We should love. Not 'fall in love'. Because everything that falls, gets broken.
Masih ada sepuluh menit sebelum bel, tetapi Jungkook merasa waktu di jam itu bergerak sangat lambat. Ia lantas mengetuk-ngetukkan jarinya pada meja, tidak fokus kepada apa yang sedang gurunya ajarkan didepan.
Taehyung menendang pelan kaki Jungkook dari bawah meja, saat Jungkook menoleh padanya, ia berbisik, "Lo kebelet atau gimana?"
"Kebelet apaan sih Te."
"Ya kali aja lo kebelet, abis gak bisa diem." ujar Taehyung.
"Cot."
"Santai elah,"
Jungkook dan Taehyung kembali fokus pada papan tulis. Sebenarnya bisa di katakan kedua orang itu hanya berpura-pura fokus, karena pikiran mereka melayang entah kemana. Taehyung tau sebenarnya Jungkook sedang gelisah, karena ia hafal sifat Jungkook. Bagaimana tidak, diantara teman-teman mereka yang lain, Taehyung dan Jungkook lebih dulu kenal dan menjadi sahabat sejak kecil.
Kendati demikian, Taehyung tidak ingin mengganggu Jungkook, atau bertanya. Tidak sekarang, saat gurunya sedang menerangkan didepan.
Akhirnya saat bel telah berbunyi, Jungkook memasukkan semua alat tulis serta bukunya ke dalam tas. Begitupun dengan Taehyung.
Mereka berjalan beriringan di koridor sekolah yang sudah lumayan sepi. Saat mereka melewati kelas Eunji, Jungkook tiba-tiba berhenti. Taehyung mengangkat alisnya sambil memperhatikan Jungkook.
Alih-alih meneruskan jalan mereka, Jungkook malah melongokan kepalanya ke dalam kelas Eunji. Eunji dan beberapa temannya masih ada dikelas. Ririn yang menyadari adanya Jungkook didepan pintu kelasnya pun menyenggol bahu Eunji, "Itu ada Jungkook, kayaknya mau ketemu sama kamu."
"Yaudah ayok sekalian pulang." ucap Eunji sembari jalan keluar kelas, Ririn mengikuti disebelahnya.
Saat sampai didepan pintu, Eunji tanpa basa-basi bertanya pada Jungkook, "Nyari gue?" ucapnya.
"Bukan, nyari Ririn." jawab Jungkook, Ririn pun menunjuk dirinya sendiri sambil memasang wajah keheranan. "Ya lo lah, Ji." ucap Jungkook.
Taehyung hanya memperhatikan kedua makhluk itu dengan alis terangkat, sementara Ririn sedang menahan detak jantungnya karena disampingnya saat ini ada Taehyung.
"Ada apa Kuk?"
Jungkook menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Gue mau ngomong sesuatu. Tapi gak disini. Pulang bareng gue ya?"
"Mau kemana sih ler,"
"Ikut aja sih Ji." sela Ririn. Eunji mendelik pada Ririn, lalu mengalihkan pandangannya pada Jungkook lagi. "Yaudah ayo, lumayan irit ongkos."
"Berasa kang ojek pribadi." Jungkook mengusap-usap dadanya sendiri sambil memasang ekspresi (sok) sedihnya.
"Najis bego."
"Jangan galak-galak nanti lo sayang." balas Jungkook.
Taehyung berdeham. "Gue kayaknya mau ngontrak aja ke Mars."
KAMU SEDANG MEMBACA
Untrue
FanfictionLee Eunji merasa tidak ada yang namanya kebetulan. Setiap pertemuan pasti memiliki maksud tertentu, entah itu akan berdampak besar bagi kehidupan Eunji kedepannya atau hanya pertemuan biasa. "Eh tunggu. Nama lo.. siapa?" "Jeon Jungkook. Panggil gue...