14. Rencana Penjelajahan

1.1K 200 35
                                    

Aku habis baca buku petualangan seru. Di buku diceritain ada anak kecil yang Ibu dan Bapaknya hilang. Dia sama temannya memutuskan buat menjelajah sekalian mencari Ibu dan Bapaknya. Ada beberapa benda yang di perlukan untuk penjelajahan, seperti ransel, kompas, sepatu, jaket, jas hujan, tenda, makanan dan minuman, uang dan tanda pengenal.

Sejujurnya, aku benar-benar tertarik untuk melakukan penjelajahan seperti orang-orang dalam buku. Tapi, saat ini aku nggak punya teman. Bahkan, saat aku nyaris menjelajah hutan pinus dan danau, aku dan Kikan malah terjebak hujan dan berakhir menginap di saung. Itu kayaknya karena aku kurang persiapan. Mungkin kalau kemarin-kemarin aku bawa alat-alat seperti yang di jelaskan di buku, aku dan Kikan sudah sampai di hutan pinus dan danau.

Sekarang kayaknya bakalan susah, deh, buat ngajak Kikan menjelajah. Soalnya kami nggak pernah ketemu dan nggak boleh ketemu. Kikan nggak pernah ke rumah Eyang Putri lagi, sementara aku nggak boleh keluar pekarangan rumah diluar gerbang. Jadi aku setiap hari kerjanya cuma duduk di gazebo, membantu Eyang Putri masak, ikut Eyang Jangkung ke kebun atau membaca buku di ruang baca milik Eyang Jangkung.

Sampai saat ini, Bu Guru Eli nggak pernah datang. Bunda, Tante Irma dan Om Ghani juga. Kayaknya mereka nyasar bareng. Jadinya nggak sampai kesini. Kasihan orang dewasa, mereka selalu lupa jalan dan nyasar.

"Bian," aku kaget saat Eyang Putri memanggilku. Buru-buru aku menutup buku penjelajahanku. "Ya, Eyang."

"Lagi baca buku apa?"

"Aku nggak baca buku, Eyang. Aku tadi melamun."

"Kenapa melamun?"

"Karena aku bingung."

"Bian bisa tanya Eyang kalau bingung."

"Kenapa Bunda, Tante Irma, Om Ghani sama Bu Guru Eli nggak pernah sampai kesini? Mereka nyasar bareng?"

Eyang Putri menggelengkan kepalanya. Dia mencium kepalaku. "Mereka masih sibuk di kota. Belum sempat kesini."

"Kalau Bian sakit mereka bakal kesini?"

"Nggak tahu, tapi, kayaknya lebih baik kalau Bian sehat. Jadi kita bisa main bareng."

Aku mengangguk setuju. Soalnya pas kemarin aku sakit juga Bunda ada di rumah Eyang cuma sebentar. Terus tau-tau hilang pas aku bangun tidur. Aku nggak mau itu terjadi lagi.

"Bian mau coba pie apel buatan Eyang?"

"Mauuu!!!"

*******

Usai makan pie apel buatan Eyang Putri, aku memutuskan untuk masuk ke kamar Bunda. Sekarang kamar Bunda di rumah Eyang Putri nggak menyeramkan lagi. Aku bahkan sudah bisa tidur disini. Cuma, kadang aku berpikir untuk mengubah warna cat nya agar lebih bagus atau mengganti kasur yang terlalu besar.

Tapi aku nggak pernah sempat bilang sama Eyang Putri maupun Eyang Jangkung karena Eyang selalu sibuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi aku nggak pernah sempat bilang sama Eyang Putri maupun Eyang Jangkung karena Eyang selalu sibuk. Jadi aku nggak sempat bicara.

Bunga-bunga mati dalam vas kadang-kadang membuatku takut, kadang mereka juga bergerak menari-nari seperti bunga hidup tertiup angin. Kayaknya cuma bunga-bunga ini yang bikin aku betah dan takut juga di dalam kamar.

Setelah mengamati bunga yang kali ini nggak mau menari, aku memutuskan buat melamun sambil melihat hujan. Di rumah Eyang Jangkung sering hujan. Mungkin karena di rumahku nggak pernah hujan, jadi hujannya turun disini semua.

Diantara hujan, aku melihat orang-orang berlari di kebun teh sambil menutup kepala mereka. Kayaknya ada Ibu Kikan juga disana. Soalnya kata Kikan, ibunya selalu memetik teh di kebun Eyang Jangkung.

Bicara soal Kikan, semenjak dari pasar desa, aku nggak pernah di perbolehkan keluar rumah lagi kecuali bersama Eyang Putri atau Eyang Jangkung. Mereka suka mengurungku di rumah. Atau kalaupun keluar, ya aku cuma boleh main di tempat yang terlindungi pagar. Selain itu nggak boleh. Padahal dalam buku petualangan yang tadi ku baca, seorang petualang harus berani keluar rumah. Tidak diam saja.

Aku menghela napasku bosan. Kayaknya mulai sekarang aku harus mempersiapkan peralatan untuk menjelajah sebelum mengajak Kikan pergi.

*******

"Bian, Eyang besok mau ke Kota. Kamu mau ikut?"

Aku langsung mengangguk, kemarin kata Eyang Putri, Bunda, Om Ghani, Tante Irma dan Bu Guru Eli ada di kota. Sepertinya kali ini aku akan bertemu Bunda lagi.

"Di kota ada Bunda, kan, Eyang?"

"Ada, tapi kita nggak ke kota nya Bunda." Jawaban Eyang Jangkung cukup membuatku kecewa. Dengan tertunduk lesu aku bertanya, "terus, kita ke kota mana?"

"Kita bakal ke Bandung." Sahut Eyang Putri.

"Memang di Bandung nggak ada Bunda?"

"Non, Bunda ada di Jakarta. Nanti kalau sempat, Eyang hubungi Bunda buat nyusul, gimana?"

"Bunda tahu jalan ke Bandung?"

Eyang Putri mengangguk, "Bunda nggak lupa jalan ke Bandung? Nggak nyasar?"

"Nggak Bian, tenang aja. Nanti Eyang kasih tahu Om Ghani biar nggak pada nyasar, gimana?"

"Oke Eyang!" Sahutku sambil tersenyum lebar.

*******

Pendek sih. Yang penting apdet ya wkwk 😂 selamat Sabtu Malam! 😘

Pss : jan doa aneh2 yha jombs. Gw gamau keujanan di jalan 😉😂

Strawberry CheesecakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang