Tiga Belas

3.4K 391 0
                                    

Jangan lupa vote + comments!

Sarah menangis. Raja tau itu. Karena ia tak sengaja memergoki Sarah yang sedang menangis saat dirinya sedang mencari tempat duduk. Entah mengapa, Raja ingin sekali menghampiri gadis itu dan bertanya ada apa dengannya. Tapi sebelum hal itu terjadi, sebuah pertanyaan muncul dalam benak Raja, 'Mengapa dia begitu peduli dengan Sarah?'

Raja pun tak tau mengapa ia ingin sekali merengkuh tubuh mungil itu. Ia ingin sekali menghapus air mata Sarah. Ia ingin sekali menjadi bahu untuk Sarah bersandar.

Karena Raja begitu penasaran, akhirnya lelaki itu memutuskan untuk duduk tak jauh dari Sarah. Ia duduk bersama kedua temannya dan Sarah yang duduk bersama Juni.

Dan saat ia kembali menangkap Sarah tertawa, Raja pusing bukan main. Bukankah tadi Sarah menangis? Lantas mengapa kini ia tertawa? Selain Sarah pintar dalam pelajaran, apa ia juga pintar dalam memainkan emosinya?

Kini, Raja mengakui Sarah begitu menakjubkan.

"Ja," panggil Nolan, teman sekelasnya.

Raja yang sedang memperhatikan Sarah pun teralih dan bertanya, "Apaan?"

"Lo bengong entar kesurupan," jawab Nolan polos.

Raja mendelik, "Mulai sarap lo."

"Eh Ja," panggil Nolan lagi. Lelaki itu menaikkan kacamatanya.

"Lo 'kan cowo terpopuler di sekolah nih. Lo 'kan juga punya banyak fans. Kasih tau gue dong cara nembak gebetan gue gimana," pinta Nolan.

Permintaan itu membuat Raja tertawa. Raja tak pernah tau ternyata ia mendapat gelar itu. Mungkin karena ia terlalu sibuk memikirkan cara melawan Sarah membuatnya tak tau bahwa ia mendapatkan gelar itu.

"Ja, jangan ketawa. Gue pengen nembak gebetan gue, tapi gue nggak tau caranya," lanjut Nolan.

"Lo pengen banget ya jadian sama gebetan lo itu?" tanya Raja saat tawanya reda.

"Lo receh banget sumpah," jawab Nolan tak mengerti mengapa Raja tertawa.

Raja mendelik, "Yaudah, nggak jadi gue--"

"Raja, lo ganteng banget sumpah," Nolan mengedipkan matanya sok imut.

"Homo, Lan," ujar Raja.

"Kenapa lo nggak tanya Bimo aja tuh?" tanya Raja menoleh ke kiri dan mendapati Bimo yang sedang tertidur pulas.

Raja tak percaya. Bahkan bis pun belum jalan tapi lelaki itu sudah tertidur pulas!

"Kalo lo mau nanya ke orang yang lagi tidur sih nggak apa-apa, Ja," balas Nolan tersenyum meringis.

Raja menghela napas. Ia tidak tau bagaimana caranya menyatakan perasaan kepada perempuan. Pacaran saja tidak pernah. Menyukai bahkan mencintai seseorang saja belum pernah. Bagaimana ia tau?

"Gue bakal kasih tau lo caranya, asalkan lo kasih tau gue siapa gebetan lo," putus Raja akhirnya. Mungkin ia akan menjawab asal-asalan setelah ini.

Nolan berpikir sejenak, "Nanti lo kasih tau lagi ke dia," ujar Nolan.

"Enggalah, ngapain gue kasih tau? Kurang kerjaan banget gue," balas Raja gemas.

"Sarah," tutur Nolan pelan. Namun Raja dapat mendengar itu dengan jelas.

"Hah? Siapa?" Raja tak percaya.

"Sarah. Cewe yang selalu ngalahin lo," bisik Nolan.

Mata Raja melotot sempurna. Ia menatap Nolan horor, "Gue nggak mau kasih tau lo tipsnya."

"Kok gitu sih? 'Kan lo udah janji sama gue," Nolan tak terima.

"Emang lo udah pdkt sama dia?" tanya Raja mengorek informasi.

Nolan terdiam sejenak, "Gue cuman chat dia kalo gue ada PR, minta diajarin. Habisnya canggung gitu kalo gue ngomongin yang lain."

Tanpa sadar, Raja mengeluarkan senyuman terbaiknya. Rasa tak suka yang tadi sempat muncul, kini hilang sudah. Setidaknya Sarah tidak menyukai Nolan.

"Gue kasih tips," putus Raja akhirnya.

Nolan terlihat antusias, "Apa?"

"Lebih baik lo mundur karena Sarah nggak mungkin suka sama lo," jawab Raja sadis, "goodnight, Raja mau tidur."

Dan lelaki itu memejamkan matanya tanpa mempedulikan tatapan kesal dari Nolan. Raja lega mengetahui Sarah bukanlah 'gebetan' Nolan, melainkan hanya sebatas teman belajarnya. Tapi ada satu pertanyaan yang masih janggal dan Raja pikirkan sampai sekarang,

Mengapa ia begitu tidak suka saat ada lelaki yang berusaha memiliki Sarah?

CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang