Bagian 27

1.7K 49 2
                                    

"Aahhh..." teriak seorang pria paruh baya. Pria itu terlihat sangat frustasi. "Kalo gini terus kamu bisa bangkrut."Ucap seorang wanita yang tampak lebih muda darinya.

"Aku tahu. Tapi harus gimana lagi ? Aku udah utang sana sini, tapi masih aja kaya gini."Ucap pria tersebut. "Aku gak mau tau, pokoknya kamu harus pikirin cara biar perusahaan kamu gak bangkrut. Karena aku gak mau hidup susah."Ucap wanita itu.

Si pria diam tak menjawab. Dia lebih memikirkan cara agar perusahaannya tak bangkrut. "Kamu minta tolong dong sama keluarga kamu yang dulu."Ucap wanita itu. "Keluarga ? Bagaimana kabar mereka ?

"Alah udah deh.. Gak usah sok-sok an nanyain kabar mereka. Toh dulu kamu yang ninggalin mereka. "

"Aku punya ide biar perusahaan kamu gak bangkrut."

"Apa ?"

Wanita itu pun membisikkan rencana tersebut kepada si pria paruh baya.

***

Tok...Tok...

"Rin tolong bukain pintu. Ada tamu tuh, kayaknya dhefin."Ucap mama. "Huh, kebiasaan deh tuh anak. Pasti mau ikut sarapan." Ucap erlinda. "Huss..gak boleh ngomong kaya gitu lin."Ucap mama.

Erinna pun bergegas untuk membuka pintu. Namun, setelah ia membuka pintu. Betapa terkejutnya ia melihat seseorang yang datang ke rumah ini. Ia dibuat mematung melihat sosok di hadapannya.

"Ada siapa rin ?"ucap mama. Tak ada jawaban dari erinna. "Loh ? Erinna kemana sih ? Lin coba kamu liat dulu."Ucap mama. Erlinda pun bergegas. Ekspresi yang sama ditunjukkan erlinda saat melihat seseorang yang datang ke rumahnya.

Namun dengan cepat, ia merubah ekspresi wajahnya menjadi ekspresi penuh kebencian.

"Ada perlu apa anda datang lagi kesini ?"ucap erlinda dingin. Erinna kaget, sejak kapan erlinda berada di belakangnya.

Pria paruh baya itu tersenyum. "Kalian sudah besar, kalian tumbuh menjadi gadis yang cantik."Ucap pria itu. "Jika tidak ada hal penting, silahkan anda keluar dari rumah ini."Ucap erlinda tegas.

"Papa kangen sama kalian."Ucap pria tersebut. Ya, pria itu adalah andi. Ayah erinna dan erlinda yang meninggalkan mereka.

"Papa? Anda tidak pantas mendapat sebutan papa."balas erlinda. "Papa tau papa salah. Papa minta maaf, karena papa sudah meninggalkan kalian dan juga mama."Ucap andi.

Dewi yang merasa kedua anaknya masih berada di depan pintu, segera menghampiri mereka. Berbeda dengan ekspresi kedua anaknya.

Kedua kelopak matanya justru hampir tertutupi oleh cairan bening yang siap meluncur bebas di pipinya. Hatinya terasa sakit. Namun, dengan cepat ia menghapus cairan bening tersebut, ia ingin terlihat tegar di depan kedua anaknya.

"Maaf, ada perlu apa anda datang kesini ? Apakah anda ingin mengambil rumah ini juga? Kami sudah siap meninggalkan rumah ini sekarang juga."Ucap dewi. Erinna dan erlinda menoleh ke belakang. Mereka segera menghampiri dewi dan memeluknya erat. Mereka ingin memberi kekuatan kepada mama.

"Dewi ? Kamu apa kabar ?"ucap andi. "Erlinda, erinna kalian kemas barang-barang kalian sekarang juga."Ucap dewi. Tak ada pilihan lain, erinna dan erlinda juga tak tau mereka akan tinggal dimana.

"Bukan seperti itu. Kalian tidak perlu meninggalkan rumah ini." Ucap andi. "Lalu apa maksud anda datang ke rumah ini lagi ?" tanya dewi. "Mungkin kita bisa bicarakan di dalam."Ucap andi.

Mereka semua sudah berkumpul di ruang tamu. Bertanya-tanya maksud kedatangan andi. "Rumah ini masih seperti dulu. Kamu merawat rumah ini dengan baik."Ucap andi sambil memperhatikan keadaan rumah tersebut.

"Langsung ke intinya saja, apa maksud anda datang kesini ?" ucap dewi berusaha tegas, meskipun ingin sekali ia menangis saat ini juga. "Saya boleh menjadi mantan suami kamu. Tapi, saya bukanlah mantan ayah mereka. Saya masih berhak mendidik mereka. Saya masih berhak untuk bertemu mereka."Ucap andi.

"Ya, kamu memang masih berhak bertemu mereka. Tapi, jika kamu menyakiti mereka saya tidak akan tinggal diam." Ucap dewi.

"Saya ingin erinna tinggal dengan saya. Erinna mau kan tinggal sama papa ?"tanya andi. Erinna menatap mata dewi. "Tidak, anda tidak boleh bawa mereka. Salah satu dari mereka tidak ada yang boleh tinggal dengan anda."Ucap dewi.

"Saya tidak tanya kamu, kamu tidak usah ikut campur urusan saya."bentak andi kepada dewi. Melihat itu, erlinda tidak boleh tinggal diam. "Anda tidak berhak untuk memarahi mama saya. Sebenarnya anda sudah tidak berhak datang lagi kesini. Karena kami sudah bahagia tanpa anda."Ucap erlinda.

"Bagaimana pun juga saya adalah papa kamu. Kamu harus menghormati saya."Ucap andi emosi.

Erlinda tersenyum sinis. "Jadi anda ingin dihormati ? Untuk apa saya menghormati anda, jika anda saja tidak bisa menghormati perempuan."Ucap erlinda tajam.

Andi hanya diam tak menjawab. "Anda tidak bisa menjawab kan ? Jadi, Tuan andi, dengan hormat anda bisa meninggalkan tempat ini sekarang juga."Ucap erlinda.

Dengan penuh amarah, andi meninggalkan rumah itu. Dan mempersiapkan rencana yang lain, agar perusahaannya tidak bangkrut.

Setelah andi keluar dari rumah ini. Dewi tak bisa menahan air matanya lagi. "Ma, mama jangan nangis. Ada aku sama kak erlinda yang selalu jaga mama." Ucap erinna.

"Mama cuma takut kehilangan kalian."Ucap dewi. "Mama gak perlu takut, kita gak akan tinggalin mama."Ucap erlinda.

"Makasih ya. Kalian sudah mengerti keadaan mama. Maafkan mama yang tidak bisa mencukupi kebutuhan kalian. Maafkan mama karena kalian harus hidup sederhana."Ucap dewi.

"Mama gak salah. Justru kita bangga punya mama. Mama adalah wanita yang kuat. Mama sudah mendidik kita menjadi mandiri. Terima kasih ma. I Love You Mom."Ucap erinna.

Mereka pun berpelukan, seolah saling memberi kekuatan.

Terima kasih sudah membaca
Jangan lupa Vote dan comment

My Twin Sister (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang