Bagian 12

2.2K 67 0
                                    

Erlinda dan Adena sudah sampai terlebih dahulu di rumah Erlinda. Rumah Erlinda terlihat sepi karena mungkin mamanya masih di toko roti dan Erinna mungkin belum pulang.

"Rumah lo sepi amat lin."ucap Adena begitu memasuki rumah besar yang didominasi cat berwarna putih.

Belum sempat Erlinda menjawab pertanyaan Adena, ia sudah berkata lagi "Gila, rumah lo gede banget lin. Gue ga nyangka lo punya rumah segede ini."ucap Adena takjub.

"Kita mau latihan di mana nih lin ?"tanya Adena. "terserah."ucap Erlinda sambil merebahkan tubuhnya di sofa.

"Lin gue haus nih. Lo gak mau ngasih gue minum ? Gue kan tamu."ucap Adena sambil mengibas tangan di depan mukanya. "Lo ambil aja sendiri. Gue capek."balas Erlinda.

Adena pun berjalan malas menuju dapur. Ia sedikit kebingungan mencari letak dapur, tetapi akhirnya ia bisa menemukan setelah menyusuri rumah Erlinda.

Adena datang dengan membawa dua gelas sirup. "Katanya mau latihan nyanyi, tapi kok malah minum yang kaya gitu."ucap Erlinda saat melihat kedatangan Adena.

"Emangnya kenapa ? Gue haus banget lin."ucap Adena. "Mmm, setau gue sih kalo mau nyanyi jangan minum yang kaya gitu. Air putih lebih baik."ucap Erlinda bijak.

"Lo tau dari mana ? Tumben lo tau yang kaya begitu. Otak lo kan cuma mentok di kimia, matematika, fisika sama karate."ucap adena.

Erlinda jadi ingat kenangan masa kecilnya. Jika Erinna akan mengikuti perlombaan menyanyi, Erlinda akan menggodanya dengan menawarkan minuman dingin. Dan saat itu juga Erinna marah dan merengek pada mama. Ah, ia sangat merindukan masa-masa itu.

"Udah lah ga penting. Kita mulai sekarang."ucap Erlinda. Mereka pun mulai latihan menyanyi, mereka akan membawakan lagu Flashlight dari Jessy J.

Sementara itu, di tempat lain..

Erinna dan gita sudah sampai di tempat yang mereka tuju. Mereka pun segera mencari tempat yang nyaman untuk bercerita.

"Git salah ngga sih kalo aku berharap perhatian kak Dhefin ke aku tuh lebih dari sekedar adik ?"Erinna memulai pembicaraan.

"Menurut gue sih...ngga salah. Karena kak Dhefin tuh perhatian banget sama lo. Gue juga baper kalo dikasih perhatian kaya gitu dari seorang cowok. Lo mulai suka ya sama kak Dhefin ?"tanya gita menyelidiki.

"Aku juga masih bingung git sama perasaan aku. Tapi, kak Dhefin berhasil buat aku senyum karena salah tingkah. Dia tuh berhasil buat aku senyum-senyum sendiri karena mikirin dia. Apa aku suka sama kak Dhefin ?"tanya Erinna ragu-ragu.

"Lah kok tanya gue ? Itu kan perasaan lo, lo yang rasain. Tapi nih ya, menurut penjelasan yang gue denger dari mulut lo tadi. Lo udah jatuh cinta sama kak Dhefin."ucap gita tegas.

"Kalo aku beneran jatuh cinta sama kak Dhefin, aku harus menghilangkannya sebelum rasa itu tumbuh lebih besar."ucap Erinna lirih.

"Kok gitu sih ? Kak Dhefin juga kayanya suka sama lo. Belum dicoba kok udah mundur duluan? Ngga asik lo."ucap gita.

"Masalahnya git, kak Erlinda suka sama kak dhefin."ucap Erinna. Pernyataan yang begitu singkat, tetapi mampu membuat gita melongo.

"WHAT ?"tanya gita. "Kok Erlinda bisa langsung suka sama kak Dhefin. Emang mereka udah saling kenal ? Setau gue, lo sama Erlinda tuh susah banget buat jatuh cinta. Gak gampang buat para cowok ngambil hati lo sama Erlinda. Tapi kok Erlinda gampang banget suka sama Dhefin ?"tambah gita.

"Ngga tau juga. Yang jelas, aku gak mau berpikiran negatif sama kak Erlinda."balas Erinna. Gita tidak membalas perkataan Erinna, ia masih mencerna pernyataan Erinna tadi.

"Lo yakin pilihan yang lo ambil udah tepat ?"tanya gita,setelah terjadi keheningan sejenak diantara mereka.

Erinna hanya mengangguk pasrah, ia berusaha yakin dengan pilihan yang ia ambil. "Lo gak usah bohong sama perasaan lo sendiri. Gue tau lo gak rela kalo kak Dhefin sama Erlinda."ucap gita.

"Ya udah deh git. Aku pulang dulu. Aku cuma mau cerita itu doang kok. Kamu mau mampir dulu ?"tanya Erinna.

"Oh..ya udah hati-hati ya,bye..kayanya gue gak mampir ke rumah lo dulu deh, titip salam aja buat tante dewi."ucap gita.

Erinna pun segera berlalu meninggalkan gita yang masih duduk di bangku taman. Setelah punggung Erinna tak lagi terlihat oleh pandangan gita, ia pun memilih untuk beranjak menuju mobilnya. "Baik banget sih tuh anak. Selalu aja ngorbanin dirinya buat kebahagiaan orang lain. Semoga lo dapet yang lebih baik dan lebih pantes buat lo."batin gita.

Rumah Erlinda dan Erinna

Erinna melihat ada sebuah mobil terparkir di garasi rumahnya. Mungkin sedang ada tamu di dalam. Tetapi, siapa ? Erinna tidak pernah melihat mobil ini datang ke sini sebelumnya.

Namun, saat ia memasuki rumahnya. Terlihat sepi, seperti tidak ada orang. Tetapi, ia mendengar sedikit kegaduhan di lantai dua. Mungkin itu teman kak Erlinda. Erlinda memang jarang membawa teman sekolahnya ke rumah. Bahkan tidak pernah semenjak SMA.

Erinna pun segera berjalan menuju kamarnya di sebelah kamar erlinda. Ia lalu mengerjakan soal-soal latihan yang tadi diberikan oleh gurunya untuk dikerjakan di rumah.

Kebiasaan Erinna saat sedang belajar, ia harus menyediakan air putih. Ia segera beranjak turun menuju dapur, untuk membawa air putih.

Di dapur, ia melihat seorang gadis yang sebaya dengannya. Namun, nampak asing bagi dirinya. Sepertinya itu teman Erlinda.

"Ada yang bisa dibantu ?"tanya Erinna sopan. Karena melihat teman Erlinda sedang celingak-celinguk nampak mencari sesuatu.

Mendengar seseorang sedang berbicara kepadanya, sontak Adena menengok ke belakang.

Adena membulatkan matanya sempurna."Astaga...Lo pasti adeknya Erlinda. Gila !! Mirip banget."ucap Adena heboh, sampai-sampai Erlinda pun menyusul menuju dapur.

"Ada apa sih ? Heboh banget deh lo.."ucap Erlinda kesal. Saat melihat kehadiran Erlinda, Adena semakin heboh.

"Lin ini adek kembar lo ? Mirip banget lin..gak ada bedanya."ucap Adena. Erinna hanya bisa memberikan tampang bingung kepada Adena. "Kok kak Erlinda bisa punya temen yang kaya gini ?"batin Erinna.

Erlinda hanya memutar bola matanya malas. Heran dengan tingkah sahabatnya yang sangat lebay itu. Ia pun memilih untuk kembali ke kamarnya.

"Nama lo siapa ?"tanya Adena. "Erinna kak."ucap Erinna sambil tersenyum malu dan mengulurkan tangannya. "Yaelah gak usah bilang kak dong..kita kan seumuran. Gue adena."balas Adena sambil menerima jabatan tangan Erinna.

"Kalian kembar tapi sifat kalian beda banget. Kaya langit dan bumi."ucap Adena heran. Erinna hanya membalas dengan senyuman canggung.

Terima kasih sudah baca cerita ini...
Jangan lupa vote dan comment

My Twin Sister (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang