu menepis air matanya.

"Kalo lo nangis bahagia, itu nggak cengeng namanya," balas Raja tersenyum kecil.

Dan tak lama kemudian, Sarah memeluk Raja erat. Gadis itu menyelesaikan keinginannya yang selama ini terpendam.

"Tuhan, jangan bikin Raja amnesia lagi," bisik Sarah berdoa kepada dirinya sendiri untuk Raja. Dan tidak bermaksud agar Raja mendengarnya. Hanya saja, Raja mendengar itu.

"Ayo, kumpul semuanya. Bawa barangnya masing-masing ya," teriak Bianca membuat Sarah melepaskan pelukannya dan memandang Raja lekat.

Gadis itu menghela napas lantas tersenyum kecil, "Gue lega, Ja."

***

"Lo udah baikkan sama Raja?" Juni bertanya kepada Sarah saat melihat Raja kini berdiri di samping Sarah.

"Nanti gue ceritain," jawab Sarah setengah berbisik. Gadis itu mengeluarkan senyum lebarnya.

"Raja udah inget semuanya?" tanya Juni kepada Sarah namun matanta menatap Raja lekat.

"Nanti gue ceritain, buset dah," jawab Sarah setengah berbisik. Matanya melotot kepada Juni.

Mata Juni masih menatap Raja lekat. Matanya seakan-akan mencari rahasia dalam diri Raja.

"Udah, Jun," Sarah menyenggol pelan lengan Juni. Untung saja, Raja tidak sadar bahwa Juni menatapnya lekat.

Akhirnya, Juni mengalihkan pandangannya kepada Sarah, "Lo utang cerita ke gue," ungkapnya lalu kembali menatap depan --memperhatikan panitia camping yang sedang memberi arahan pulang.

Mata Sarah melirik Raja lalu senyumnya mengembang. Harapan yang membuatnya frustasi kini sudah selesai. Ia bisa bernapas lega dan ia bisa bahagia kembali, bersama Rajanya.

Raja, makasih udah inget lagi.

[a/n]
Kependekkan ya?:')

jan lupa vote dan comments gaus

Regards,
Dera

CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang