SEVEN

990 145 2
                                    

"Sora unni!"

Sora yang sedang menikmati semangkuk jajangmyeon-nya di atas sofa butik, hampir tersedak ketika melihat Yerin memasuki butik dengan heboh. Ia melotot memandang Yerin yang berjalan menghampirinya seraya meraih segelas air putih di dekatnya dan menenggaknya cepat.

"Yak! Ada apa denganmu?" Sora memandang Yerin sebal. Gadis itu dengan wajah panik nan kusut sekarang ini sudah duduk di sebelah Sora.

"Unni, aku tak bisa menghubungi Jun." Yerin memelas memandang Sora yang sudah asik kembali menikmati jajangmyeon-nya.

"Tunggu, bukankah malam ini malam pertunanganmu? Sedang apa kamu disini?" Tanya Sora heran. Memandang Yerin yang sekarang ini sedang memandangnya aneh. Lebih tertarik dengan pertunangan Yerin malam ini dari pada Jun yang tak bisa dihubungi Yerin sama sekali.

"Unni, pertunanganku itu tidaklah penting. Yang terpenting saat ini adalah aku sama sekali tidak bisa menghubungi Jun dari kemarin." Yerin memandang Sora geram. Bisa-bisanya Sora tiba-tiba membahas tentang hal yang sama sekali tidak ingin Yerin bahas. Padahal sekarang ini, atau bahkan dari kemarin, Yerin sudah sangat panik karena ia tidak bisa menguhubungi atau bahkan menemui Jun sama sekali.

Sora menghela nafasnya. Tidak mempedulikan Yerin terkait Jun.

"Unni, empat hari yang lalu Jun yang terakhir memegang ponselku. Dan dia menghapus seluruh kontak miliknya di ponselku. Apa yang harus kulakukan, unni?" Yerin menjadi bingung sendiri. Ia menggenggam lengan Sora dan menggoyangkannya beberapa kali. Membuat Sora yang sedang menikmati jajangmyeon-nya, menjadi terganggu.

Sora berdecak. Memandang Yerin kesal dan menyingkirkan tangan gadis itu dari lengannya. "Kau sudah mengatakannya padaku kemarin, Kang Yerin. Lagi pula daripada memikirkan tentang Jun, lebih baik kamu pulang saja. Malam ini adalah malam pertunanganmu, Yerin-ah. Ayahmu bisa mengamuk kalau tahu kamu di sini sekarang."

Sora memandang Yerin dalam. Ia memegang kedua bahu gadis itu mencoba meyakinkannya. Tetapi Yerin malah menggeleng beberapa kali dengan wajah sedihnya. "Tidak, unni. Kemarin aku mengunjungi sekolah Jun. Dan kau tau apa, aku tidak diperbolehkan masuk untuk menemui Jun. Aku malah dihusir paksa oleh satpamnya. Ya Tuhan, unni. Aku tidak tau lagi harus bagaimana."

Sora menghela nafasnya sekali lagi. Jengah memandang Yerin yang panik dan kelewat khawatir pada Jun. "Yerin-ah, apa kamu sudah mulai jatuh cinta pada Jun?"

Yerin terkejut. Menggeleng dengan cepat. "Hah?! Tentu tidak, unni!"

"Lalu kenapa begitu mengkhawatirkan Jun. Dia kan bukan siapa—"

"Dia sudah ku anggap adikku sendiri. Bagaimana mungkin aku tidak mengkhawatirkannya?" Yerin menjawab cepat. Memotong secara sepihak kalimat yang belum juga diselesaikan oleh Sora. Lagi-lagi membuat gadis itu menghela nafasnya jengkel pada Yerin.

"Kalau begitu hentikan saja, Kang Yerin. Sudahlah Yerin-ah, lebih baik kamu pulang dan jangan membuat ayahmu marah lagi. Aku benar-benar sudah tak bisa mengerti dirimu lagi, Kang Yerin."

"Sora unni." Yerin memanggil Sora lemah. Melihat gadis itu sedang merapikan bekas makan siangnya dengan wajahnya yag ditekuk sebal karena Yerin.

"Pulanglah, Yerin. Dan sampaikan pada Ayah dan Ibumu kalau aku tak bisa menghadiri pertunanganmu malam ini."

Mendengar itu, Yerin terkejut menatap Sora yang sudah hampir bangkit dari atas sofa. Dengan cepat, ia menahan lengan Sora sehingga gadis itu tak dapat bangkit dari tempatnya sekarang

"W-wae?" Yerin bertanya gugup sekaligus bingung.

"Kenapa? Karena aku benar-benar tak mengerti dirimu lagi, Kang Yerin."

***

Tiga puluh lima menit yang lalu, Taehyung baru saja memasangkan kalung mewah rancangan perusahaan Van Cleef & Arpels pada leher Yerin sebagai tanda bahwa mereka sudah secara resmi bertunangan. Dan baru empat menit yang lalu, Yerin dan keluarganya beserta Taehyung dan keluarganya, menghabiskan makan malam yang tersaji lengkap di atas meja makan rumah Taehyung.

Baik keluarga Yerin dan Taehyung memutuskan untuk berkumpul membicarakan hal-hal terkait pernikahan pada gazebo yang terletak di bagian belakang rumah Taehyung. Gazebo yang luas dan terletak di dekat kolam renang. Awalnya Yerin mengikuti saja, namun belum sampai lima menit ia mendudukan diri pada salah satu sudut gazebo itu, Yerin sudah tidak betah dan memutuskan untuk berpura-pura ke kamar mandi.

Yerin berjalan memasuki kembali rumah Taehyung. Ngomong-ngomong, Taehyung tadi tidak ikut bergabung di dalam gazebo. Entah kemana pria itu pergi, yang jelas, Yerin sama sekali tidak peduli.

Yerin mendudukan dirinya kembali pada meja makan. Menuangkan air pada salah satu gelas dan meminumnya perlahan. Hingga ia tak sadar bahwa ada seorang pria yang baru saja memasuki dapur dan sedang memandanginya.

"Permisi, apa kau tau dimana semua orang berada?"

Yerin terkejut. Ia bahkan memuntahkan sedikit air minum yang di minumnya ke dalam gelasnya kembali. Ia menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak seraya menatap pria tersebut dengan mata yang sedikit melebar. Yerin bahkan terbatuk beberapa kali.

"Ah, maaf kalau membuatmu terke—" Ucapan pria itu terpotong. Kali ini pria itulah yang memandang Yerin dengan mata yang melebar. "Tunggu. Apa kau Kang Yerin?"

Kali ini Yerin lah yang kebingungan memandangi lelaki tersebut.

"Ah, sepertinya benar kau Kang Yerin. Apa kamu tidak mengingatku, Yerin-ah? Aku Hoseok oppa. Jung Hoseok."

Sedetik setelah mengatakan itu, mata Yerin otomatis membulat sempurna. Memandang Hoseok dengan sangat amat terkejut.

"Ho-Hoseok oppa?!" Yerin segera bangkit dari kursinya dan berlari kecil menghampiri Hoseok dengan senang dan semangat. Begitu pula Hoseok yang berjalan menghampiri Yerin.

"Aigoo, kau sudah besar ya, Kang Yerin." Ketika itu, Yerin langsung menghambur ke dalam pelukan Hoseok dan pria itu ikut memeluk Yerin seraya mengelus lembut rambut gadis itu.

"Aku merindukanmu, oppa." Yerin melepaskan pelukannya dan sedikit mendongak untuk menatap Hoseok yang sudah pasti lebih tinggi darinya. Tersenyum lembut pada Hoseok yang ikut tersenyum padanya.

"Aku juga merindukanmu. Kau tetap saja pendek ya, Kang Yerin." Hoseok tertawa kecil seraya menepuk puncak kepala Yerin beberapa kali.

"Menyebalkan." Gadis itu dengan gemas mencubit perut Hoseok dan memajukan bibirnya lucu. Dan membuat Hoseok lagi-lagi tertawa. "Ngomong-ngomong, kapan oppa kembali ke Korea. Setahuku, bukankah oppa sibuk di Jepang?" Tanya Yerin. Menarik pergelangan tangan Hoseok dan mengajaknya duduk di salah satu kursi meja makan.

"Wah, kau tahu darimana? Informan mu luas sekali, ya." Hoseok tertawa. Diikuti Yerin yang juga ikut tertawa. Bukan Kang Yerin namanya kalau tidak tahu hal-hal seperti itu. "Aku baru saja sampai dan langsung ke sini. Tapi ngomong-ngomong, dimana Kim Taehyung?"

Yerin memandang Hoseok sekilas. Kemudian ia menusukan potongan buah melon yang tersaji di atas meja dengan garpu yang di pegangnya dengan enggan dan malas. "Tidak tahu dan tidak mau tahu."

Mendengar jawaban Yerin yang terdengar ogah-ogahan, membuat Hoseok tertawa lebar. "Ada apa denganmu? Bukankah seharusnya kamu senang menikah dengan teman masa kecilmu? Teman masa kecil kita."

Kali ini, Yerin mendecih tipis. Menatap Hoseok sebal karena menertawakannya. Dan tadi apa? Teman masa kecil? Pernyataan konyol macam apa ini?!

"Csh, dia saja tak pernah bermain dengan kita waktu itu. Memangnya masih pantas disebut teman masa kecil?"

***

-tbc-

FINE | KTH ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang