VIII. a f f i rm

149 41 4
                                    

Affirm; seperti sepatu yang rusak lalu dijahit, ditambah pula dengan lem. Begitu juga hatiku, diobati olehmu dan diperban olehnya. Saling menguatkan dan menyembuhkan.
-

• • •

   Gedung cokelat bertingkat delapan, dan memiliki berpuluh-puluh ruangan. Fasilitas yang mewadahi, dan siswa-siswi yang nantinya akan lulus dengan baik semuanya ada di Palace High School. Aileen yang sudah memasuki lobi lantai empat langsung berjalan menuju kelasnya, disana madam Tae he; kepala sekolah sekaligus pemilik yayasan Palace sedang mengumumkan sesuatu. Begitu melihat Aileen yang baru saja memasuki kelas, senyum samar tercetak dibibir madam Tae he.

"Kamu yang baru datang, keluar hingga saya selesai mengumumkan ini!"

   Seluruh temannya langsung menoleh, Aileen menunduk lalu keluar. Kim tan yang melihat itu langsung ikut keluar, disusul Jason.

"Kalian mau kemana? Jason! Kim tan!" teriak pak Fano yang berada disamping madam Tae he.

Diluar Aileen bingung melihat Jason dan Kim tan ikut keluar. "Ngapain lo pada kesini? Masuk cepet."

"Suka-suka gue lah mau dimana." jawab Jason.

"Lo kenapa bisa telat sih? Padahal gue sama kunyuk ini yang ketinggalan bis. Eh tapi gak telat sih, madam itu tuh yang dateng kecepet-"

"HEI! KALIAN! Kenapa tidak bisa tenang. Semuanya angkat tangan ke atas! Sampe madam selesai mengumumkan." titah pak Fano lalu meninggalkan mereka bertiga yang cekikikan.

   Aileen mengerucutkan bibirnya saat kedua tangannya mulai capek. Jason yang menyadari itu langsung menarik karet rambut yang ada dipergelangan tangan Aileen, sehingga beban Aileen sedikit ringan. Begitu pula dengan Kim tan yang menyanggah lengan Aileen hingga beban tangan satunya pun ikut ringan. Aileen menunduk sambil tersenyum, mereka berdualah yang kini selalu membantunya.

   Madam Tae he keluar dari kelas, melihat siswa dan satu anaknya yang peduli terhadap Aileen membuat dirinya terenyuh, dan terpikir bahwa kejadian ini hampir sama seperti beberapa tahun silam.

"Kalian bertiga boleh masuk kelas." ucapnya lembut sambil tersenyum ringan.

Aileen membulatkan matanya sambil menunduk. "Terima kasih madam."

• • •

"Eh lo! Sana pindah depan! Gue mau duduk disini." perintah perempuan berambut gelombang pirang dan berbibir merah terang karena lipstick, plus eyeliner hitam tebal, tidak pernah terlihat di kelas ini seperti siswi baru.

"Kenapa gue harus pindah?" tanya Aileen santai.

Perempuan itu menggebrak meja, "Gue bilang pindah ya pindah! Punya kuping gak sih lo?" dan Aileen pun hanya mengangguk lalu pindah ke bangku deretan pertama.

"Eh anak baru! Siapa lo nyuruh Aileen pindah hah!?" bentak Kim tan kesal lalu menghampiri Aileen, "Emang sekolah ini punya nenek moyang lo!"

Perempuan itu mendengus, "Nama gue Debora!"

"Masa bodo sama nama lo! Minggir sana!" Kim tan memberontak sambil menggandeng Aileen, "Cuma Aileen yang boleh duduk disana, ngerti!"

"Apa istimewanya si ganjen itu? Gak! Gak bisa! Gue kan mau deket baby Jason."

   Jason masuk ke dalam kelas, sontak para mata yang ada disana menatapnya kesal. Kelas menjadi ribut hanya karena memperebutkan seorang Jason; pikir para siswa di kelas. Memang kelas yang Aileen tempati ini termasuk kelas eksekutif atau kelas terpintar dan pendiam seantero sekolah, hingga siapapun yang membuat ricuh harus siap di depak darisana.

HeartacheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang