Bagian 16

2K 65 0
                                    

Semenjak status mereka resmi menjadi sepasang kekasih, dhefin dan erlinda semakin terlihat selalu bersama. Walaupun sebenarnya erlinda tak mau, tetapi ia harus menurut karena ini demi misi yang telah direncanakannya. Sepertinya misinya akan berhasil karena perlahan alex mulai menjauhi erlinda dan tidak pernah menghubunginya lagi.

Seperti sekarang, mereka sedang berada di sebuah restoran. Sepulang sekolah tadi, dhefin segera menjemput erlinda di sekolahnya karena ia ingin makan siang bersama erlinda.

Dhefin juga sudah mengetahui semua masalah yang menimpa keluarga erlinda. Termasuk sikap erlinda kepada mama dan adik kembarnya.

"Lo masih belum mau mengubah hati
lo ?"tanya dhefin. "Maksud lo ?" tanya erlinda. "Lo gak ada niatan buat ubah sikap lo jadi kaya dulu lagi gitu ?"tanya dhefin.

"Gue udah sempet fikirin itu, tapi gue bingung mulai dari mana." ucap erlinda jujur. "Seharusnya lo gak bersikap kaya gini, dengan menutup diri lo. Apa semua masalah bakalan kelar ? Nggak. Justru karena adanya masalah, kalian tuh harus saling menguatkan satu sama lain. Life must go on."ucap Dhefin.

Erlinda tak membalas kata-kata dhefin, ia mencerna baik-baik kata-kata dhefin. "Keluarga tetep no.1"lanjut dhefin.

"Terus gue harus gimana ? Gue bingung, masalah itu bikin gue trauma. Trauma buat deket sama cowok, gue takut nanti kalo gue punya cowok lagi bakalan nyakitin gue kaya papa nyakitin mama. Contohnya alex."Ucap Erlinda.

"Lo coba deket sama mereka lagi. Buka hati lo buat mereka lagi, mereka itu keluarga yang lo punya."Ucap Dhefin.

"Lo bener fin, gue gak boleh kaya gini. Gue harus bisa lindungi mama sama Erinna. Karena gue cuma punya mereka."ucap erlinda.

Dhefin tersenyum ke arah erlinda, ternyata gadis ini tak seburuk yang difikirnya. Gadis ini terlihat kuat karena tak ingin dianggap lemah dengan masalah yang sedang dihadapinya. Apakah dhefin mulai menyukai gadis ini ?

"Kita pulang. Udah sore."ucap dhefin. Erlinda hanya mengangguk. Mereka berjalan meninggalkan restoran tersebut.

Flashback on

9.00 p.m

Erlinda sudah berimajinasi dalam mimpinya. Namun, seseorang mengetuk pintu kamarnya dengan sangat keras. Sehingga menghancurkan imajinasinya.

"Kak alin..bangun kak, kak bangun.."Ucap seorang gadis kecil. "Apa sih rin ?"ucap erlinda sambil mengumpulkan seluruh kesadarannya.

Ia pun berjalan menuju pintu dan membukanya. Tampaklah seorang gadis yang berwajah mirip dengannya menunjukkan wajah cemas. "Kak, papa dateng ke rumah dan langsung marah-marah sama mama."Ucap Erinna.

Sontak, Erlinda membulatkan matanya. Akhir-akhir ini papanya memang jarang sekali pulang ke rumah. Erinna dan erlinda tidak tahu alasannya kenapa, namun mama selalu bilang kalau papa sedang sibuk.

"Aku takut kak."Ucap Erinna dengan mata yang dipenuhi dengan cairan bening yang siap meluncur dari kedua kelopak matanya. "Lo diem di sini dulu." Ucap Erlinda berusaha menenangkan sang adik.

Erlinda memang sempat mendengar perdebatan diantara kedua orang tuanya. "Kamu mau kemana sih ? Kamu mau ninggalin anak-anak ?"Erlinda tahu persis itu adalah suara mamanya.

Sementara itu, Erinna sedang terisak dengan kedua tangan yang menutupi telinganya. "Kamu gak perlu tau urusan saya. Saya akan urus perceraian kita."

Mendengar kalimat yang dilontarkan papanya, Erlinda tak kuasa menahan tangis. Air mata yang sejak tadi ditahannya kini mulai membasahi pipinya. Ia sangat kaget mendengar ucapan papanya. Erinna semakin menangis bahkan kini tangisannya mulai mengeluarkan suara.

Erinna dan erlinda tidak tau masalah antara papa dan mamanya. Selama ini papa dan mamanya selalu terlihat harmonis, bahkan tidak pernah bertengkar seperti ini.

Sejak saat itu, Erlinda sangat kecewa dengan kedua orang tuanya apalagi papa. Erlinda mengira keluarga ini akan semakin hancur berantakan. Satu per satu mulai menghilang dan sibuk dengan urusannya masing-masing.

Maka dari itu, Erlinda telah mempersiapkan tembok kokoh di dalam hatinya agar ia bisa menerima jika suatu saat nanti keluarga ini tidak akan kembali seperti dulu. Namun, dugaannya salah. Salah besar.

Flashback off

"Lo kenapa sih ? Dari tadi ngelamun mulu. Kita udah sampe juga lo ga sadar."Ucap dhefin

"Hah ? Kita udah nyampe fin ?" tanya Erlinda kebingungan. "Iya, kita udah sampe dari tadi. Lo mikirin apa sih ? Mikirin gue ? Ga usah sampe segitu nya kali, gue gak akan ninggalin lo."Ucap Dhefin dengan percaya diri.

"Idih geer banget sih lo. Udah ah gue mau masuk. Lo mau mampir dulu gak ?"tanya Erlinda. "Ngga usah. Titip salam aja buat tante dewi sama Erinna."Ucap Dhefin. "Oke."balas Erlinda hendak membuka pintu mobil, namun kegiatannya terhenti karena ada sebuah tangan yang menahan pergelangan tangannya.

Erlinda pun menoleh dan melihat Dhefin sedang tersenyum manis kepadanya. "Ada yang lupa."Ucap Dhefin. Erlinda mengerutkan keningnya bingung. Namun, kebingungan Erlinda kini tergantikan dengan terkejut.

Tangan Dhefin terulur untuk mengacak poni Erlinda. "Bye sayang."Ucap Dhefin. Erlinda hanya tersenyum kikuk. "Emm..iya bye..."ucap erlinda. Setelah itu ia keluar dari mobil Dhefin dan segera masuk ke dalam rumah.

"Lo cewek misterius yang pernah gue kenal, tapi gue sayang. Lo cewek jutek, tapi gue suka. Gue bakal pertahanin lo dan gue akan bikin hubungan ini bukan pura-pura lagi."Ucap Dhefin.

Ia pun melajukan mobilnya keluar dari rumah Erlinda. Sementara itu di kamar Erlinda, ia sedang memegang dadanya yang sedang berdetak tak karuan.

Entah kenapa setiap Dhefin memberikan perlakuan manis kepadanya, jantung Erlinda selalu berdetak lebih cepat. Apakah ia mulai menyukai Dhefin ? Ah tidak, tidak mungkin ia hanya menganggap Dhefin sebagai teman tidak lebih. Ia tidak boleh memiliki perasaan kepada Dhefin.

Terima kasih sudah baca cerita ini...
Jangan lupa vote dan comment

My Twin Sister (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang