TWENTY EIGHT

1K 145 37
                                    

"Semua orang mencarimu. Kamu tahu itu, unni?" Ahreun tersenyum simpul sekaligus tak suka, sebelum jemarinya meraih gagang cangkir teh yang berada di atas meja kafe.

Yerin tidak menjawab. Hanya tatapan matanya yang terus tajam menatap Ahreun yang duduk tepat di hadapannya. Masker hidung yang digunakannya, ia turunkan hingga sebatas dagu. Memperlihatkan wajah polosnya yang masih saja tetap terlihat cantik.

Gadis itu menyamar. Menutupi dirinya dari dunia luar untuk setidaknya dua hari ini. Ia sangat tahu bahwa Taehyung mencarinya. Karena itu lah, bahkan saat berpergian keluar seperti ini pun, Yerin harus mengenakan masker dan juga harus mengenakan pakaian yang sama sekali bukan dirinya. Hoodie abu-abu yang kebesaran di tubuhnya serta celana pendek sebatas paha yang dikenakannya saat ini, bukan lah gayanya sama sekali.

"Ah, tidak semua kurasa. Hanya Taehyung oppa dan Sora unni yang mencarimu." Ahreun berkata lagi dengan tenang. Seakan mengejeknya. Lidahnya menyecap tehnya pelan saat dirasa air tehnya itu mengalir hangat melewati kerongkongannya.

Tanpa diberitahu pun Yerin sudah sangat tahu jikalau hanya mereka yang mencari keberadaan Yerin.

Yerin sadar diri juga bahwa tak satu pun orang lain lagi yang peduli padanya kecuali mereka berdua.

Ah, tunggu.

Taehyung peduli padanya?

Yerin mendengus sebal. Memutar bola matanya malas. "Aku tidak ingin berlama-lama denganmu di sini." Yerin berkata dengan datar sekaligus sinis. Meraih tiga paper bag yang berada di bagian bawah samping kursi yang didudukinya. Ia meletakan tiga paper bag tersebut di atas meja.

"Woah, apa ini?" Ahreun menatap tiga paper bag itu dengan pura-pura terkejut. Berkata dengan tak kalah pura-puranya. "Hadiah perpisahan?" Gadis itu sedikit terkikik geli. Banyak pula menghina.

Yerin tertawa kecil. Tawa kecil yang mengejek. Lebih kepada mengejek dirinya sendiri. Ada perasaan kesal sekaligus menyesal karena sudah mau repot-repot membuat pakaian khusus untuk mereka bertiga sebagai hadiah perpisahan dari gadis itu.

Entahlah. Yerin tidak mengerti juga kenapa juga tiba-tiba ia terpikirkan akan hadiah untuk keluarga-nya tersebut. Bahkan untuk Taehyung pun, Yerin lebih ke tidak ingin memberikan pria itu hadiah. Mudah saja alasannya.

Ia tidak ingin bertemu pria itu.

Yerin berdecak dengan tipis sekali. "Ya, anggap saja seperti itu. Hadiah terakhir sebelum aku pindah ke Jepang untuk ayah, ibu, dan juga kamu." Yerin menyesap sedikit jusnya. Memutar bola matanya sekali lagi dengan malas.

Ahreun tersenyum tipis. Senyum yang penuh juga dengan ejekan. Senyum meremehkan yang terlihat benar-benar meremehkan dan tidak tahu diri. "Terima kasih. Ibu pasti senang sekali menerimanya. Kalau ayah, aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya dengan hadiah darimu itu. Dan aku--"

Ahreun menggantung kalimatnya. Padangannya terangkat menatap Yerin dengan sombongnya. Sedang Yerin, mengerutkan keningnya semakin kesal dan tak suka.

"Taehyung oppa sudah menjadi hadiah terindah darimu untukku, unni."

Yerin semakin tidak menyukai ini.

Yerin tidak menyukai Ahreun. Yerin tidak menyukai saat Ahreun mengatakan hal itu. Yerin juga tidak terima dan Yerin juga merasa kesal karena hal itu.

Namun bukankah semua sudah terlambat?

Bukankah ini semua keinginannya?

Lalu, mengapa ia harus merasa kesal dan juga sekaligus merasa--

FINE | KTH ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang