10. Ada Bunda

1.2K 228 25
                                        

Aku nggak tahu sekarang jam berapa, kepalaku rasanya pusing. Terus mulutku pahit. Aku ingin memanggil Bunda, tapi aku ingat, kalau ini di rumah Eyang Putri dan Bunda nggak ada disini. Aku akhirnya diam saja, walaupun badanku rasanya nggak enak. Aku nggak bisa teriak karena ini malam, yang suka teriak malam-malam itu anjing Pak Nugi. Bukan aku. Aku juga mau nangis, tapi aku bukan anak kecil. Jadi, aku nggak boleh nangis.

Aku memutuskan untuk tidur lagi dan merapatkan selimutku. Malam ini dingin banget. Nggak seperti malam kemarin.

Di dalam selimut, aku menemukan Chruz si mobil yang dibawa oleh teman Bunda. Aku nggak ingat kapan membawa Chruz ke rumah Eyang Putri. Yang jelas sekarang Chruz ada disini. Ada Chruz, Skylar, Gaeli, dan Gordon. Mobil-mobilanku ada disini semua!

Lama kelamaan, di dalam selimut jadi terang dan luas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lama kelamaan, di dalam selimut jadi terang dan luas. Aku merasa pulang ke rumahku dan Bunda.

Di dalam selimut, Bunda sedang merentangkan tangannya lebar-lebar, bersiap memelukku. Aku mendekatinya dan memeluk Bunda.

"Bunda, mulutku pahit. Nggak enak rasanya," aku membuka mulutku dan Bunda melihatnya. "Kayaknya, Bian harus ngemut jempol deh, biar gak pahit. Jempol Bian manis. Cobain, deh."

Aku mengikuti ucapan Bunda. Bunda benar, jempolku manis. Aku suka rasa jempolku.

"Bunda, kepalaku masih pusing. Gimana dong?"

"Sini, tiduran di paha Bunda," aku kembali mengikuti ucapan Bunda. Bunda mengelus rambutku dan bercerita tentang Simpleton dan Angsa Emas, sama seperti dongeng yang di ceritakan Eyang Putri.

"Bunda hari ini nggak lupa, kan? Bian sayang Bunda."

******

"PAPAAAA!!!" Teriakan Eyang Putri masih bisa ku dengar, tapi aku beneran lemas sekali. Aku nggak bisa ngapa-ngapain selain diam di balik selimut.

"Kenapa, Ma?"

"Brian jatuh dari kasur!" Eyang Putri membuka selimutku, lalu memelukku. "Badannya panas banget! Ini pasti gara-gara kalian hujan-hujanan kemarin!"

"Papa mau telepon dokter dulu,"

Aku melihat Bunda tiba-tiba keluar kamarku. Bunda cuma senyum, nggak ngomong apa-apa. "Bunda ...."

"Kenapa Bunda, Bian? Ini Eyang Putri."

"Bunda jangan pergi ...."

Eyang Putri memelukku erat sekali. Aku lemas dalam pelukan Eyang Putri. Bunda juga pergi. Aku ingin nangis. Tapi, Eyang Putri malah nangis duluan.

"Bian mau ketemu Bunda?"

"Bunda ...."

"Nanti Bunda kesini sama Om Ghani, Bian tunggu sebentar, ya."

Aku nggak ngerti kenapa Bunda harus kesini dengan Om Ghani, padahal sejak semalam Bunda menemaniku tidur dibawah selimut.

******

Strawberry CheesecakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang