Berlin, 10. #2

16 1 1
                                    

"Sudah pulang kak?" Tanya Aliya padaku dengan tangan berisi nampan yang diatasnya terdapat 4 cangkir minuman.

"Eh? Iyanih.." aku langsung melepas bootsku dan meletakkan nya pada rak sepatu. Aku berusaha untuk tetap tenang, meski aku mengetahui siapa yang datang kali ini.

Ketika aku baru masuk keruang tamu, tampak Raynar terkejut akan kedatangan ku. Sedangkan yang lainnya tetap tenang melihatku dan Aro melemparkan senyum kearahku. Aku langsung membalasnya, entah senyum yang kuberikan itu terkesan kaku atau bagaimana yang penting aku sudah membalas.

Rasanya saat ini aku tidak bisa menahan keterkejutan ku. Sudah jelas mengapa mereka bisa berada di apartment Aliya. Yang pasti, Aro adalah guru private Aliya. Dua orang lainnya mungkin memang sudah biasa menemani Aro mengajar? Entahlah aku tidak begitu yakin. Saat ini aku merasa benar-benar malu. Tidak tahu alasannya kenapa. Hanya malu.

"Zhetta?" Reynar menyapaku. Tidak, itu lebih cocok disebut sebagai sapaan untuk memastikan apakah benar aku adalah Zhetta yang di maksudnya.
"Iya, aku zhetta." aku menjawab dengan sedikit tersenyum padanya serta beberapa kali anggukan kepala.
"Ternyata housefam mu adalah Aliya? Kenapa tidak mengatakannya dari kemarin? Aku bisa membantumu."
"Kau kan tidak bertanya padanya. Memangnya cuma satu Aliya di Berlin ini?" Aro menanggapi ucapan Raynar barusan.
"Aku pun tidak berfikir waktu itu untuk menyebutkan nama dari housefamku."
"Kalian sudah saling mengenal? Apa mereka yang membantu mu sewaktu tersesat kemarin kak?" Aliya sepertinya membutuhkan penjelasan. Dia sudah tampak cukup kebingungan dengan situasi tidak terduga kali ini.
"Iya, mereka yang membantuku kemarin."
"Kavi lah yang mengantarnya sampai ke apartment mu. Kami berdua tidak sempat membantu karena harus mengerjakan beberapa urusan" penjelasan yang tepat disampaikan oleh Aro. Sedangkan Kavi hanya bungkam tak bersuara dan sibuk dengan handphone nya.
"Bergabunglah Al, kami baru selesai belajar" Raynar mengajak ku untuk bergabung dengan mereka. Bagaimana bisa? Berdiri dari kejauhan saat ini saja sudah bisa membuatku salah tingkah begini.

"Terimakasih, tapi aku mau bersih-bersih dulu. Nanti aku menyusul"
"Baiklah, kami tunggu!" Raynar tampak nya benar-benar bersemangat untuk mengajak ku bergabung dengan mereka.
"Jangan lupa turun ya kak? Nanti malah ketiduran. Sekalian makan malam. Kita harus mentraktir para pahlawan ini." Aliya mengingatkan ku sambil mencibir kearah para laki-laki itu yang diikuti dengan jitakan kecil yang diberikan oleh Raynar padanya.

Baru saja aku akan berjalan menuju kamar, tidak jauh dari posisi awal tadi. Dekat dengan pintu, tiba-tiba saja pintu dibelakang ku terbuka dengan sangat kencang dan seseorang berlari kearahku atau lebih tepatnya berlari kedalam apartment dengan sangat brutal. Belum sempat aku berbalik untuk melihat siapa orang yang begitu brutalnya untuk masuk ke apartment Aliya.

DUBRAAK!
Aku terjatuh. Dia menabrak ku, aku terjatuh kearah dalam sedangkan dia terjatuh tepat didepan pintu. Posisi jatuhku pun tidak terlalu buruk, aku terduduk dilantai dan ku rasa tanganku yang menahan badan agar tidak rebah hampir remuk. Aku langsung berdiri dan merapikan pakain ku jika saja berantakan karena terjatuh tadi. Aliya langsung berdiri dan menanyakan keadaan ku, tampak jelas ketiga pria itu benar-benar terkejut dengan adegan yang terjadi barusan.

Setelah menanyai keadaan ku, Aliya berjalan cepat menuju anak laki-laki yang telah menabrak ku tadi.

"Juan!? Apa yang kau lakukan?? Apa kau gila?" Bukannya membantu si laki-laki itu, Aliya malah meneriakinya.

"Salah siapa kau memposting snapgram akan mentraktir Aro, Kavi, dan Raynar?" hanya itu jawaban yang muncul dari bibir laki-laki yang dipanggil Juan ini.

"Kau memang ya? Hanya karna itu saja kau berlari dengan brutal dan menabrak kakak ku?"
"Aku pun sudah berusaha mengrem kakiku tapi tidak bisa. Siapa yang ingin tabrakan?"
"Masih saja menjawab!" Aliya terlihat benar-benar geram dengan Juan tadi.

Juan langsung berdiri dan meninggalkan Aliya yang tengah menatapnya dengan penuh amarah.

"Mau kau marah atau kesal, aku tetap senang Al." dia menatap Aliya dan mengacak rambut Aliya sambil tersenyum.

Dia datang menghampiriku.
"Kamu kakak Aliya? Saya Juan Jad Kelvin. Izinkan saya mengajak adik mu berkencan."
"Saya Zhetta. Tanyalah padanya, dia yang akan kamu ajak berkencan. Izinku tidak akan berpengaruh jika dia memang tidak mau sekalipun."
"Ah benar sekali, aku menyukai kakak mu kali ini Al. Daripada yang kemarin itu. Benar-benar menyebalkan." Dia menunjukku saat mengatakan itu kepada Aliya, dan menjulurkan tangannya.
Aku membalas juluran tangannya.
"Saya mau minta maaf, semoga setelah ini Aliya tidak akan mengusir  Saya jika kakak bersedia memaafkan." Dia memasang wajah lesu, seperti akan tahu bagaimana nasib yang segera ia terima selanjutnya jika aku tidak memaafkannya.
"Aku memaafkan mu, lain kali jangan seperti itu ya. Untung aku tidak sempat melempari mu dengan tas ku. Tadinya aku sempat berpikir bahwa kamu seorang perampok."
Sontak seisi apartment itu tertawa keras. Tak terkecuali Aliya yang tadinya marah.
"Jika mau, kakak bisa saja memukulnya sekarang. Atau biar aku yang wakilkan?"
"Tidak usah Al, dia bukan perampok kan?"
"Dia akan merampok hati Aliya. Pasti itu jawaban juan jika kamu mengatakan segala hal tentang curi mencuri zhetta." Aro cekikikan mendengar apa saja yang kulontarkan dari tadi.
"You know me so well big brother!" Juan membuat kepalan tangan dan mengarahkan nya kepada Aro sambil mengedipkan mata. Aro hanya membalasnya dengan anggukan pada bahunya.

"Zhetta, kamu tidak jadi bersih-bersih?" Tanpa terduga. Kavi mengeluarkan kata-kata seperti itu. Membuatku menatapnya dengan tatapan sedikit terkejut.
"Ah iya, aku naik dulu semua." aku langsung berbalik badan dan pergi menuju tangga yang akan mengantarkan ku pada kamar yang terletak diatas.

When you, me, and Berlin met.Where stories live. Discover now