Kaki Jungkook mempunyai tujuan yang berbeda dengan teman—temannya saat jam istirahat tiba.
Sedikit yang tahu, Jungkook selalu pergi ke taman belakang sekolah. Tempat itu terkadang sepi, namun sejenis sepi yang membuatnya nyaman.
Ia bahkan mempunyai spot favoritnya sendiri ditaman belakang sekolah, tempatnya duduk sekarang.
Jungkook mendongakkan kepala, melihat hamparan awan di atas sana. Pemuda itu menghela nafasnya seraya mengusap rambut. Biasanya Jungkook datang kesini untuk menenangkan pikirannya, karna ada sesuatu yang mengganggu pikiran Jungkook akhir—akhir ini.
Lomba dance-nya bulan depan, ujian tengah semester yang sebentar lagi di selenggarakan, bahkan Eunji. Bagaimanapun juga Jungkook ini masih muda. Ia tidak mau rambutnya rontok karena stress. Oke cukup, dia mulai berlebihan.
Jungkook sebenarnya masih bingung. Tentang Eunji. Dirinya tahu sendiri bahwa Eunji sedang sedih, sementara Haneul sendiri sudah memiliki kekasih dan secara tidak langsung memberi kesempatan pada Jungkook. Sebenarnya cukup mudah, Jungkook hanya perlu ada disamping Eunji. Menghibur atau bahkan memberinya semangat.
Perkara hati Eunji siapa yang tahu, bukan?
Tapi tidak, pemuda itu tidak berpikir demikian. Ada banyak pertanyaan di benaknya, seperti, Bagaimana jika dia tidak bisa memperlakukan Eunji dengan baik?
Ah tidak, tidak. Jungkook tidak siap jika melihat Eunji seperti beberapa waktu lalu.
Jadi ia sudah memikirkan matang—matang, bahwa ia hanya akan fokus pada ujiannya dan menghafal gerakan dance untuk lomba bulan depan.
"BOO!"
Jungkook yang sedang melamun seketika terlonjak. Mendapati Taehyung duduk di sisi kirinya. Taehyung sendiri cekikikan melihat kawannya seperti itu.
"Kaget gue, biawak!"
Taehyung menghentikan cekikikannya lalu bergumam, "Ya suruh siapa lo bengong mulu, kesambet jin iprit tau rasa."
Jungkook hanya mendengus. "Ngapain lo disini?"
"Nyari lo, yang lain juga. Abis tadi lo tiba—tiba menghilang gitu. Ternyata bener kan lo kesini."
"Hmm."
Taehyung menyikut lengan kiri Jungkook, "Ada apa sih, bro? Udah lama lo ngga kesini."
Jungkook menghela napasnya kasar. "Gue kepikiran mau pake tema apa untuk lomba dance bentar lagi."
"Survey membuktikan, lo selalu keliatan keren pake tema apapun. Apalagi kalo lo pake sexy dance, degem lo pingsan aslian, Kuk." Taehyung mengusap rahangnya, pura—pura berpikir. "Tapi dangdut kayaknya asoy."
Jungkook menjitak kepala Taehyung. "Kapan warasnya lo nyet."
Taehyung hanya tertawa kecil, sebentar. Sebelum kemudian Taehyung menatap Jungkook dengan pandangan lurus. Untuk orang yang biasanya terlihat usil dengan gurat wajah jenaka, tentu tatapan Taehyung kali ini sangat mendesak dan serius.
"Geli gue bego. Ngapain sih liatin gue sampe begitu?"
Itu tadi Jungkook. Baru saja merusak suasana.
Tapi Taehyung mengabaikannya.
"Jangan bohong. Lo lagi mikirin itu cewek toa masjid kan?"
"Maksud lo siapa?"
"Your Eunji lah, siapa lagi."
"Ngaco banget ini kutil cicak." Jungkook menahan diri agar tidak melemparkan sepatunya pada Taehyung.
Hening sepersekon kemudian, tapi Taehyung selalu mampu memecah keheningan dimanapun.
"Jadi bener?"
"Hmm."
"Lo pura—pura liat atau gimana sih Kuk? Lo kan tau sendiri kalo gebetan Eunji satu–satunya udah jadian sama cewek lain. Lo juga bukan tipe orang yang gampang nyerah kalau apa yang lo mau belum lo capai atau milikin."
Pada kenyataannya Jungkook memang seperti itu. Saat ia dengan Jimin ataupun Seokjin membuat taruhan—yang tentu saja semua mengarah pada hal yang positif,—Jungkook dengan sangat niat dan pantang menyerah pasti akan berusaha memenangkan taruhan itu. Tapi Eunji hanya... berbeda. Ia bukan barang, dan perasaan seseorang tidak bisa dipaksakan. Jungkook paham sekarang.
"Gue nggak ada rencana untuk nyerah sih, Tae. Cuman gue mau istirahat dulu sebentar. Biar Eunji tau dia gak perlu lari biar gue kejar."
Taehyung menepuk—nepuk pundak Jungkook heboh. "Woi alig nih quotes dari mana lo hafalin?"
"Goblok dah. Orang lagi serius juga."
"Fine, maaf." Taehyung menjeda ucapannya sejenak, lalu melanjutkan, "eh Kuk, gue boleh nanya nggak?"
"Boleh lah mumpung masih gratis."
Taehyung memutar kedua bola matanya seraya menatap Jungkook jengah. "Uhm, lo tau kan yang suka nempel–nempel sama si Eunji itu siapa?"
Jungkook mulai menatap Taehyung curiga. "Ririn maksud lo? Ada apa?"
"Lo punya id line nya nggak?"
"Jangan kerdusin Ririn. Dia nggak suka orang setengah waras kayak lo mah."
Tangan Taehyung gatal untuk tidak menggeplak kepala Jungkook. Sang empunya kepala hanya meringis.
"Katanya dia pinter. Gue mau minta ajarin fisika sama dia."
"Halah ngo—"
"Oh iya anjir!" Taehyung lebih dulu menyela ucapan Jungkook. "Lo tadi di cariin Yoongi!"
"Ada apaan?"
"Nggak tau. Tapi kayaknya penting. Buru gih lo cari daripad—eh anying tunggu gue!" Taehyung berteriak saat Jungkook tanpa ragu meninggalkan dirinya.
Taehyung berlari kecil untuk mengejar langkah Jungkook. Dua pemuda itu membelokkan langkahnya ke arah kantin, kemungkinan terbesar Yoongi dan yang lain masih ada disana. Mengingat waktu istirahat mereka masih cukup panjang.
Entah apa nasib sial apa yang sedang Jungkook dapatkan, tetapi ia melihat Yoongi. Sedang memberikan tatapan tajam kepadanya disamping gadis yang diam—diam sangat ia tunggu kehadirannya. Lee Eunji. Dan teman—temannya. []
A/N :
Hi, sekarang tanggal 28 oktober artinyaaa? saya nambah satu tahun umurnya. HAHA no just kidding. Selamat hari sumpah pemuda gaes.
Semoga masih pada kuat bacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untrue
FanfictionLee Eunji merasa tidak ada yang namanya kebetulan. Setiap pertemuan pasti memiliki maksud tertentu, entah itu akan berdampak besar bagi kehidupan Eunji kedepannya atau hanya pertemuan biasa. "Eh tunggu. Nama lo.. siapa?" "Jeon Jungkook. Panggil gue...