SEVENTEEN

962 143 13
                                    

Yerin menggigit bibir bawahnya. Tali pada paper bag yang berisi berbagai jenis makan siang, ia genggam begitu kuat. Kakinya ia hentakan berkali-kali. Tak ada niatan sedikit pun dalam hati dan pikirannya untuk melangkah memasuki gedung perusahaan milik Taehyung.

Kalau saja Seulbi tidak memaksa Yerin untuk mengantarkan makan siang pada Taehyung, jangan berharap untuk melihat Yerin memasuki gedung perusahaan milik Taehyung dan keluarganya itu. Sebenarnya, tak ada paksaan pada kalimat yang diucapkan Seulbi padanya saat mereka membuat makan siang bersama tadi. Hanya saja, Yerin merasa tidak enak hati jikalau harus menolak perintah atau keinginan mertua-nya itu.

Dan karena itulah, Yerin berakhir di sini. berdiri dengan perasaan ragu-ragu di depan pintu masuk gedung perusahaan milik Taehyung.

Yerin menghela nafasnya gusar. Sungguh malas sekali ia kalau harus bertemu Taehyung lagi disaat ia seharusnya tak bisa melihat Taehyung. Sudah sangat cukup baginya melihat Taehyung di pagi dan malam hari saat di rumah. Dan sekarang ia harus melihat Taehyung di siang hari juga. Di waktu yang seharusnya ia tak perlu untuk melihat Taehyung.

Sempat terlintas di pikirannya untuk menitipkan makan siang itu pada resepsionis yang sedang berjaga di meja depan. Tapi ia harus menjawab apa nanti kalau-kalau Seulbi menanyakan perihal kondisi Taehyung saat ini? Karena ya, kemarin Taehyung baru saja dilanda demam.

Yerin menyerah. Lelah beragumentasi dengan pikirannya sendiri. Akhirnya ia lebih memilih mengantarkan langsung makanan itu pada Taehyung.

Antarkan lalu tinggalkan.

Yerin memasuki dalam lift yang hanya berisi satu orang wanita saja yang tengah sibuk dengan ponselnya. Dengan enggan, Yerin menekan tombol 7 pada salah satu dari deretan angka yang terdapat pada tombol-tombol lift tersebut.

Yerin menunggu dengan sabar. Sekaligus gugup.

Ah, menyebalkan.

Kenapa juga ia tiba-tiba merasa gugup seperti ini?

"Chokkio,"

Satu-satunya wanita di dalam lift, yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya itu, memanggil Yerin dengan sopan. Yerin lantas menolehkan kepalanya dan tersenyum tipis pada wanita yang sekarang ini sedang mengamatinya dari atas hingga bawah. Jelas saja Yerin merasa risih ditatap seperti itu.

Kenapa? Apa ada yang salah dengan Yerin? Apa sweater oversized berwarna putih serta celana jeans biru yang dikenakannya tampak aneh? Atau rambut ponytail-nya tak terlihat seperti ponytail?

Detik berikutnya, tatapan wanita tersebut yang tampak berubah terkejut. Memandang Yerin tak percaya. "Ah, maafkan aku. Anda istri dari Kim Taehyung sajangnim, kan?"

Wanita tersebut tampak sedikit panik. Ia bahkan membungkukkan badannya dua kali pada Yerin dengan rasa bersalah.

Yerin pun menjadi bingung, tentu saja. Ia tak mengira ada yang tahu tentang siapa dirinya ini. Karena acara pernikahan mereka kemarin pun, di gelar tertutup dan sangat sederhana.

"A-Annyeonghaseo." Yerin menundukan kepalanya sopan. Sedang wanita di depannya itu masih tampak panik dan gugup sekaligus.

"Sekali lagi maafkan saya. Kenalkan, saya Han Bora. Sekertaris Kim Taehyung sajangnim. Anda mau ke ruangan sajangnim, kan? Biar saya antar."

Tepat setelah Bora mengatakan itu, pintu lift berdenting dan terbuka. Menandakan bahwa Yerin dan Bora telah sampai pada lantai yang dituju. Lantai tempat ruang kerja seorang Kim Taehyung berada.

FINE | KTH ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang