XII. w o r d l e ss

128 28 14
                                    

Wordless; meski mulut diam seribu bahasa, mata dan hati yang akan berterus terang.
-

• • •

   Meletakkan Kaitlyn dalam ranjang tidur dan menyalahkan AC tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya saja memikirkan bagaimana cara menjelaskan agar orang lain mengerti membuat Aileen ingin lupa ingatan seketika. Dengan bodohnya juga, ia membawa Kaitlyn ke rumah tanpa persiapan sedangkan rumahnya memiliki banyak jelangkung—tamu yang datang tidak diundang. Berlama-lama sambil memandangi wajah polos Kaitlyn yang tidur lelap tidak bisa menuntaskan masalah, cukup memberi penjelasanlah akan terselesaikan. Tapi apa yang akan di jelaskan, Kaitlyn adiknya? Kaitlyn anaknya? Kaitlyn anak tetangga? Kaitlyn anak kucing?

Jawabannya; konyol.

"Oh my god, I can't did now!" erangnya dalam hati.

   Ternyata berjalan mondar-mandir membuat kaki Aileen sedikit ngiluh, tak mengerti apalagi yang harus diperbuat akhirnya pilihan jatuh pada mencari pencerahan di kamar mandi—alias membersihkan tubuh.

   Setengah jam usai, masih saja otaknya dangkal untuk sekedar membuat alasan. Di depan kamar mandi dengan lilitan handuk di kepala, ia berjongkok seketika kemudian membenamkan wajahnya pada lutut. Hingga suara deheman dan usapan pada pundaknya terasa.

"Lucu, siapa namanya?"

Aileen mendongak, mulutnya terngangah melihat sosok orang yang dihindarinya berada tepat disampingnya. "E-lo!? Nga..pain di kamar gue?"

"Siapa namanya?"

"Maksud lo?"

"Lucu, cantik. Itu! Siapa namanya?" tanyanya lagi sambil menunjuk Kaitlyn yang masih tidur.

"Kaitlyn?" tanya Aileen balik, "Oh-ehm iya Kaitlyn."

"Kok gue jadi orang gagok gini? Ngomongnya linglung gak lancar pula. Ugh bodoh!!"

   Seseorang yang tadinya di samping Aileen berdiri, tak lupa membantu ia berdiri juga. Dan berdua pun duduk di antara Kaitlyn.

"Masih gak mau cerita? Udah hampir tiga jam, kunyuk aja sampe ketiduran."

"Gue bingung mulainya darimana." Aileen memandang Kaitlyn lekat-lekat, "Lo gak mikir yang aneh-aneh kan Jas?"

Jason menggeleng, "Gue pikir ini adek lo."

"Bukan."

   Rasanya baru ini dirinya terlibat pembicaraan serius dengan Jason, intinya ini sangatlah buruk untuk sekedar menerangkan sebuah rumus yang akan di ujikan besok. Jika bukan karena rasa khawatir berlebih, rasa sayang terlalu, hal ini tidak akan terjadi. Cepat atau lambat, ehm bahkan besok atau lusa mereka akan tau. Apakah di cap sebagai perempuan kotor dan menjijikan, ia akan sanggup menghadapinya?

"Lain waktu gue bakal cerita semuanya." gumam Aileen.

"Apa gue udah jadi orang asing? Sampe lo butuh waktu yang lama untuk gue tau 'siapa dia'?"

   Ini berat Jason. Untuk sekedar permintaan tolong ataupun amanah, Aileen masih tidak sanggup membongkar sesuatu yang telah terkubur lama. Ia pun tidak ingin menatap Jason, pandangannya bingung akan singgah kemana. Hingga matanya terkilas sebuah kalender, dan senyumnya merekah.

HeartacheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang