15. Eunji Baik-Baik Saja?

75 14 41
                                    

Jungkook melangkahkan kakinya pelan kedalam gerbang sekolahnya, kakinya berhenti melangkah tatkala dirinya menangkap sosok Eunji.

Pucat banget sih mukanya.

Jungkook kemudian mengikuti arah pandang Eunji, ternyata ditengah lapangan sedang ada Haneul. Jungkook mengepalkan tangannya.

"Brengsek."

Jungkook tidak ingin membuat kekacauan, jadi ia menahan agar tidak menciduk Haneul sekarang juga. Tadinya sih, Jungkook akan langsung hampiri Haneul dan menonjok mukanya. Lagian untuk apa nembak cewek didepan lapangan dan di tonton banyak orang? Such a attention seeker, pikir Jungkook.

Jeon Jungkook hanya memandangi Eunji dari tempatnya berdiri. Saat mata mereka bertemu, ia tersenyum. Kemudian Jungkook melangkahkan kakinya sampai didepan Eunji.

"Kalo lo mau nangis, nangis sepuasnya. Tapi selesai lo nangis, jangan nangis lagi. Gue gakmau liat lo nangis, jelek soalnya." ucapnya.

Jungkook meringis karna apa yang diucapkannya, ia tidak terlalu tahu bagaimana cara menenangkan orang yang sedang patah hati. Karena sejujurnya, ia pun sedang mengalaminya. Apalagi melihat orang yang menjadi alasannya begitu sedang merasakan hal yang sama.

Jangan di tanya kabar hatinya bagaimana.

Kalo keadaannya tidak seperti ini mungkin Jungkook akan tertawa melihat muka Eunji yang pucat dengan ekspresi yang sulit di artikan. "Jahat. Gue tau gue jelek hiks."

Eunji menangis, sungguh.

Ia menangis seraya memukul dada bidang Jungkook. Tanpa Eunji sadari, Jungkook mengepalkan tangannya. Jungkook tak apa menjadi pelampiasan rasa kecewa Eunji, tapi melihat gadis itu menangis? yang benar saja.

Jungkook menghela nafas pelan kemudian menarik pundak Eunji. Ia memeluk Eunji, membiarkan Eunji terisak dalam pelukannya.

***

Eunji menelungkupkan tangannya pada wajahnya sementara Ririn yang disampingnya hanya bisa geleng—geleng kepala dan menatap prihatin.

“Serius loh Eun, yang aku bilang kemarin itu cuman bercanda. Ternyata bener ya, ucapan itu doa.” ujar Ririn.

Selepas kejadian di lapangan tadi pagi, Eunji sungguh tidak bisa apa—apa. Kendati ia ingin menangis, tetapi ia tidak bisa—lagi. Hatinya terasa kosong.

"Ayo deh, ke kantin. Nanti aku traktir."

Sepersekon kemudian Eunji mendongakkan kepalanya pada Ririn.

Siapa sih yang tidak ingin gratisan? Ririn jadinya agak sedikit menyesal.

Gakpapa deh, sekali aja Rin. Biar Eunji ngga murung gitu, Ririn lagi kasih semangat ke dirinya sendiri. Gimana nggak? Uang saku Ririn untuk minggu ini aja sudah mau habis dan ia yakin orang tuanya tidak akan memberi uang lebih.

Keduanya melangkahkan kaki ke kantin.

Sepertinya pilihan ke kantin adalah hal yang salah. Dengan keadaan kantin yang sesak, Eunji masih dapat melihat jelas kearah meja yang sekarang sedang ditempati oleh orang yang menyebabkan mood–nya kacau hari ini.

Seolah semua sudah di rencanakan, Haneul tiba—tiba melihat keberadaan Eunji dan Ririn. Mengajaknya untuk duduk dimeja yang ia tempati.

Ririn meremas tangan Eunji. Sungguh, ada apa sih dengan hari ini? Ririn sudah cukup melihat sahabatnya seperti itu.

Lagipula Haneul itu sedang menggadaikan hatinya atau bagaimana, dia mengajak Eunji tetapi pacarnya sendiri sedang menggelendot manja di lengannya. Gila!

UntrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang