Bagian 46

1.7K 41 1
                                    

Jenazah erinna siap dibawa ke rumah duka. Seorang suster menghampiri mama dan mereka tampak berbincang serius. Suster dina memberikan secarik kertas kepada mama. Mama membaca kertas itu sambil bercucuran air mata.

Mungkin saat seseorang membaca surat ku, aku sudah tidak ada di dunia ini.
Aku sangat berterima kasih kepada suster dina karena telah menyampaikan surat ini.
Aku memohon agar kelak jika aku pergi, kalian semua jangan menangisi kepergian ku karena aku akan sangat sedih.
Percayalah bahwa aku lebih tenang disini.
Aku hanya ingin meminta maaf karena aku selalu merepotkan semuanya.
Keinginan terakhirku adalah bertemu dengan papa dan kak dhefin.
Tapi jika keinginanku itu tak terwujud, aku ingin siapapun yang membaca surat ini untuk menyampaikan permohonan maaf ku kepada papa.
Dan untuk kak dhefin, aku ingin mendonorkan mataku ini untuknya.
Harapannya masih panjang, dan kak dhefin sangat membutuhkan mata ini.
Setidaknya mata ku masih hidup dalam tubuh kak dhefin.
Setidaknya aku masih bisa melihat kalian dalam raga kak dhefin.
Aku harap kalian menyetujui permintaan terakhir ku.

Tertanda,
Erinna Tasanee

***

Erlinda sudah tau semuanya, erinna memang sudah lama mengetahui kabar dhefin. Itu semua berkat bantuan suster dina. Mendengar itu erlinda sangat sedih. Lagi-lagi keputusannya salah. Ia hanya bisa menyesal sekarang.

Sebelum jenazah diantarkan ke kediaman keluarga. Erinna dimasukkan ke ruang operasi terlebih dahulu untuk pengambilan organ mata yang akan didonorkan kepada dhefin.

Keluarga hanya bisa menuruti kemauan terakhir erinna.

***

Pemakaman erinna berjalan dengan semestinya. Semuanya tak kuasa menahan tangis saat jenazah erinna dikebumikan. Dan kini tinggalah erlinda dan dhefin disini.

Keduanya sama-sama terdiam dengan mata yang terpaku pada makam erinna.


"Ekhem."

Sontak erlinda dan dhefin segera menghadap ke belakang dimana suara itu berasal.

"Papa?"ucap erlinda. Andi maju untuk mendekati makam anaknya. Air matanya sudah tak terbendung lagi. Ia menangis di pusara anaknya.

"Maafkan papa nak, papa sudah sangat tega kepada kamu. Papa sangat menyesal sekarang, papa tidak akan memaafkan kesalahan papa sampai kapan pun."ucap andi.

Ia sudah kehabisan kata-kata. Tapi satu kata yang dapat mewakili andi saat ini yaitu "menyesal".

Perlahan erlinda mendekati papanya meski masih ada keraguan dalam dirinya tapi ia harus menyampaikan pesan ini kepada papanya.

"Pa, erinna bilang dia minta maaf sama papa karena belum bisa jadi anak yang papa harapkan."ucap erlinda.

Mendengar itu tangis andi semakin pecah. "Papa yang sangat bersalah sama kamu nak. Gara-gara papa kamu jadi seperti ini."ucap andi.

Erlinda yang melihat itu menjadi tak tega kepada papanya yang terus-menerus menyalahkan dirinya sendiri.
"Udah pa, aku yakin erinna pasti udah maafin papa kok."ucap erlinda mencoba meyakinkan papanya.

"Kalian memang anak yang hebat, papa bangga sama kalian. Erinna, papa tinggal dulu ya karena papa gak bisa lama. Tapi papa janji begitu papa bebas dari penjara, papa akan sering mengunjungi kamu."ucap andi.

Andi juga pamit terhadap erlinda dan dhefin yang memilih diam sejak kedatangan andi. Erlinda melihat punggung papanya yang menjauh, ternyata ada beberapa petugas kepolisian yang menunggu papa disana dan siap untuk kembali mengantarkan papa ke balik jeruji besi.

Tak lama erlinda dan dhefin pun segera meninggalkan pemakaman.

***

Suasana rumah erlinda masih ramai. "Lin kalo lo mau nyamperin tante Dewi gapapa kok, kasian tante dewi butuh lo."ucap dhefin. "Gapapa nih gue tinggal?"tanya erlinda memastikan. "Dhefin biar sama gue aja lin."ucap andhika menimpali. Erlinda hanya mengangguk lalu segera beranjak masuk ke dalam rumah menemui mamanya.

Dan ternyata mamanya masih saja menangis sambil ditemani githa, adena dan tante erna. Melihat itu, erlinda juga menjadi tak tega, cairan bening itu meluncur lagi di pipi erlinda. Namun, ia segera menepisnya.

Begitu berada di hadapan mama erlinda segera memeluk mamanya. "Ma, mama jangan nangis terus dong. Erinna pasti bakal sedih kalo mama gini terus."ucap erlinda. "Lin, mama yang salah disini. Mama gak bisa jagain erinna, mama emang bukan ibu yang baik."ucap dewi. Mendengar itu erlinda tak kuasa menahan tangisnya.

"Mama jangan ngomong gitu, alin sama arin bangga banget punya ibu yang hebat kaya mama. Mama disini masih punya alin. Mama harus ikhlasin arin."ucap erlinda.

"Agit janji tante, akan sering sering dateng ke rumah tante biar tante gak ngerasa kesepian. Tante masih bisa anggap agit anak tante, gimanapun juga agit kan sahabat erinna dan erlinda dari kecil."ucap githa.

"Saya memang belum terlalu mengenal erinna. Tapi entah mengapa saya juga merasakan kehilangan yang teramat dalam. Tante jangan terpuruk terus, kasihan erinna. Masih ada erlinda, githa, dan saya jika tante merasa kesepian."adena menimpali.

Erlinda tersenyum hangat. Ia sangat terharu mendengar penuturan sahabat-sahabatnya. Ia berjanji akan menjadi lebih baik lagi untuk orang-orang yang dicintainya.

Terima kasih sudah membaca
Jangan lupa vote dan comment

My Twin Sister (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang