Detestation; kebencian itu rasa yang berkencambuk di dalam diri seseorang karena suatu kesalahan di masa lalu, bisakah benci itu luntur karena ucapan maaf?
• • •
Perpaduan antara udara dingin dan juga kering terasa dikulit Aileen, langit biru dengan sedikit awan bersamaan dengan perubahan warna daun pohon Gingko dan pohon Maple menjadi kuning dan merah.
Musim gugur datang, salah satu musim favorite Aileen. Dan juga pada musim ini tempatnya bekerja paruh waktu mengadakan bazar diatas tempat pendakian Bukhansan; gunung di pinggiran utara Seoul, Korea Selatan yang terkenal dengan wisata alam seperti mendaki, pemandangan burung-burung, dan panjat tebing.
"Apakah kau tidak akan kenapa-kenapa bila ikut mendaki pada bazar nanti?" tanya bos Aileen.
"Iya madam, saya baik-baik saja." ucap Aileen jujur, "Nanti saya akan meminta istirahat bila tidak sanggup."
"Baiklah, bekerjalah dengan baik."
Jessica, salah satu teman yang akan menjaga stand bazar bersamanya menghampiri. "Beneran lo gakpapa? Udah sembuh total?"
"Kenapa lo lebay gitu, gue udah sehat. Lagian sakitnya gak parah, cuma kepentok." kata Aileen sambil mendata barang-barang yang ada di kardus.
"Kepentok lo bilang? Gosip Palace tentang lo kedengeran sampe telinga anak Sungji." jelas Jessica.
"Terlalu berlebihan."
Jessica mendekat pada telinga Aileen. "Bagaimana dengan Jason dan Kim tan?"
Sudah hampir dua minggu tidak ada salah satu dari mereka yang menghampiri ataupun menyapa Aileen, melirik pun juga tidak. Awalnya Aileen tak ambil pusing, tapi lama kelamaan hatinya mulai khawatir seperti ada penghuni yang hilang dari sebuah rumah dan rumahnya itu Aileen sendiri. Apa mereka marah?
"Aileen!? Kenapa bengong? Kesambet lo ntar."
"Lo sih ngajakin ngomong terus, minggir! Kerjaan gue masih banyak." Aileen pergi menuju gudang hanya untuk menghindari pertanyaan Jessica.
• • •
Banner bertuliskan "Selamat datang di Bukhansan" terlihat, kini Aileen beserta para anggota bazar telah mempersiapkan makanan untuk para pendaki yang sudah mencapai atas. Mood baik yang semula tergoyah karena percakapannya dengan Jessica kini telah kokoh kembali, karena itulah ia tak menyadari sesuatu yang mengganjal disini.
Mata Aileen terbelalak, melihat seseorang yang sudah lama hilang dan meninggalkan goresan luka yang dalam dihidupnya. "Ii.. Ini minumnya pak, silahkan beristirahat."
"Bapak Presdir, ini makanannya. Ehm kok wajah bapak saya liat-liat mirip teman saya ya. Ehm siapa itu, Aileen." ucap Jessica ceplas-ceplos.
Bapak Presdir langsung menautkan alisnya dan melotot pada Jessica. "Jaga bicara kamu ya! Saya tidak sudi memiliki anak seperti dia!?" ucapnya sinis, "Cuihh.."
Aileen yang mendengar percakapan itu hanya menggigit bibir bawahnya, matanya mendadak panas. Akhirnya ia ijin untuk ke kamar mandi sebentar.
Tangisnya pun pecah ketika tubuhnya telah menjajaki ruangan berbilik dan berkaca itu, ia memasuki salah satu bilik dan menguncinya. Tangannya membekap mulut agar suaranya sedikit meredam. Kenangan-kenangan dan setiap ucapan yang dilontarkan pak Presdir tadi mencambuk hatinya, perasaan tidak adil atas kesalahan yang tidak pernah ia ketahui bergejolak. Ia butuh penjelasan atas sebuah kebencian yang ia dapatkan dari sosok yang sangat ia sayangi, papanya; bapak Presdir salah satu Group ternama yang tadinya mengikuti acara pendakian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Heartache
Fiksi RemajaSebenarnya, kita tak pernah benar-benar saling meninggalkan. selalu ada satu, yang kembali tetap tinggal, dan yang menunggu. -