FOUR

1K 150 3
                                    

Sudah dua hari semenjak Taehyung datang secara tiba-tiba ke butik milik Yerin dan mengajak Yerin makan siang. Sudah dua hari pula ia menghindari sarapan pagi dengan keluarganya. Padahal, semarah apapun ia pada keluarganya atau semenyebalkan apapun perlakuan keluarganya pada dirinya, ia tak pernah sekali pun melewatkan sarapan pagi dengan keluarganya. Bukan tanpa alasan ia melakukan hal itu setiap pagi. Ia hanya tetap ingin menjaga hubungan baik dengan ayah, ibu, dan adiknya saja.

Dan dua hari menghindari hal yang tak pernah dihindarinya itu, juga bukan tanpa alasan. Ia menghindari pertengkaran dengan Woohan terkait pertunangan dan pernikahannya bersama Kim Taehyung. Mau bagaimana pun Ayahnya memaksa, Yerin tetap akan menolak pernikahannya bersama Taehyung yaitu dengan cara menghindari keluarganya. Gadis itu bahkan sudah merencanakan untuk tidak menghadiri pertunangan dan pernikahannya nanti.

Ya, Yerin memang sudah gila.

Dan tidak tahu diri.

Seperti pagi sebelumnya, hari ini Yerin bangun ketika jam dinding yang menempel tepat di atas pintu kamarnya, belum juga menunjukan pukul setengah enam pagi. Dan ia yakin seluruh orang yang berada di rumah ini, belum ada yang terbangun dari alam mimpi masing-masing. Ah, kecuali ahjumma penjaga rumah yang sudah pasti sibuk membuat sarapan untuk keluarganya.

Yerin segera bangkit dan menuju ke arah dapur. Memutuskan untuk membuat secangkir teh panas dan menikmati indahnya matahari terbit serta dinginnya udara pagi ini, di atas balkon kamarnya. Kebiasaan yang sudah ia lakukan dua hari belakangan ini. Dan Yerin begitu menyukainya. Sangat.

Tubuh kurusnya yang terbalut piyama oversize berwarna biru itu, berjalan gontai menuruni anak tangga satu persatu. Ia masih menahan kantuknya. Jujur saja, ia tak pernah bangun sepagi ini. Namun tiba-tiba, langkah gontainya itu terhenti tepat di pintu masuk dapur. Rasa kantuknya menguap begitu saja ketika melihat Woohan dan Yuri sedang menikmati sarapan pagi di atas meja makan. Lengkap dengan pakaian mereka yang terlihat rapi.

Yerin melirik pada jam yang tertempel pada salah satu sisi dinding dapur rumahnya. Masih belum pukul setengah enam pagi. Ia tak salah lihat. Dahinya berkerut tak paham. Tak biasanya Ayah dan Ibunya sudah menikmati sarapan sepagi ini. Terlalu pagi untuk mereka yang selalu pulang larut malam. Ah, kecuali ibunya yang memang selalu di rumah, tentu saja. Tapi tetap saja Yerin heran.

Yerin mendengus tipis. Memutuskan untuk kembali ke kamarnya sebelum orangtuanya sadar jikalau Yerin sudah bangun dan berdiri di depan pintu masuk dapur. Mau bagaimana pun, Yerin sedang menghindari keluarganya.

"Ah, unni, kau sudah bangun rupanya? Mau sarapan pagi bersama? Kau tidak sarapan bersama kami selama dua hari ini seperti biasanya."

Sepertinya Tuhan begitu membenci Yerin.

Ahreun sedang berdiri di belakang tubuhnya. Menginterupsinya secara tiba-tiba dan membuat kedua orangtuanya beralih menatap dirinya dan Ahreun.

Yerin menoleh sekilas pada Ahreun. Gadis itu mengenakan mini dress berwarna hijau dan wajah cantiknya sudah terpoles make up. Siapa pun yang melihat Ahreun pasti akan mengira bahwa gadis itu merupakan gadis polos yang cerdas. Ahreun memang cerdas. Tapi percayalah, tak semalam pun ia lewatkan tanpa menuju ke club malam.

Tanpa peduli pada Ahreun yang tersenyum padanya, serta tatapan Woohan dan Yuri, Yerin segera masuk ke dapur. Menuju pantry untuk menyeduh teh hangatnya. Mencoba tidak peduli pada tatapan-tatapan keluarganya. Yerin menghela nafasnya kesal karena hari ini ia tidak berhasil menghindari keluarganya. Terutama sang Ayah.

"Yerin-ah, kemarilah. Ayo kita sarapan bersama." Yuri mengajak Yerin dengan ceria. Ia tersenyum pada Yerin yang membelakangi mereka. Sibuk membuat teh panasnya.

Yerin diam saja. Tidak menghiraukan.

"Oh iya, Yerin-ah. Eomma dan Ahreun akan ke Paris hari ini selama dua hari. Menghadiri acara amal yang diadakan teman arisan eomma. Sekalian berlibur dengan Ahreun. Kau ingin ikut?"

Yerin mendesis kesal dalam hati. Ia jadi paham mengapa keluarganya sudah sarapan sepagi ini.

Yerin menghela nafasnya. "Tidak, terima kasih." Kalaupun ia mengiyakan tawaran berlibur dari ibunya, bukankah sudah sangat terlambat untuk dirinya bersiap-siap?

"Mungkin lain kali, eomma." Kali ini bukan Yerin yang berkata, tetapi Ahreun. Setiap kata yang keluar dari bibir gadis itu terdengar tenang dan lembut. Begitu menyenangkan bila didengar. Tapi percayalah, gadis itu tak sebaik yang didengar, apalagi yang terlihat.

"Ah, begitu ya. Oh iya, Eomma dan Ahreun akan sekalian membeli gaun pengantinmu di Paris nanti. Jadi kau tak perlu memikirkan apapun lagi, sayang. Ibu berencana untuk membelikanmu gaun rancangan Delphine Manivet. Tapi Ahreun bilang rancangan Fabienne Alagama juga sangat cantik. Kau ingin rancangan siapa, Yerin-ah?"

Mendengar apa yang barusan diucapkan oleh ibunya, membuat Yerin menghentikan jemarinya yang sedang mengaduk tehnya. Ia menghela nafasnya berat. Menahan rasa kesalnya mendengar Yuri begitu semangat memikirkan tentang gaun pernikahan yang tak akan pernah digunakan oleh Yerin nanti.

Yerin menghela nafasnya sekali lagi. Memilih tidak menjawab pertanyaan konyol ibunya dan segera mengangkat cangkir the miliknya. Ingin segera mungkin meninggalkan dapur dan menuju ke balkon kamarnya.

"Tidak peduli rancangan siapa, yang jelas Yerin akan tetap cantik saat menikah dengan Taehyung nanti." Tapi, baru beberapa langkah melangkah, suara tegas dan tenang yang keluar dari bibir Woohan, membuat langkah kaki Yerin terhenti.

Yerin bisa menangkap ada sindiran sekaligus peringatan langsung dari kalimat yang diucapkan oleh Ayahnya itu. Dan itu membuat Yerin menggeram, memejamkan matanya menahan rasa kesalnya.

"Jangan berekspektasi terlalu tinggi. Pernikahan itu tidak akan terlaksana."

Ah, sia-sia.

Segala pertahanan yang dibuatnya agar tak ada kalimat-kalimat tentang pernikahan keluar dari bibirnya, runtuh seketika. Ia paling tidak bisa menahan rasa kesalnya.

Woohan yang lagi-lagi mendengar kalimat penolakan dari Yerin, kali ini malah tertawa kecil. Bukan tawa sesungguhnya. Itu hanya tawa iblis yang terdengar dingin dan mengerikan. Bahkan Yuri dan Ahreun pun hanya dapat memandang Woohan tanpa berani berucap sepatah kata pun.

"Ku pastikan kali ini kau tak bisa menolak lagi, Kang Yerin."

"Jangan memak—"

"Menikah dengan Taehyung, atau kau tak bisa berkarir lagi."

***

-tbc-

FINE | KTH ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang