Dua Puluh Delapan

2.8K 320 8
                                    

Senja sudah berganti malam. Tanpa Sarah sadari, ia sudah berkutat lama dengan pikirannya. Kemana Sarah yang selalu memegang teguh keproduktivitasan?

Sarah masih ingat jelas bagaimana Raja dengan percaya dirinya memberikan permen durian itu kepadanya. Dan ia masih ingat jelas, bagaimana keterkejutannya mampu membuat dirinya mematung. Nyatanya, jika memang Raja mengingat masa lalunya, ia harusnya tau bahwa Sarah alergi terhadap durian.

Tangan gadis itu terjulur mengambil permen durian yang diberikan Raja lalu mengamatinya perlahan. Ingatannya kembali jatuh saat Raja mengatakan bahwa tempat favorit mereka merupakan sudut kafe itu.

Salah besar.

Tempat favorit mereka bukan berada di sudut kafe itu melainkan di bagian luar kafe itu. Bahkan Raja selalu menolak permintaan Sarah untuk duduk di sudut kafe itu. Raja mengatakan bahwa ia sudah mengingat semuanya. Apa mungkin Raja belum mengingat semuanya?

Sarah bingung. Apa selama ini Raja membohonginya?

Lamunan Sarah berakhir saat ponselnya berbunyi menandakan ada pesan masuk. Dari Raja rupanya.

Raja: Besok jadi belajar bareng kan, Sar?

Tanpa berniat menjawab, Sarah pun bangkit berdiri. Kembali melakukan aktivitas yang sebelumnya ia lakukan --membereskan dan mengemas barang-barangnya.

***

Berhari-hari telah berlalu. Ujian akhir semester sudah hampir selesai. Tinggal satu hari lagi dan neraka sekolah sudah berakhir. Jika saja Sarah sedang dalam mood yang bagus, pasti ia dan Juni sudah keluar untuk makan-makan dalam rangka merayakan hari terakhir UAS. Tapi kali ini, kondisinya beda. Dan Sarah tak mampu untuk menghadapi itu.

Tok.. tok.. tok..

Sarah yang sedang memasukkan beberapa bukunya ke dalam kardus pun berhenti dan berjalan menuju pintu kamar.

"Non, ada Dek Raja," ujar Bibi kepada Sarah.

Sarah menghela napas pelan lalu berkata, "Iya, bentar lagi aku turun ya, Bi."

Setelah pintu tertutup, Sarah kembali memasukkan buku-bukunya dan menutup kardusnya dengan lakban. Lalu gadis itu mengambil buku pelajarannya dan turun.

"Hai, Ja," sapa Sarah tersenyum.

"Maaf ya harus nunggu," lanjut Sarah lalu duduk di hadapan Raja.

"Gapapa," balas Raja lalu mengeluarkan bukunya.

"Non, ada barang yang udah selesai dikemas nggak? Tadi Nyonya tanya, soalnya sekalian mau dikirim sama Nyonya." Tiba-tiba Bibi datang.

"Aku kirimnya besok aja deh, Bi. Tolong bilangin Mama ya," ujar Sarah tersenyum.

Setelah Bibi pergi, Raja bertanya, "Lo mau kemana? Kok kemas-kemas barang?"

Seketika tubuh Sarah mematung. Tak butuh waktu lama hingga ia berhasil menguasai kembali tubuhnya, "Iya, itu buat panti asuhan," dusta Sarah, "udah yuk belajar. Kita ke sini bukan buat ngomongin barang yang udah gue kemas 'kan?"

Waktu berlalu dengan cepat. Tanpa mereka sadari, sudah 2 jam mereka berkutat dengan pelajaran biologi.

"Gue ambilin minum dulu ya, Ja," ujar Sarah lalu berdiri menuju dapur.

CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang